Sebelum berangkat ke acara festival, aku berdiri sejenak di depan kaca. Terkadang aku masih sering bertanya-tanya, "Siapa sih kamu itu Yul? Gadis berambut pendek, kulit coklat, mata bulat, bibir tipis, serta tinggi yang sama dengan Lian". Sering aku mengatakan hal itu di depan kaca. Tetap saja, aku adalah aku, aku bukan Lian meskipun tinggi kami sama, hanya sebatas tinggi. Tapi sungguh, Lian dan Rafa benar-benar berharga untuk hidupku. Mereka berdua sudah aku anggap sebagai keluarga.
Tepat pukul 8, pintu gerbang sekolah di buka untuk umum. Ternyata sudah banyak yang mengantri di depan sana. Mereka harus membeli tiket seharga 15k sebagai ganti tempat penitipan barang-barang bawaan. Beruntunglah yang datang merupakan orang-orang yang taat peraturan.
Mereka terlihat begitu menikmati festival ini. Untuk siswa kelas 3, mereka harus memberikan sebuah pertunjukan yang akan menarik perhatian pelanggan. Jadi, stand semua kelas 3 ada di dalam ruang kelas lantai 1. Sedangkan kelas 1 dan 2 mendirikan stand dengan format mengelilingi lapangan sepak bola ini. Di tengah lapangan, ada sebuah pentas yang sangat besar dan megah. Acara inti akan dilakukan lusa, karena festival ini berlangsung selama 3 hari mulai jam 8 pagi hingga 4 sore untuk hari biasa, dan jam 10 pagi hingga 10 malam untuk acara inti.
Aku dan Lian tersenyum dari meja kasir melihat orang-orang yang datang. Tidak hanya para remaja yang datang bersama dengan pasangan, para orang tua yang mengajak anak dan cucunya juga terlihat memenuhi area festival. Wisatawan asing seperti yang aku katakan juga ada beberapa. Mungkin mereka datang untuk sedikit hal berbeda disini. Entah apa itu menurut mereka.
"Ma, aku mau yang hello kitty." Seorang gadis kecil itu merayu dengan manja pada ibunya. Seorang lelaki yang terlihat seperti ayahnya hanya tersenyum, kemudian memberiku uang 35k untuk photo box. Mereka bukan pelanggan pertama selama 4 jam festival ini berjalan. Mereka merupakan pelanggan kami yang ke 227. Aku yang menerima uang dan memberi souvenir, sedangkan Lian yang mendata pengunjung.
Photo box kami memang laris manis seperti gula. Semua orang bekerja disini. Sebenarnya yang menangani stand di kelas hanya separuh lebih sedikit, sekitar 18 dari 30 anak, yang lainnya menjadi pengisi di acara inti. Mereka ada yang menjadi penari latar, pengisi teater, menyanyi, host, modelling, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Semakin siang pengunjung semakin banyak berdatangan. Ternyata pengunjung dari luar kota juga banyak yang menyempatkan diri untuk menghadiri festival tahunan ini. Yang istimewa dari festival di SMA ku yaitu ketika malam puncaknya. Meskipun begitu, semua kedai akan ditutup dan konsentrasi hanya ke panggung terbuka ditengah lapangan. Maka dari itu, mereka yang tak ingin melewatkan souvenir tahunan festival 8, akan datang juga di hari biasa selain hari inti.
Sekitar pukul 04.15, pintu gerbang ditutup. Semua murid membersihkan stand masing-masing. Aku, Lian dan beberapa teman bagian keuangan menghitung laba hari ini, yang lain merapikan kamera dan box. Tidak pernah disangka sebelumnya, laba yang kami peroleh hari ini lebih dari 2.5jt dari 500 pengunjung lebih. Sepertinya rencana kelas akan menjadi nyata.
Esok harinya, kami membuka stand pada jam 8 lagi. Ini merupakan hari kedua sekaligus hari terakhir untuk stand, sebelum besok hari khusus untuk pertunjukan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di hari kedua pengunjung yang datang lebih banyak dari hari sebelumnya. Kelasku yang memakai dresscode kaos warna abu-abu dan putih bertuliskan 'The Best Sky' sejak kemarin sangat kewalahan melayani pelanggan hari ini. Hingga kami tidak sempat beristirahat sejenak. Untuk makan siangpun kami harus bergantian.
Berlembar-lembar kertas foto habis terpakai. Kami tidak tanggung-tanggung dalam memberikan layanan. Kami menggunakan kertas kualitas bagus untuk mendapatkan hasil yang bagus pula. Kami juga menyediakan printer dan kamera cadangan sewaktu-waktu ada masalah. Satu lagi, kami mengemas foto-foto itu serapi dan sebaik mungkin untuk pelanggan. Sehingga mereka tidak kecewa dengan hasilnya. Alhasil, komentar yang mereka berikan di kotak saran juga 98% menyatakan kekaguman tentang pelayanan kami.
Bukan berarti karena stand 2A ini banyak pengunjung, sehingga mereka akan menjadi gerah ketika di dalam. Kalian salah! Ketika mereka di dalam akan merasakan kesejukan karena kami juga menyediakan beberapa kipas angin yang disertai pengharum ruang. Jangan khawatir kalau suasana akan terasa mencekam karena tidak ada suara apapun. Stand ini juga memberikan pelayanan full music. Terlebih, ketika kalian masuk ke dalam box, akan ada jenis musik yang berbeda dari setiap box nya. Keren kan?
Setelah pintu gerbang ditutup kembali, acara hari ini belum selesai. Stand akan terus dibuka hingga jam 7 malam khusus untuk semua murid SMAN 2 Pandan-Banyuwangi. Hal ini karena setiap murid tidak akan sempat berkunjung ke stand yang lain. Dalam waktu 3 jam, mereka diberi kesempatan untuk bermain.
Nah, ini keistimewaan yang kami berikan khusus untuk murid SMAN 2 Pandan-Banyuwangi. Kami hanya mematok harga 30k tanpa mengambil untung. Baik banget, kan? Tidak hanya stand 2A, stand yang lain juga tidak mengambil untung untuk warga sekolah.
Ini dia, saatnya aku, Lian, dan Rafa mengambil gambar untuk kenang-kenangan. Setiap pengunjung diperbolehkan memilih lebih dari 1 tema untuk foto box. Aku dan 2 orang sahabatku ini memilih semua tema.
Setelah kami bertiga berfoto bersama, datanglah sang Pangeran Andi. Taraaaaa ... Gubrak ... Ia datang kesini hanya untuk berfoto bersama Lian. Tetapi Lian tidak mau kalau hanya foto berdua. Akhirnya aku dan Rafa ikut nimbrung dalam foto. Rasanya nanggung kalau hanya 4 anak. Lianpun mengajak Elly untuk bergabung. Andi hanya mengiyakan permintaan Lian daripada tidak jadi foto.
"Please, satu kali saja kita foto hanya berdua." tiba-tiba Andi berlutut di depan Lian. Lian menyuruhnya berdiri, namun Andi keras kepala dan tidak mau berdiri sebelum Lian menyetujui permintaannya. Lian tetap tidak mau. Lian memberikan penawaran untuk foto bertiga dengan Elly, atau tidak sama sekali. Akhirnya, sebelum Lian pergi meninggalkannya, Andi menyetujui keputusan Lian. Benar-benar lelaki lemah, pikirku. Baru digertak sedikit saja sudah menyerah. Itulah yang tak aku suka dari Andi. Rafa yang berdiri di sampingku terkekeh.
To be continued ...