Jam 7 tepat Dio menjemputku. Sebenarnya Rona yang akan menjemputku, hanya saja aku menolak. Dio sudah siap dengan rencananya yang tidak diberitahukan kepadaku.
"Kakek, Linda pergi dulu. Nanti kalau Devisia datang, suruh ngerjain PR-nya." Ujarku sambil menalikan sepatu.
Celana jeans warna navy, blezzer putih, dan tote bag cream melengkapi penampilanku. Tidak lupa sebuah jepit menghiasi rambut hitamku. Sebelum menaiki motor Honda CB-150R milik Dio, aku berkaca di spionnya. Dio tersenyum melihat kebiasaanku. Entahlah, aku lebih suka berkaca di spion Dio daripada kaca yang ada di tasku.
Sepanjang jalan Dio menceritakan kehidupannya di sekolah. Ternyata ia merasa risih dengan dirinya yang dikenal oleh semua orang di SMA-nya. Apalagi ketika kakak kelas yang centil-centil itu menggodanya. Serasa ia ingin meludahi tingkah-tingkah mereka yang sok cantik itu. Padahal Dio sama sekali tidak tertarik dengan mereka.
Tidak lama kemudian, aku dan Dio sampai di cafe yang sudah dijanjikan dengan Rona. Rona sudah menunggu di salah satu meja. Wajahnya terlihat kaget ketika melihatku datang bersama Dio.
Mereka berdua memiliki suatu pengalaman yang tidak terlupakan. Waktu itu Rona meninggalkanku hanya karena seorang gadis yang sedang didekati Dio. Tanpa alasan apapun Rona seperti menyudahi pertemanan kami yang sudah sangat jauh itu.
Hatiku yang sedang hancur atas kepergian ayah dan ibu, menjadi remuk redam karena ditinggal Rona, satu-satunya orang yang aku percayai tatkala itu, tetapi pada akhirnya meninggalkanku di waktu yang tidak tepat. Keputusannya benar-benar membuatku hancur.
Rona pada waktu itu hanya terlena dengan omongan teman-temannya untuk bersaing mengalahkan Dio. Pada akhirnya gadis itu memilih Dio. Namun, karena tahu bahwa Rona meninggalkanku hanya karena gadis itu, Dio mengurungkan niatnya untuk berpacaran dengan sang gadis.
Setelah penolakan itulah Rona menyadari bahwa ia benar-benar bersalah karena meninggalkanku. Waktu itu aku masih kelas 3 SMP dan Rona kelas 2 SMA. Sekarang Rona melanjutkan kuliah di dekat sini.
Sampai saat ini Rona tidak ingin berpacaran, kecuali denganku, ujarnya suatu hari. Aku yang masih merasakan sakit mencoba menyadarkan Rona bahwa kedekatan itu benar-benar berakhir. Saat ini aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa, tidak lebih. Aku menghargai ajakannya untuk makan, main, dan sebagainya, semata-mata hanya untuk kepedulian seorang teman dan seorang kakak.
Meskipun tiap kali bertemu ia memintaku untuk kembali, aku tidak pernah goyah mempertahankan pendirianku. Padahal, di lain sisi Rona memiliki cukup banyak penggemar karena ia juga merupakan seorang vocalist band.
Rona mengernyitkan dahi kepadaku. Seolah-olah bertanya kenapa aku datang bersama Dio. Aku tersenyum. Ketika aku hendak berbicara, Dio sudah mendahului.
"Hai Ron. Gimana kabar lo? Lo masih sama gadis yang waktu itu?" tanya Dio menggoda.
"Bukan urusan, lo!" Jawabnya sensi.
"Bukannya lo satu sekolah sama dia, ya? Wah, pasti jadi pasangan romantis. Betul nggak, Lin?" Rona semakin menjadi. Aku hanya diam melihat tingakah laku mereka berdua.
"Ngapain sih lo, dateng kesini? Bareng sama Linda segala lagi."
Suasana semakin panas. Aku sengaja memanggil waiters untuk memesan makanan supaya suasana cair kembali. Mereka berdua hanya saling melirik satu sama lain.
Ketika makanan sudah datang, mereka berdua bertingkah lagi. Awalnya Dio menyuapiku, kemudian Rona ikutan dengan memberiku minumannya. Lama-lama mereka bersaing untuk mengambil perhatianku.
Aku berdiri sambil mendengus kesal karena perbuatan mereka. Aku pun beranjak pergi meninggalkan mereka berdua yang seperti anak kecil.
Benarlah, mereka mengejarku sampai tempat parkir. Perselisihan mereka yang merupakan kelanjutan dari masalah beberapa tahun lalu masih tak kunjung selesai juga. Beruntunglah mereka berdua hanya beradu mulut.
"Waktu itu lo deketin cewek yang lagi gue kejar. Sekarang gue mau ngambil cewek yang lo kejar." Ujar Dio dengan wajah sinis. Nadanya terlihat serius.
Adu mulut itu semakin menjadi. Hingga pada akhirnya Rona mengangkat tangan hendak menghajar Dio, aku langsung menghadangnya. Pada akhirnya, bruuk! Aku terjatuh. Dunia terasa gelap gulita.
To be continued ...