Mixed

90 8 0
                                    

Keesokan hari dan berminggu minggu kemudian aku mulai kembali agak-akrab dengannya, tapi karena koridor kelasku dan kelasnya berbeda jadinya kami berdua seperti masih ada space.

Aku sendiri ngga merasa begitu dekat sama dia tapi, gatau kenapa tiap aku liat dia atau berpapasan sama dia hatiku selalu berdegup kencang walaupun dia ngga menoleh ke aku sih. Sampai sampai temen-temenku pada nanya kyk gini "J lo kenapa? Dari beberapa hari yang lalu senyam senyum mulu" "Wah lo lagi kumat ya?" "Lo kesurupan ya?" Aku cuma membalas candaan mereka dengan sebuah tawa dan tiba tiba saja Mayang berkata "Atau jangan jangan lo naksir sama seseorang ya?!!" dan dengan spontan aku membalas "APA APAAN YA ENGGAK LAH" temen temenku pada diam dan kemudian mereka kembali bersorak cie-ciein dan sialnya aku orang yang gampang banget blushing. Mereka tetep aja sorakin aku dan ga ada angin ga ada ujan ada yang ngetok pintu kelas dan langsung saja kami semua yang tengah berkerumun berbalik ke arah suara tersebut, ternyata itu Rial yang di temani oleh dua orang temannya. Keheningan terjadi beberapa detik dan kemudian suara bassnya terngiang di telingaku kembali "J,uh—sini dong ada yang aku mau omongin" kurasakan jatungku lagi lagi berdegup kencang dan pipiku yang memanas aku cuma kaget sambil berdiri mengarah ke pintu kelas, Ku dengar bisik bisik dari temenku dan yeah sesampai di luar kelas Rial cuma mandangin aku lalu ia pun di tegur oleh temennya "Woy Ri, cepetan bilang sm dia" aku bingung apa yang sebenarnya ia ingin katakan, alhasil aku cuma natap mereka bertiga satu persatu "Yaelah lo, ginian aja lama banget" lah ini sebenarnya apaan?! lalu ia pun berbicara "Eh anu J.." "Ya?" "Ada yang pengen gua omongin, sebenarnya.." "Kenapa?" wajahnya memerah dan aku kembali menatapnya dengan kebingungan dan hati yang berdebar debar, lalu tiba tiba saja dia berbicara sangat cepat sambil ngasihin gua kantong plastik yang udah di lipat rapih "INI ADA TITIPAN SOFTEX DARI MAMA KU KATANYA KASIH KE MAMA KAMU J" dan seketika hening.

DEMI DEWA NEPTUNUS YANG LAGI MAKAN SOMAY INI RUINED MOMENT EVER! BISA BISANYA GUE MIKIR DIA BAKAL NYATAIN PERASAANNYA?!! ARGH BODOOO!!

Atmosfer di antara kami berempat masih penuh dengan canggung dan keheningan, dan tiba tiba saja ada suara yang entah dari mana berkata seperti ini "YAh, gua kira J bakal di tembak! Tau taunya di kasihin softek" KAMPRET ITU SUARA SIAPA dan spontan gue berbalik ke arah suara itu yang ternyata itu si Arina, Aku cuma ngasih tatapan sumpah-gua-bakal-tonjokin-lo-ntar ke dia dan temen temen gua yang lainnya mulai narik Arina dan bekapin mulutnya. Aku balik ke Rial lagi "Uh—i-iya makasih ya Rial. Gua kirain lo mau ngomong apa ternyata ini toh.. haha.." shit, kenapa harus ada ketawa canggung "O-oiya bentar lagi bel masuk, gua kembali ke kelas ya, BYEEEEE" kemudian ia berlari turun disusul oleh temennya yang sedari tadi cuma berusaha untuk ngga ngakak. Seusai itu aku kembali masuk kelas dan di kasihin tatapan aneh dari temen temenku "Oooh jadi itu yang namanya Rial? Cakep ya, tapi sayangnya pendek." gue cuma pasang muka datar dan ketawa seadanya karena berhasil di jailin sama mereka semua di depan Rial.

Bel sekolah pun berdering menandakan jam pulang, langsung saja ku raih tasku dan pergelangan tangannya Wini dan Ita karena aku pengen cepat pulang dan jajan. hehe. Sesampai di trotoar aku melihat Rial di jemput sama mamanya, pengen deh sapa dan salim sama tante tapi kuurungkan niatku karna aku udah janji pulang bareng Wini dan Ita. Seusai jajan kami bertiga pun pulang naik angkot dan surprisingly isi angkot cuma kita bertiga. Wini pun mulai membuka pembicaraan "J, Ita, kalian kalo kehilangan sesuatu bakal di cari nggak?" aku bingung dengan pertanyaan spontan Wini tapi aku tetep ngejawab "Yaiyalah aku cari, tapi tergantung barangnya sih" Ita cuma mengangguk, Wini pun terliat murung "Lo kenapa Win?" "Ada yang harus gua bilang sama lo J, Ita" "Apaan sih? Lo kalo ada masalah cerita ama ki—" "Gua mau pindah." Rasanya gua pengen muntahin kembali rujak yang gua makan "Apa?! Lo jangan bercanda deh Win" kata Ita "Iya gua gak bercanda, gua serius" aku kembali bertanya "Kapan?" "Bentar malam gua langsung berangkat, barang barang gua di rumah semuanya lagi packing" "WOI KORENGAN PANCI LO KENAPA GAK PERNAH NGOMONG SIH. LO KENAPA BILANGNYA MENDADAK? LO SENGAJA BIKIN KITA BERDUA SEDIH YA?" kataku setengah terisak, Ita cuma ngelus punggung gua dan berkata "Win, kenapa mendadak kayak gini?" "Yaa belakangan ini lo happy banget J, jadi gua gamau hancurin hati lo yang berbunga bunga—" "IYA TAPI SAMA AJA GUA JUGA BAKAL TETEP SEDIH MAU GIMANA PUN" "J, maaf ya..." aku menghela nafas panjang dan berusaha menahan tangisku "Win, mana bisa gua lupain lo. Lo itu sahabat gua yang pertama, lo orang pertama yang ngajakin gua ngomong tentang hal hal gaje yang lo suka, walaupun baru beberapa bulan rasanya kita temenan udah lama banget. Gue jijik ngomong kayak gini tapi serius gue ga rela lo pergi Win" Tangis kami bertiga pun pecah karena tak dapat di bendung lagi, supir angkot yang kayaknya dari tadi liatin kita dari kaca spion cuma bisa liat kami bertiga di belakang angkotnya sedang berpelukan kayak telettubies. 

Dia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang