D

63 2 0
                                    

Sudah setahun lebih aku bahkan tidak menengok wattpad ini hingga suatu ketika aku membuka file-file lama di laptopku. Dan tentu saja ku temukan naskah cerita yang sudah berjamur di dalam laptopku, ku baca ulang, dan akhirnya aku berfikir; Segitu cintanya kah aku dulu kepada Rial? Aku bahkan terkejut membaca bagaimana aku menceritakan seorang Rial dari perspektif seorang J di umur 16 tahun, saat rasa-rasa suka ku membara tetapi seiring berjalannya waktu perasaanku kini memudar, aku sendiri terkejut mendapati diriku kini sudah tidak head-over-heels-- atau lebih gampangnya sudah tidak segitu bucin-nya kepada Rial. 

Memang benar, waktu adalah obat yang termujarab ketika itu berkaitan dengan perasaan, dengan luka, maupun dengan memori yang kita bahkan ingin lupakan. Sebenarnya aku ingin melanjutkan tugas kuliahku tapi tak apa, aku sedang ingin menumpahkan perasaanku juga. Jika kalian bertanya-tanya bagaimana hubungan ku dengan Rial, kami baik-baik saja. Aku masih menjadi adiknya, dan ia masih menjadi kakak ku. Dan kami hanya saling tahu kabar melalui insta-story satu sama lain. Rasanya sudah tidak ada yang bisa di ceritakan mengenai aku dan Rial. Kabar terakhir yang ku tahu pasti tentang Rial ia sudah memperkenalkan pacarnya ke Tante dan Om bahkan mereka sudah pergi liburan bersama-sama. Rasanya seperti di gantikan, biasanya aku yang menjadi anak perempuan kesayangan Tante tapi kini aku bukan lagi yang menempati posisi itu. Pasti senang rasanya memberi tahu dunia bahwa kau memiliki orang yang amat kau cintai. Aku turut bahagia, Rial. Satu yang ku syukuri ialah kini kami tinggal di kota yang berbeda which means aku bisa hidup tanpa terbebani perasaanku olehnya. Aku bahkan sudah berfikir, bagaimana jika hari dimana Rial akan memberikanku undangan pernikahannya telah datang; Dengan siapa aku akan pergi? Apa yang akan aku katakan di pelaminan saat aku bersalaman dengannya? Akankah ku peluk Rial di pelaminan? Apakah aku akan melunturkan make up ku karena setitik air mata? Atau akankah hatiku berdegup kencang di saat menyaksikannya mengikat janji suci? Aku masih menerka-nerka semuanya, bagaimana aku akan bersikap menghadapi bahwa cinta pertamaku akan melangsungkan pernikahannya. Tidak sanggup rasanya. Tetapi, entahlah. Memang hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Oh iya, bagaimana dengan Drifki? Aku bahkan belum sempat menceritakannya lebih lanjut tetapi ada dua orang lagi yang datang di kehidupanku setelah Drifki. Tapi kali ini biar ku ceritakan bagaimana aku bisa jatuh hati terhadap Drifki. Sebenarnya tidak ada yang begitu spesial dari pertemuanku dengan Drifki. Kami bertemu di English Club sekolahan kami, aku yang begitu aktif lomba dan terlalu sibuk memikirkan naskah hingga tidak memperhatikan kehadiran Drifki sendiri. 

Drifki sungguh sangat menarik, he's so tall, and handsome as hell-- okay but don't continue singing Taylor Swift's songs-- ia berkacamata, dan punya senyum tipis yang akan membuatmu tergila-gila kepadanya! Let's just say, Drifki adalah typical cowok idaman cewek-cewek seantero sekolah; those kind of guys yang gabakal ditolak oleh siapa-pun. 

Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku bahkan tidak merasakan keberadaannya tetapi semua berubah saat porseni sekolah tahun 2016, saat itu aku bertugas sebagai PJ tarik tambang, sekaligus MC porseni. That's one of the best moment in my life since people that I worked with semuanya pada asik dan fun banget! Intinya seru deh! I'd kill to even rewind those days again.. Setelah selesai nge-MC di hari terakhir porseni, kuliahat seseorang dengan hoodie biru iconic memegang thai tea sambil melihat ke arahku dari jarak yang 5 meter. Awalnya aku tidak ingin melihatnya secara langsung, bahkan ku katakan kepada diriku bahwa bukan aku yang dilihatnya melainkan orang lain tetapi aku salah, aku mendapatinya melihatku berulang kali, mencuri pandang bahkan kadang ia menatapku begitu lama saat aku menoleh. Aku bahkan sempat berbalik untuk memastikan apakah ada orang di belakangku namun ternyata tidak ada siapapun di belakang ku kecuali sound system and bunch of cables. Ku beranikan diriku untuk menoleh ke arahnya dan reaksinya sungguh tidak terduga; pipinya memerah seraya berusaha menatap ke arah lain karena berhasil ku dapat tengah melihatiku. Aku pun tertawa kecil melihat tingkahnya, ia menoleh ke arahku sedikit dan kemudian aku iseng melambaikan tanganku padanya. Ia hanya tersenyum dan juga melambaikan tangannya ke arahku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang