Sore

82 9 0
                                    

Tanpa aba aba aku langsung naruh handphone dan narik selimut. Bodo amet sama makhluk apapun yang ada disini, yang jelas besok aku harus keluar dari tempat terkutuk ini.

Walaupun ini masih jam 7 pagi dan check out jam 10 aku langsung bergegas mandi dan membangunkan semuanya, ku spam Rial di chat dan menjelaskan rencanaku untuk memancing keluarga kami untuk keluar dari hotel ini secepatnya, singkat cerita kami keluar, menyerahkan kunci dan kemudian mengambil 2 taksi yang luckily lewat di jalan raya. Kami langsung ke terminal bus dan di situ papanya Rial mulai berangsur angsur sadar seolah olah habis di hipnotis dan kami semua pun lega. Aku minta izin sama mama dan pergi ke mini market di sekitar terminal itu, gak menunggu lama bus-nya datang dan kami semua naik, meninggalkan Kota Terkutuk ini and we're on our way to Johor, another side of Malaysia.

It takes 2 hours on the road but yeah it gives my butt so much hurt karena baru kemarin aku naik bus dan tidurku semalam tidak nyaman jadi badanku pegel semua, anyway kita pun sampai di terminal Johor dan ngambil taxi buat nyari hotel. Ternyata emang ada planning buat ke sini, soalnya receipt bookingan hotel ada di tangan tante, I really don't know whats going on in here karena yang terpenting kita udah keluar dari kota mati itu. Kita naruh barang di kamar, btw hotelnya ini rame banget sama pengunjung dan kamar hotelnya terbilang unik, atributnya di penuhi sama warna citrus jadi keliatan fresh gitu! Seusai naruh barang kita keluar nyari makan dan kebetulan banget depan hotel ada kedai makanan yang jual beragam olahan makanan, tapi kedainya itu self service. Aku ngambil nasi, teri, telur dan udang khas Malaysia (rasanya enak banget!) kami semua makan dan Rial duduk di hadapanku, tersenyum, lalu makan, Oh tuhan bisakah aku menjadi alasan atas senyum manis itu? He looks so adorable in every way, sepertinya aku beneran suka sama orang ini..Temen kecilku yang hingga kini kita masih bersama.  Tiba tiba aja there's something snapping in front of my face, ternyata Rial jentikin jarinya di hadapanku "Oy J, jangan ngelamun kalo lagi makan" lagi lagi dia nyengir. Kalo gini terus gua bakal mati blushing kali ya? "Ah? Ha-Haa, sorry sorry gua cuma mikir sih" "Mikir apaan emang?" "Anu, soal yang di Malaka itu" "Yang itu gausah di pikirin, serem tau" "Iyasih" kami pun tertawa ringan dan melanjutkan makan. Seusai makan kita jalan ke Mall dan pertokoan yang yaaa gak jauh jauh amet dari hotel kita. Disini mallnya sedikit dan isinya juga standar laah, banyakan toko tradisional yang jual pakaian, makanan tradisional, prabot rumah, dll. Seharian disini gak cukup rasanya, dan yeah kita kembali karena om dapat telfon dari temennya yang bakal ngajak kita keliling beberapa jam disini, dan aku tiduran di kamar karena tadi malam tidurku kurang banget dan soft blanket, pillows and bed is the best answer, i drift off to sleep to boost my energy dan kayaknya semuanya pergi jalan ke mall deh, cuma aku yang tinggal tidur di hotel. Seseorang membangunkanku dan ternyata itu Zidan, aku lalu pergi cuci muka dan nyisir rambut, make sepatu siap banget buat pergi, ku raih hp ku dan ternyata waktu udah nunjukin pukul 3 waktu sana dan katanya semua orang udah ada di lobby baru pulang habis belanja. Terlihat semuanya tengah asik berbincang dengan seseorang yang tak ku kenal, aku menghampiri dan kemudian kami naik ke dalam mobil itu, orang asing yang ternyata temannya Om yang bertugas nyetir dan memandu kita semua keliling hari ini, di sampingnya duduk om, row kedua ada papa, mama, dan Tante, dan lagi lagi aku di belakang bertiga bareng Rial dan Zidan. Sebenernya aku hampir duduk di samping Rial tapi kemudian dia minta Zidan yang duduk di tengah idk, somehow I feel kinda-rejected, tapi gapapa. I'm getting used to be rejected.

Kita keliling ke situs situs wisata di Johor, ke Masjid Terapung, ke Gereja Katedral peninggalan Inggris, ke Vihara yang-gatau-apa-namanya, ke kampung Cina, Dan selanjutnya ke Kampung Portugis. "Ya isinya semua keturunan portugis yang tersisa di Johor dari zaman Perang Dunia ke 2 yang menyisakan beberapa kelompok sampe mereka berkembang seperti ini, sampe di bikin jadi kampung" jelas Om yang nyetir, kita masuk dan actually, it looks more like a komplek perumahan yang  gede daripada "kampung" tapi bagus deh, soalnya semua itu tertata rapi jadi keliatannya unik gitu, di gerbang "Kampung Portugis" sendiri ada 3 bendera, bendera Malaysia, Portugis dan yang satunya entah, mungkin bendera persatuan?

Om kemudian menghentikan mesin mobil dan mengisyaratkan kami untuk turun "Nah, Ini nih enaknya kampung portugis, ada lautnya sendiri, jadi bisa liat matahari kapan aja" Aku yang suka banget sama yang namanya laut langsung aja jalan ke arah samping dermaga dan mendapati tangga kecil dan turun untuk melihat tempat favoritku ini, aku punya rasa kesenangan tersendiri kalo lihat laut, feel the sand on my toes, dan yeah birunya laut yang terbentang luas di hadapanku ini, aku memisahkan diri karena ingin menikmati laut jauh lebih "intens" Aku gak jalan cukup jauh kok mungkin cuma 1/4 dari pantai, Aku melihat batang pohon yang berada beberapa meter dari bibir pantai dan duduk di situ

Sampan yang tersusun di pinggir dermaga kecil, Air laut biru yang jernih, Bongkahan karang yang tersapu naik sampai ke pasir, Suara ombak kecil yang belomba lomba mencapai bibir pantai, Suara khas dari laut yang emang ga ada duanya. Aku terhanyut akan semua itu and somehow I could see this all of my life without getting bored, dan kemudian tiba tiba aja ada seseorang yang duduk di sampingku sontak saja aku kaget dan mengambil kuda kuda buat lari, eh tapi ternyata itu Rial "Yaelah gue juga baru duduk lo udah mau pergi" "E-eh gak gituu, tadi gua kirain orang lain jadi kayak reflex gitu ambil ancang ancang buat menjauh" dia pun tersenyum, terdiam, lalu kemudian berbalik ke arahku dan dengan spontan berkata "Eh lo pernah suka si Wira kan?!! Lo pernah curhat sama gue! Yekan?" "Diiihh enggak kalii, waktu itu gue cuma sekedar kagum gitu" "Alesan lu ah,kok gue lupa sih bilang ke Wira" "EEH JANGAAAN!! Ri dia itu kakak kelas, kampret" Kami pun bersenda gurau and he keep teasing me sampe akhirnya ga kerasa matahari mulai meredupkan cahayanya dan menyembunyikan dirinya, Aku pun terdiam dan sepertinya Rial "mengerti" 

"Lo suka banget ya sama laut & sunset?" gue cuma ngangguk sambil senyum, masih menatap ke arah laut dan kami berdua terdiam, menikmati keheningan diantara desir ombak.


Sore yang indah.

Sore yang membuai.

Sore yang menjadi memori belaka.

Sore Kita.

Setiap detik yang kulalui di sore itu seakan ingin ku hentikan

Aku ingin menikmati setiap soreku denganmu

Berdua, bersama-sama dalam keheningan yang nyaman

Di tengah desir ombak yang berkejaran

Walau kini telah menjadi kenangan

Tiada sore lain yang memukau

Selain sore ini.

Sore Kita.

Johor, 2011

Dia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang