Chapter 13

388 53 5
                                    

SINAR mentari pagi masuk menyelinap melalui celah gorden kamarnya. Ruby membuka mata, waktu telah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Ia harus bersiap-siap pergi ke sekolah pagi ini, karena tepat pukul 7 nanti, Greyson akan menjemputnya.

Ia beranjak dari tidurnya menuju kamar mandi tanpa membereskan tempat tidurnya terlebih dahulu. Setelah ia selesai mandi, ia segera berpakaian lalu pergi sarapan.

Ruby duduk dengan tenang di kursi meja makan. Sesekali ia menoleh ke arah jam dinding yang hampir menunjukkan pukul 7. Tapi Greyson belum juga datang menjemputnya.

"Kemana dia? Kenapa ia belum juga menjemputku? Bukankah ia bilang bahwa aku tidak perlu lagi berangkat menggunakan bus sekolah?" ucap Ruby pada dirinya sendiri.

Tak berseling lama, bus sekolah berhenti tepat di depan rumahnya. Lantaran Greyson tak kunjung menjemputnya, terpaksa ia harus membantah perintah Greyson itu.

Dinaikkinya bus itu. Awalnya ia merasa cemas kalau Becca serta temannya yang lain akan menghujatnya lagi di bus. Tapi semua pemikirannya benar-benar salah.

"Hai Ruby," sapa salah seorang temannya di dalam bus. Namanya Willow. Ruby menatapnya canggung. Ia sedikit merasa aneh. Baru kali ini ada yang menyapanya lebih dulu.

"Kenapa kau melamun? Sini, duduk denganku," sambung Willow.

Ruby hanya tersenyum canggung lalu mengangguk dan duduk di sebelah Willow.

Bus kebali berjalan, memasuki komplek perumahan Greyson. Seketika Ruby merasa senang. Namun saat bus telah sampai di depan rumah Greyson, orang yang di jemput tak kunjung keluar. Dan karena bus sudah menunggu terlalu lama, bus pun kembali berjalan meninggalkan rumah Greyson.

"Apa Greyson sakit?" gumam Ruby.

Sesampainya Ruby di sekolah, ia masih terus berusaha menghubungi Greyson. Tapi hasilnya selalu nihil. Greyson tak menjawab telpon darinya. Hal itu membuat Ruby menjadi cemas.

"Aku kasihan sekali pada Greyson, semoga saja dia...."

Ruby mendongakkan kepalanya menatap seorang gadis yang bicara tadi. Gadis itu juga menyadari bahwa Ruby tengah menatapnya. Kedua mata gadis itu melebar tanda ia terkejut, begitu pula teman yang berdiri di sampingnya.

Ruby menghampiri mereka. "Kasihan pada Greyson? Memangnya Greyson kenapa?" tanya Ruby panik.

"Ah? Ti-tidak. Gre-greyson tidak apa-apa. Bukan begitu Emily?" ucap gadis itu.

"I-iya. Tidak ada apa-apa dengan Greyson," balas temannya yang bernama Emily itu dengan senyuman.

Ruby mengangguk. "Baiklah. Maaf jika aku mengganggu."

"Mengganggu? Tentu tidak," ucap Emily.

"Iya. Kalau begitu, kami ke kelas dulu Ruby," sahut gadis itu.

"Baiklah," balas Ruby dengan senyuman kecil.

Setelah itu, mereka berdua berjalan lewat di samping Ruby dengan langkah agak terburu-buru. Ruby menatapi kedua gadis itu hingga hilang dari pandangannya. Entah mengapa, ia merasa memang ada hal yang aneh hari ini.

Ruby menggelengkan kepalanya beberapa kali, menghilangkan fikiran-fikiran negatif yang mulai hinggap dalam kepalanya. Ia pun memutuskan untuk mencari Greyson di ruang musik. Karena biasanya Greyson akan kesana untuk memainkan piano jika mood-nya sedang tidak bagus.

Catch a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang