Chapter 15 : Breaking Codes

230 21 9
                                    

Shin mencoba mengonversikan huruf kode dari surat wasiat Pak Ben menjadi angka.

B J N A T I A J E

02 10 14 01 20 09 01 10 05

"Kemudian kita kelompokkan angka-angka ini menjadi tiga-tiga," tambah Ken.

Kode di atas pun berubah menjadi,
021 014 012 009 011 005

"Maka sembilan akan menjadi enam. Ya, angka ini menjadi enam kelompok. Kemudian bacakanlah. Loh, bukannya ini masih belum terbaca?" Kim yang tadinya mengira bahwa pemecahan kode sudah selesai kembali mengerutkan keningnya. Kode belum terbaca.

"Benar juga." Shin bergumam.

"Mungkin harus dikonversikan lagi ke abjad supaya bisa dibaca," kata Edgar ikut memberi solusi. "Soalnya meski terdiri dari tiga angka, nilai bilangan ini tidak ada yang melebihi 26, kan?" tambahnya.

"Kau benar, Edgar." Shin menyetujui masukan dari Edgar. Memang benar, meski terdiri dari tiga digit angka, tak ada bilangan yang nilainya melebihi 26 yang setara dengan posisi huruf Z dalam urutan abjad.

Setelah dikonversi ke dalam abjad, muncullah sebuah kata,

U N L I K E

"Unlike?" Kim bertanya-tanya.

"Apa maksudnya barang yang tidak disukai mediang Pak Ben? Ah, lukisan itu!!" ujar Shin yang langsung mengomando teman-temannya unuk menuju ruang kerja Pak Ben.

Sesampainya di ruang kerja Pak Ben, Shin segera melepas lukisan gunung meletus dan menelitinya dengan cermat. Sementara Kim dan Ken meneliti lukisan danau.

"Tidak ada, tak ada apapun di sini," lapor Shin.

"Di sini juga nihil," balas Ken.

"Edgar, adakah barang lain yang tak disukai mediang ayahmu?" tanya Shin sembari mengembalikan lukisan ke tempat semula.

"Setahuku hanya itu saja."

"Ayolah, coba kau ingat-ingat lagi. Kami sedang dikejar waktu!"

"Aku benar-benar tidak tahu. Villa ini tidak terlalu besar. Mungkin kita bisa mencarinya ke seluruh ruangan di villa ini."

"Sial!! Aku tidak mengenal Pak Ben, bagaimana bisa aku tahu barang apa saja yang tidak disukainya," gerutu Shin frustasi. Tangan kanannya mengacak rambut cepaknya dengan kasar.

"Sebentar, Shin. Mungkin benar hanya dua lukisan ini, barang yang tidak disukai Pak Ben." Ken membenarkan letak kacamatanya yang sejak awal tak bergeser. Hanya untuk bergaya saja.

"Apa maksudmu, Ken?!" Kim tak sabar mendengar penjelasan Ken yang kini menatapnya dengan serius.

"Maksudku, mungkin memang lukisan inilah yang dimaksud Pak Ben. Tapi bukan pada lukisannya, melainkan makna dari lukisan ini."

"Kalau begitu, lukisan ini ... "

"Ya, semacam petunjuk ke mana kita harus pergi selanjutnya," lanjut Ken menyelaraskan potongan hipotesa Shin.

"Lantas, ke mana kita selanjutnya?" Edgar ikut penasaran.

"Aku sedang berpikir, apa yang dimaksud gunung berapi dan danau? Padahal di sekitar sini tak ada gunung berapi maupun danau," ujar Ken mengajak teman-temannya berpikir bersama.

"Mungkin sesuatu yang dilambangkan oleh lukisan ini. Gunung berapi identik dengan api. Sedangkan danau identik dengan air. Jadi, kesimpulannya tempat yang berapi dan berair. Begitu, Ken?!" Shin menatap Ken meminta tanggapan atas hipotesanya. Ken pun membalasnya dengan anggukan.

"Kalau begitu, itu berarti ... perapian dan kamar mandi. Sebab di villa ini tak ada kolam renang yang bisa dikaitkan dengan danau, kan?!" imbuh Kim tak mau kalah adu hipotesa.

"Wah, kalian hebat!" puji Edgar pada D'Breakers.

"Kim, kau dan Ken ke kamar mandi. Edgar dan aku ke perapian di ruang tengah. Setelah petunjuk kita dapatkan, kumpul di ruang keluarga, oke?!" komando Shin pada teman-teman.

"Laksanakan!!" jawab Ken dan Kim serempak.

***

Kim dan Ken menelusuri seluruh bagian kamar mandi yang ada di villa itu. Sudah dua kamar mandi mereka obrak-abrik namun tak ditemukan apapun. Hingga akhirnya mereka kembali masuk ke ruangan Pak Ben dan mengamati setiap sudut yang dirasa mencurigakan.

"Ken, lihat ini ... di dalam closet ada semacam kode," ujar Kim yang berhasil menemukan kode di tempat tak terduga.

"Catat itu dan ayo kita ke ruang keluarga." Ken memberi komando pada Kim.

***

Sementara itu, Edgar dan Shin tak serepot Kim dan Ken yang harus mencari petunjuk di beberapa kamar mandi yang ada di villa. Shin cukup cerdik memilih perapian sebagai target pencariannya karena jumlah perapian di villa itu hanya satu, itu pun ada di ruang makan yang bersebelahan dengan ruang keluarga.

"Apa kau menemukan sesuatu, Edgar?" tanya Shin sembari memeriksa sisi kiri perapian.

"Belum. Sepertinya di sini tidak ada," jawab Edgar yang memeriksa sisi kanan perapian.

"Di sini juga nihil."

"Apa ada perapian lain selain di ruangan ini?" gumam Edgar tampak tak yakin.

"Kita coba periksa juga bagian dalam perapiannya." Shin mendahului Edgar masuk ke dalam perapian yang hampir jarang digunakan itu.

"Edgar, tolong carikan senter, dan kalau bisa kuas juga."

Beberapa saat kemudian Edgar datang dengan kuas dan senter lalu diserahkannya pada Shin. Shin memeriksa dengan teliti bagian dalam perapian, sesekali ia terbatuk-batuk akibat debu sisa pembakaran yang dibersihkannya dari dinding perapian. Tiba-tiba ujung-ujung jemarinya seakan menyentuh sesuatu. Sebuah ukiran di dinding perapian. Disekanya dengan kasar peluh yang mengalir di dahi. Shin seakan ingin berteriak dan berjingkrak kegirangan ketika ukiran yang telah dibersihkannya menampilkan sebuah kode. Api harapan kembali bersinar.

"Ketemu! Edgar, tolong ambilkan catatan di tasku."

"Ini." Edgar mengulurkan alat tulis pada Shin.

Setelah selesai mencatat, Shin mengajak Edgar menuju ruang keluarga.

"Lama sekali kau, Shin. Mukamu sampai cemong-cemong begitu. Hahaha ... " Kim tergelak melihat Shin yang tampak menghitam. Hanya mata dan giginya saja yang masih putih.

Shin mengabaikan ejekan Kim dan lebih memilih untuk bertanya.
"Bagaimana, kalian dapat sesuatu?"

"Tentu saja. Apa kau juga sudah menemukannya?" Kim balik bertanya.

Shin tersenyum dan menunjukkan catatannya sebagai jawaban.

Shin dan Edgar menunjukkan kode yang mereka temukan.

QCL6
QVM7
LCL8
TFVIIUTIXUKFIKCAMTI

U
"Asandi Anaz" ⬆


Kim dan Ken juga menunjukkan kode yang mereka temukan di tempat tak terduga.

A5C8D5B8D8

"Kurang dari tiga jam lagi sebelum fajar." Ken mengingatkan.

"Sial, kita harus menyelesaikan kode-kode ini. Tunggu kami Alis, kami pasti akan menyelamatkanmu!" Shin bergumam sambil menatap ke luar villa. Pandangannya menerawang jauh, menerka di mana Alis berada.

... Tbc ...

D'Breakers "Misteri Villa Raja"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang