Chapter 19 : Elimination

206 21 9
                                    

"Hahahaha ... huahahahaha ... " Begitu menyadari kalau dirinya telah dijebak, pria yang diduga kuat adalah Mr. Nice Guy yang sebenarnya malah tertawa terbahak-bahak.

"Apa yang kau tertawakan?! Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, sekarang cepat lepaskan Alis!!" bentak Ken pada pria itu.

"Hahaha ... sepertinya aku memang sudah ketahuan, ya?! Tak kusangka phobia-ku pada kecoak mengungkap jati diriku. Ahahahaha ... Seperti yang kalian katakan, aku memang kakak kembar Edgar. Perkenalkan, namaku Vincent." Pria yang memperkenalkan diri sebagai Vincent itu akhirnya mengakui identitasnya.

"Sesuai kesepakatan, kami telah menemukan hartanya. Kini saatnya kau memenuhi janjimu, bebaskan Alis sekarang juga!! Di mana kau menyembunyikannya?!" ujar Shin tak sabar.

"Melepaskannya?! Huh, lucu sekali. Tak semudah itu!! Pertama-tama aku harus lihat dulu apa yang ada di balik pintu ini. Kalau ternyata tidak ada apapun, maka tawanan akan mati. Ditambah kalian bertiga tentunya. Hahahaha ... ." Vincent tertawa puas.

"Meskipun kau mendapatkan hartanya, kurasa kau takkan membiarkan kami pergi begitu saja, kan?! Kau kira aku tak tahu sifatmu?! Dasar Iblis!!" umpat Kim emosi.

"Ah, benar juga ... apa kau pikir aku perlu mengatakannya?! Kau cukup pintar untuk dapat menebak sifatku, Kim. Coba kalian pikir, mana mungkin seorang pembunuh membiarkan saksinya hidup berkeliaran?! Hahahaha ... "

"Sial, padahal kau sudah berjanji akan melepaskan Alis!! Apa kau tidak punya otak sampai setega itu mempermainkan nyawa orang, hah?!" Bagai petasan yang disulut api, emosi Ken mendadak meledak-ledak mengetahui keselamatan adiknya tak terjamin.

Ken sudah tak tahan lagi hanya berdiam diri di hadapan Vincent. Kuda-kudanya sudah terpasang dengan kokoh, ia bersiap menyerang Vincent. Namun niatnya terpaksa harus dihentikan karena tiba-tiba Vincent mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arah Ken.

"Maaf, Ken, selangkah lagi kau maju, maka ucapkan selamat tinggal pada dunia. Kalau kau pikir aku tak mampu untuk membunuhmu, pikirkan lagi apa yang sudah kulakukan pada Leo, Pak Jarot dan Olivia." Vincent mengancam dengan senyum licik tersungging di wajahnya.

"Ken, tahan amarahmu. Kendalikan emosimu. Dia benar, Ken. Dia tak main-main dengan ucapannya." Shin menepuk bahu Ken dan menariknya untuk mundur.

"Dengarkan ketuamu itu, Ken. Tak kusangka dia bisa bicara setenang itu dalam kondisi seperti ini. Oh ya, aku berubah pikiran. Karena tindakan Ken barusan, rasanya aku ingin mengeksekusi kalian di sini, sekarang. Berhubung di pistolku masih ada enam peluru, aku akan membaginya dengan adil. Masing-masing dua peluru. Hahaha ... " Lagi-lagi Vincent tertawa puas, seolah kemenangan sudah ada dalam genggamannya.
"Bagaimana kalau kumulai dari kau, Shin?! Kemarilah ... " tantang Vincent dengan pistol di tangan.

"Sebentar, sebelum aku mati, aku masih punya pertanyaan untukmu," kata Shin menginterupsi.

"Oh, seperti permintaan terakhir, ya?! Silakan saja, katakanlah."

"Aku hanya ingin memastikan, apa kau punya sekutu di sini?! Setelah semua yang terjadi, kuyakin kau takkan mampu bergerak sendirian. Pasti ada yang membantumu. Ya, kan?!"

"Tentu saja, aku punya asisten. Dia yang membantuku membunuh dan mengalihkan perhatian kalian. Dia yang membantuku mengikat Olivia di pohon dan saat ini dia sedang menjaga para sandera," jawab Vincent enteng.

"Apa yang terjadi dengan Sam, Edgar dan Bi Inah?!"

"Adik kecilku itu tentu saja kujadikan sandera juga. Lalu pembantu sialan itu pasti sudah dihabisi oleh asistenku."

"Bagaimana dengan para sandera? Di mana mereka?!" pancing Shin selagi Vincent lengah menjawab setiap pertanyaan yang diajukannya.

"Well, meski saat ini fajar sudah tiba, sampai saat ini mereka masih aman. Aku ingin mengeksekusi kalian bertiga dulu. Oya, jangan harap kalian bertindak gegabah, karena aku sudah memasang bom di sekitar lokasi sandera berada." Rupanya Vincent cukup pintar dan hati-hati, ia tidak terpancing pertanyaan yang Shin ajukan.

"Huh, ternyata persiapanmu sudah benar-benar matang, ya?! Sialan kau!! Sepertinya itu saja pertanyaanku. Terimakasih," ucap Shin mengakhiri pertanyaannya pada Vincent. Ia tahu, cara biasa takkan mempan pada Vincent. Ia ingin melawan, tapi semua kartu andalan, Vincent yang pegang. Ia jadi tak bisa berkutik.

Sebelum Vincent menarik pelatuknya, tiba-tiba giliran Ken datang menginterupsi.

"Aku juga punya permintaan. Aku ingin didahulukan daripada Shin. Aku hanya berpikir bahwa prajurit sejati mati sebelum pemimpinnya. Jadi aku tak mau mati setelah ketua kami." Ken berujar dengan lantang. Dengan yakin ia maju, memposisikan dirinya berdiri di depan Shin.

Vincent kembali mengarahkan ujung pistolnya pada Ken dan Shin.

"Tunggu!! Biar aku menjadi yang pertama!!" seru Kim berlari memposisikan diri di depan Ken.

"Kurasa kalian sudah gila. Kalian pikir mati itu seperti antrian sembako sampai harus dulu-duluan mengantri?! Ah, tapi persetan dengan pilihan kalian itu. Tujuanku adalah menghabisi kalian, tak peduli siapa dulu yang akan mati."

"Tapi ... " Kim ingin protes, namun kalimatnya keburu dipotong oleh Vincent.

"Baiklah, baiklah, karena aku juga mempunyai sisi yang baik, akan kukabulkan permohonan kalian itu. Yang pertama Kim, lalu Ken, kemudian Shin. Adil, kan?!"

"Terimakasih," ujar Kim dan Ken bersama-sama.

Kim kemudian mengambil jarak dari kedua rekannya. Kedua tangannya terangkat pasrah dan berjalan ke arah Vincent. Beberapa langkah di hadapan Vincent, ia berhenti dan berbalik menatap kedua rekannya.

"Teman-teman, sepertinya kita sudah sampai akhir. Aku mohon maaf ya atas semua salahku pada kalian. Terimakasih. Aku mengalami masa terbaikku bersama kalian," ucap Kim menyampaikan kata-kata terakhirnya.

Dalam khidmat dan menutup mata, Kim pun pasrah. Ia sudah siap menerima apapun yang akan terjadi padanya. Vincent pun sudah siap mengarahkan pistolnya ke kepala Kim. Detik-detik terakhir, suasana benar-benar hening dan menegangkan. Vincent telah menarik pelatuknya dan siap untuk menekan pemicunya, namun tiba-tiba Shin berteriak histeris dengan sangat keras.

AAAARRRGGGGHHH!!!

Teriakan tiba-tiba Shin membuyarkan fokus Vincent pada arah tembakannya. Tembakan Vincent meleset. Dengan sigap Kim memutar tubuhnya dan menyerang Vincent sehingga detonator terlepas dari tangan Vincent. Tanpa ada yang menyangka, ternyata gerakan Vincent cukup gesit, ia berhasil menjatuhkan Kim dan menendangnya hingga Kim terhempas beberapa meter di depannya.

Shin langsung berlari untuk mengambil alih detonator. Sementara Ken tak mau kalah, diraihnya tangan kanan Vincent yang memegang pistol dan membuatnya kehilangan beberapa peluru akibat pergumulan. Namun Vincent ternyata lebih gesit daripada Ken. Vincent berhasil memukul mundur Ken sehingga cengkraman Ken terlepas. Vincent menambah serangan. Ditendangnya dada Ken hingga pria itu terhempas mundur dan jatuh. Ken tampak kepayahan untuk bangkit. Dadanya terasa sesak. Menyadari posisinya lebih unggul, diarahkannya ujung pistolnya pada Ken dan bersiap menarik pelatuknya. Ken pun terkesiap atas hal tak terduga ini.

Tiba-tiba Kim bangkit dan memasang kuda-kuda untuk kembali menyerang Vincent. Menyadari adanya serangan lain, Vincent segera berbalik dan melepaskan tembakannya ke arah Kim yang sudah dalam posisi melompat seperti harimau yang hendak menerkam mangsanya.

DOR!! DOR!!!

Suara tembakan barusan bergema di ruangan itu, memecah kesunyian ruang bawah tanah. Timah panas berhasil menjatuhkan Kim dan membuatnya tak bergerak lagi. Kim tertembak.

"Kiiimmm!!" jerit Ken histeris. Ia tak menyangka temannya itu akan melindunginya dan benar-benar menjadi orang pertama yang tertembak.

Vincent kemudian menghampiri Shin yang masih membeku di tempat akibat melihat Kim tertembak di depan matanya sendiri. Begitu detonatornya berhasil direbut, Vincent memukul kepala Shin dengan pistolnya yang sudah kehabisan peluru. Shin ambruk dengan darah mengalir di kepalanya.

"Kalian benar-benar memuakkan. Akan kuledakkan bomnya sekarang juga!" Kemudian dengan mantap Vincent menekan tombol merah pada detonator di tangannya. Suara ledakan dahsyat terdengar sedetik setelahnya. Tanah yang mereka pijak pun terasa bergetar akibat ledakan itu.

BOOMMM!!!


... Tbc ...

D'Breakers "Misteri Villa Raja"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang