Chapter 21 : Miracle

201 20 5
                                    

"Kau ... bagaimana mungkin?!" Mata Vincent terbelalak melihat orang yang berdiri di hadapannya itu. Sosok yang tak lain adalah adiknya sendiri, Edgar.

Bagaimana mungkin dia bisa selamat dari ledakan itu?! Aku bahkan tak memberitahu asisten sialan itu kalau aku akan meledakkan bomnya. Seharusnya tak ada yang selamat. Lantas siapa yang menyelamatkan mereka? Pikiran Vincent berkecamuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya.

"Kau tak perlu seterkejut itu. Orang inilah yang sudah menyelamatkan kami." Sebuah suara wanita yang sangat familiar di telinga Ken dan Shin membuat kedua pria ini terkesiap. Mereka dapat melihat dengan jelas sosok Alis yang muncul dari belakang Edgar sedang memapah seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Bi Inah.

"Alis??!" Wajah Shin dan Ken tampak sumringah. Dengan susah payah mereka bangkit untuk menyambut Alis yang tampak lemas akibat penyanderaan itu.

Alis meminta Bi Inah untuk beristirahat di anak tangga, sementara dirinya menghambur ke arah Ken dan Shin dengan airmata menggenang di pelupuk matanya.

"Kakak, Shin ... syukurlah kalian selamat." Dipeluknya tubuh Ken dan ia tersenyum lega ke arah Shin. "Oya, Kim mana?" tanya Alis sembari melepas pelukannya pada Ken.

Shin dan Ken berpandangan sejenak, memutuskan siapa yang akan menjelaskan pada Alis. Akhirnya Ken mengangguk kecil sebagai tanda kalau dialah yang akan memberi penjelasan pada adiknya. Alis sudah kebingungan, dicarinya tatapan mata kakaknya untuk meminta penjelasan.

"Kim, dia ... " Ternyata sulit untuk mengatakannya dengan kata-kata. Dipalingkan wajahnya ke arah tubuh Kim yang terbaring di sisi ruangan.

Alis terkejut, airmata yang sedari tadi menggantung di pelupuk matanya kini mengalir deras. Menciptakan anakan sungai di atas pipinya yang diselimuti debu dan bekas darah yang mengering. Tulang-tulang Alis serasa dilolosi. Tubuhnya ambruk seketika. Dengan sigap Ken merengkuh tubuh adiknya itu dan mencoba menguatkannya. Telapak tangan kanan Ken menutup mata Alis, menghalangi pandangan Alis untuk melihat pemandangan yang dapat menghantui hidup adiknya kelak. Ia paham betul kalau daya ingat adiknya ini sangat baik. Ia tak ingin adiknya terus terbayang dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dipalingkan wajah Alis ke dadanya, ke dalam pelukannya.

"Alis, tenanglah, bukan saatnya kita begini. Sekarang yang harus kita lakukan adalah fokus menangkap Mr. Nice Guy yang sebenarnya. Kita tak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Kim. Tenang ya ... ," ujar Ken berusaha menguatkan adiknya yang masih tersedu-sedu itu.

"Alis, percayalah pada kakakmu." Shin menambahkan.

Alis pun sekuat tenaga mencoba menghentikan tangisnya. Ia mengangguk kecil dan mengusap air mata sebagai jawaban atas ucapan kakak dan temannya itu. Ken membantu Alis bangkit dan membiarkan adiknya berdiri dengan kekuatannya sendiri. Terus menerus memeluknya hanya akan membuat adiknya semakin terlarut dalam kesedihan. Ken ingin Alis dapat menghadapi kenyataan dengan tegar.

"Hahaha ... sepertinya keadaan berbalik, ya?! Ternyata akibat kecerobohan si bodoh itu rencanaku jadi gagal semua. Hahaha ... ngomong-ngomong, kalian apakan dia? Akan lebih baik jika kalian membiarkannya mati dalam ledakan itu."

"Sayang sekali, kami tak sekejam dirimu. Dia sudah kami amankan. Kami mengikatnya di atas dalam kondisi pingsan. Kurasa kaulah yang bodoh sampai-sampai mengandalkan Samuel sebagai asistenmu," ujar Alis dengan suara bergetar. Ia masih berusaha agar lebih tenang sembari mengumpulkan rasa percaya dirinya.

"Samuel??" Shin dan Ken bertanya-tanya. Apa mereka tidak salah dengar? Barusan Alis mengatakan bahwa Samuel adalah asisten Vincent?!

"Samuel sudah menceritakan semuanya. Orang ini sudah mengancam dan mengiming-imingi dirinya dengan bagian dari harta warisan itu. Tugas Sam adalah mengalihkan perhatian kita sementara dia melancarkan aksinya." Alis mengucapkannya sembari sesekali menunjuk-nunjuk Vincent.

D'Breakers "Misteri Villa Raja"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang