Chapter 5 : Let's Go!!

281 23 0
                                    

-Hari keberangkatan menuju Pulau Raja-

"Kita bisa terlambat kalau seperti ini. Pesawatnya akan berangkat dua jam lagi dan kita belum stand by di bandara?!" Kim tampak panik. Ketua klub mereka tak kunjung datang. Sudah sejam mereka bersiap di rumah Kim yang kebetulan cukup dekat dengan bandara.

"Aku akan telpon dia lagi. Semoga kali ini diangkat. Barangkali dia sudah di jalan." Alis mencoba menenangkan keadaan.

"Kuharap dia benar-benar sudah di jalan. Huft ... " Kim membuang nafas, jengah. Dia paling sebal jika dibuat menunggu. Apalagi menunggu kehadiran si dia yang tak pasti. #eaaa (dia siapa, Kim? *author kepo)

Alis mengambil telpon genggamnya, menekan beberapa tombol, kemudian dirapatkannya telpon genggam itu ke telinga kirinya.

"Halo? Halo?!"

"Ya, halo ... siapa ya?" Terdengar suara serak dan lesu dari balik telpon Alis.

"Ini aku, Alis."

"Uhm, Alis ... ada apa pagi-pagi telpon? Bukankah hari ini hari kita sudah libur ... otakku lelah sekali setelah ujian beruntun, kemarin. Aku ingin mengistirahatkan otakku dulu, ehmmm ... " Suara telpon mendadak hening, hanya terdengar dengkuran halus pertanda yang diajak bicara kembali tidur.

"Shin?! Shin!! Dasar ketua BODOH!!! Apa kau tak ingat hari ini kita pergi ke Pulau Raja!!?? Dan Kau belum bangun?? PAYAH!!!" Alis meneriaki ponselnya dengan menggebu. Membuat kucing yang lewat di depannya lari tunggang-langgang dan burung-burung yang tengah berkicau di pohon beterbangan.

"Kenapa dia?!" tanya Ken pada Kim yang tengah menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Sepertinya adikmu terganggu jiwanya." jawab Kim dengan tampang tak berdosa.

"Ehh??!" Ken menjitak Kim, namun Kim berhasil menghindar.

---

Begitu sampai Bandara Adi Sudcipto, anggota D'Breakers yang tengah diburu waktu, lari tunggang-langgang mengejar pesawat.

"Ayo, pesawatnya setengah jam lagi berangkat dan kita belum check in tiket. Cepat!! Cepat!!" Kim memberi instruksi agar teman-temannya bergegas mengikuti langkahnya yang sudah lebih dulu mencapai gate pengecekan tiket di pintu masuk bandara.

"Jangan sampai ketinggalan! Waduh, kacau, kacau!" Alis mulai panik.

"Semangat kawan-kawan!!" Shin mencoba memberi semangat. Barang bawaannya terlihat lebih simple dari ketiga rekannya. Dapat dipastikan ia hanya menyelipkan satu stel pakaian ganti di tasnya, atau mungkin ia asal memasukkan barang saat berkemas dalam kondisi setengah sadar sewaktu diteriaki Alis melalui ponselnya. Benar-benar ketua yang mengkhawatirkan.

"Memangnya karena siapa kita jadi begini, hah?!" Alis mulai sewot. Ia tampak kerepotan mengangkat koper sementara ransel besar menempel di punggungnya.

"Hehehe ... ," Shin tersenyum kecut dan membawakan koper Alis sebagai permohonan maafnya.

"Dua puluh menit lagi!! Ayo, cepat!! Cepat!! Lihat, penumpang yang lain sudah mulai bersiap naik pesawat." Kim mempercepat langkah larinya.

"Aduh, aku sudah nggak kuat lagi, Kak." Alis mulai mengeluh dan menghentikan langkah kakinya. Ken menghampiri adiknya dan membawakan ransel Alis.

"Aaahhh!!! Dasar cewek!!" Tiba-tiba Kim berbalik dan menggendong paksa Alis. Membawanya lari menuju pesawat.

"Hey!! Apa-apaan ini?? Lepaskan aku!!" Alis berontak. Kakinya bergerak-gerak minta diturunkan. Namun usahanya sia-sia. Kekuatan dan keseimbangan tubuh Kim melebihi perkiraannya.

Suara gaduh Kim dan Alis menarik perhatian orang-orang di bandara. Shin dan Ken hanya pasrah memandang atraksi heroik yang dilakukan Kim terhadap Alis.

"Apa liat-liat?? Ini gara-gara kau, tahu?!" Kim melayangkan death glare-nya pada Shin.

"Ahaha, damai, Bro ... peace." Jari tengah dan jari telunjuk Shin mengacung ke arah Kim.

"Huft, untung nggak ada yang terlupa seperti ulang tahunnya Brotha Budi." Ken ikut angkat suara.

"Ulang tahun? Astaga!! Aku lupa!! Ada yang ulang tahun hari ini!" Shin tampak terkejut. Langkahnya terhenti seketika.

"Siapa??" tanya Alis, Kim dan Ken serempak sembari melanjutkan langkah mereka mendekati pesawat.

Shin tidak menjawab. Dia malah mengambil handphone dan menekan beberapa tombol, mencoba menghubungi seseorang.

"Halo? Halo?" Shin membuka obrolan begitu nada sambung berhenti berbunyi, pertanda yang dihubunginya telah menerima panggilannya.

"Assalamu'alaikum, halo, dengan siapa ini?"

"Wa'alaikumussalam. Hhh ... hhh ... ," Shin mengambil nafas sejenak dan mengaturnya agar tidak terlalu ngos-ngosan.

"Halo, Bibah?! Ini aku, Shin. Hehe ... "

"Oh, hai, Shin. Kukira siapa kok nomornya private number gitu. Ada apa? Tumben telpon."

"Oh, ya ampun! Maaf, kesalahan teknis. Hehe ... gimana kabarnya nih??" Shin agak canggung menanyakannya. Lebih tepatnya ia bingung mau memulai pembicaraan dari mana.

"Alhamdulillah, baik. Kamu?"

"Alhamdulillah, syukurlah. Aku juga baik kok. Hehe ... "

"Jadi, ada apa telpon?"

"Cuma ingin iseng aja ... "

"Iseng?! Hu ... dasar, kamu ini, ga pernah berubah. Hu ... !"

"Hehehe ... , maaf deh, maaf. Oya, uhm ... ehm,"

"Ehm kenapa?"

"Anu, cuma mau ngucapin happy birthday ya, Bibah. Hehehe ... semoga tercapai apa yang kamu impikan, makin dewasa dan makin sukses. Hehe ... " Wajah Shin memerah, bingung mau bilang apa.

"Wah, kamu inget ya, hari ini ulang tahunku? Hehe, trims ya ... "

"Hehe, sama-sama. Ehm ... lagi ngapain, nih? Pasti lagi baca cerita detektif, ya?!"

"Haha, sok tau kamu! Eh, sebentar, ada Ilham dateng."

Sambungan hening sejenak.

"Halo, Shin?! Sorry, gue hampir kelupaan nganter titipan Loe, tapi udah gue kasihin kok ke yang bersangkutan. Dah ya, gue cabut." Terdengar suara Ilham menggantikan suara Bibah dari seberang ponsel.

"Santai. Thanks ya, Bro," balas Shin lega.

"Loh, kok Ilham yang nganterin kado dari kamu, Shin?"

"Hehe, panjang ceritanya. Ehm ... Jadi gini, uhm ... sebenarnya ... ," Shin tampak gugup mengatakannya. Wajahnya agak memerah. Malu. Belum selesai ia menyampaikan kalimatnya, tiba-tiba tangan Kim menyahut ponsel Shin dan menggantikan Shin berbicara.

"Halo ... halo, siapapun di sana selamat ulang tahun ya ... tapi maaf, pembicaraan harus dihentikan. Ada pesawat yang harus kami kejar." Tanpa menunggu jawaban, Kim mematikan sambungan telepon dan menarik Shin masuk ke pesawat.

"Yah ... !! Kim, yang benar saja kau?!" Wajah Shin memerah, kali ini bukan karena malu, tapi kesal yang bercampur aduk.

"There's no time!! We're gonna late!" Kim mengetuk-ngetuk jam tangan dan menunjukkannya pada Shin.

Meski diburu waktu, akhirnya mereka dapat naik pesawat tepat waktu. Terlambat sebentar saja mereka akan tertinggal. Sesampainya di pesawat, Kim langsung terduduk lemas dengan napas ngos-ngosan. Belum hilang rasa lelah setelah menggendong Alis, ia harus kembali turun pesawat untuk menjemput Shin yang asik bertelpon ria dengan seseorang.

Kini D'Breakers siap berangkat menuju Bandara Juanda Surabaya selanjutnya ke Pulau Raja untuk memecahkan teka-teki warisan.

... Tbc ...

D'Breakers "Misteri Villa Raja"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang