2

5.2K 413 52
                                    

Suasana di apartemen Shania terasa mencekam sore itu. Bukan karena mati lampu, tapi karena dua gadis yang duduk saling berhadapan itu sama-sama melemparkan tatapan saling membunuh satu sama lain. Shania menatap berang Nabilah dan sebuah dokumen di atas meja.

"Lu apa-apaan coba, Bil? Main daftarin gue seenaknya aja." Shania memecah keheningan dengan nada ketus.

Nabilah menghela napas berat lalu memijit pelipisnya pelan. "Tan, ini demi kebaikan lo juga tau. Lu udah dewasa ya, ubah cara berpikir lo." Ujar Nabilah.

"Tapi lo gak berhak dong ngatur-ngatur hidup gue kayak gini. Ini namanya melanggar HAM." Shania menunjuk-nunjuk Nabilah dengan jarinya dan bangkit berdiri. "Lagian lo siapa ngatur-ngatur hidup gue!"

Nabilah yang memang sudah lelah pun akhirnya terpancing emosinya juga ikut berdiri. "Gue ngelakuin ini demi kebaikan lo ya! Gue gak mau liat lo ntar nyesel di kemudian hari, Shan!"

Shania terdiam. Dia tau, kalau Nabilah sudah memanggilnya dengan nama aslinya, itu artinya Nabilah benar-benar serius.

Pada saat suasana sudah sangat tegang, terdengar pintu depan terbuka.

Ceklek....

Perhatian kedua orang yang sedang berseteru itu teralih ke arah pintu.

"Gaby."

"Ayam."

Seorang gadis tampang Manado nan manis dengan kulit sawo matang terlihat berkacak pinggang di depan pintu apartement Shania yang sudah kembali tertutup.

Gaby berdiri dengan style 'like a boss' alias berkacak pinggang dengan tas selempang kecil berwarna putih di punggungnya, menatap Shania dan Nabilah bergantian.

"Kalian ini gak malu apa ribut-ribut kayak anak kecil? Suara kalian itu kedengeran sampe depan lift tau gak." Sergang Gaby serius.

Well, Gaby adalah pacar Nabilah. Ya. Pacar. Aneh memang, tapi yang namanya cinta emang tidak ketebak kan? Ayam telor dengan Kang bajay. Weird.

Shania dan Nabilah yang masih mematung itu pun memandang Gaby aneh. 'Kok nih anak bisa di sini?' Batin keduanya serentak.

"Apa? Kalian kenapa liatin Gaby begitu?"

Shania yang tersadar pun kembali mengalihkan fokusnya ke Nabilah. "Kubil, nih cewek lo ngapain di mari sih? Lo berdua kalau mau aneh-aneh please jangan di tempat gue deh. Jangan kotori kesucian apartement gue dengan tabiat kalian."

"Yam. Ngapain di mari sih? Kan ogut bilang tunggu di kampus aja, ntar di jemput selesai urusan ogut dimari elaaah." Omel Nabilah pada Gaby sambil menepok jidatnya. Fyi, Gaby masih kuliah dan lebih muda dari Nabilah.

"Ih abisnya Gaby khawatir tau. Takut ada pertumpahan darah di sini. Kan Nabilah bilang lagi bersitegang sama Shania." Jawab Gaby polos. Nabilah memang menceritakan perihal ini ke Gaby dengan maksud ingin mengurangi stress saja, namun apa daya Gaby salah tangkap. Duh, yam.

"Duh gue pusing deh ngeliat lo berdua. Mending lo pada cabut deh dari sini. Pacaran kek, ke mana kek. Gue ada acara malem ini." Ujar Shania frustasi.

"Lo mau dugem lagi? Mau mabok-mabokan lagi? Iya, Shan?" Bentak Nabilah yang sudah benar-benar tidak tahan lagi dengan Shania.

"Bukan urusan lo, Bil." Jawab Shania acuh dengan nada malas.

"Iya. Emang bukan urusan gue. Tapi itu akan menjadi urusan gue ketika telinga gue mendengar desas-desus lo jadi kupu-kupu malam, lo jadi wanita murahan, lo jadi wanita bayaran. Karena apa? Karena lo udah gue anggap Kakak gue sendiri!" Nabilah berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal lalu melanjutkan ucapannya. "Itu menjadi urusan gue saat banyak orang menatap rendah ke lo, tanpa sepengetahuan lo. Itu akan menjadi urusan gue selama gue jadi temen lo."

Love Affair [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang