Semua sudah terungkap. Semua fakta yang selama ini Shania dan Beby sembunyikan terungkap sudah. Hanya pada Nabilah tentunya. Nabilah telah melihat semua bukti-bukti kuat yang di berikan Shania tidak bisa berkata apa-apa selain membungkam mulutnya sambil menatap Beby, antara kesal, marah, dan kasihan. Sedangkan yang di tatap hanya menghela napasnya pasrah.
"Clear, kan?" ucap Shania sambil menatap Nabilah dengan mata sembabnya.
Nabilah mengangkat bahunya. "Percaya gak percaya." gumam Nabilah pelan. "Tapi...delapan puluh persen gue percaya sama foto yang ada di laptop lo." Nabilah menghela napasnya panjang lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.
Beby mengacak-acak rambutnya frustasi. "Bil, ya kali. Kan lo tau gue sama Shania sama. Gak mungkin gue hamilin Shania. Duh, lo punya otak di pake dong." geram Beby.
Nabilah menatap Beby sinis. "Lo yang seharusnya pake itu otak yang katanya cerdas. Lo kan CEO di perusahaan lo. Kenapa masalah kaya begini lo gak bisa hindari?" jawab Nabilah yang langsung membuat Beby diam seribu bahasa. "Dan belum lagi lo udah bersuami. Apa kata suami lo nanti kalo lo melakukan hal sekeji ini?"
Mendengar kata 'suami' reflek Beby langsung mengangkat kepalanya. Rasa menyesal melanda hatinya. Elang. Suami tercintanya. "Astaga...." desis Beby.
"Nikahin Shania." ucap Nabilah tiba-tiba yang langsung membuat Beby menganga kaget. "Iya, nikahin Shania. Ngerti?" ulang Nabilah.
Beby membuka mulutnya hendak berbicara namun kembali menutupnya. Beby menggeram lalu menggeleng. "Gak bisa Nabilah. Gue gak bisa. Gue udah punya suami. Gue...gue gak bisa."
Mendengar jawaban dari Beby, mendadak perasaan Shania menjadi khawatir. Tangan yang tadinya Shania letakan di pangkuannya, kini menggenggam erat tangan Beby guna menyalurkan rasa khawatirnya.Beby hendak menarik tangannya, namun karena genggaman Shania cukup kuat, jadi Beby tidak bisa menarik tangannya kemana-mana.
"Gue tau kalian lakuin semua itu sama-sama suka. Dan gak salah lo ngasih rumah ke Shania. Buat apa? Nyuap Shania untuk tutup mulut akan kebusukan lo." sindir Nabilah sambil menatap Beby sinis.
Dan lagi-lagi Beby hanya bisa membungkam mulutnya rapat-rapat. Rahangnya mengeras menahan amarah.
"Kalian berdua harus tanggung jawab atas semua yang udah kalian lakuin. Kalian harus menikah. Entah gue gila atau gimana. Whatever. Kalian harus menikah, harus." ucap Nabilah pada akhirnya. Nabilah sudah pasrah. Entah apa yang harus ia lakukan lagi. Yang jelas, Nabilah sudah tidak bisa melakukan apa-apa selain menikahkan Beby dengan Shania. Karena alasan yang di berikan sangat kuat, Nabilah benar-benar akan menuntut pertanggung jawaban dari Beby.
Di dalam hati Shania berjingkrak-jingkrak kegirangan. Sedangkan Beby hanya bisa pasrah. Tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta keajaiban dari Tuhan. Berharap ini semua hanyalah mimpi buruk dan suatu saat nanti Beby bangun di atasranjang tanpa terjadi apapun. Tidak kenal Shania. Tidak pernah bertemu dengan Shania. Dan yang terpenting, tidak pernah tidur dengan sekertarisnya, Shania.
*****
Setelah Nabilah mengucapkan ultimatum kepada Beby, Beby menjadi semakin pendiam. Lebih diam dari seperti biasanya. Mengabaikan semua senyum-senyum manis serta sapaan-sapaan yang di berikan oleh karyawannya. Mengabaikan Shania. Mengabaikan Elang. Beby benar-benar menutup dirinya sampai-sampai Shania frustasi akan perubahan drastis yang terjadi pada Beby.
"Beb? Kamu gak seneng ya bakal nikah sama aku?" gumam Shania sambil melingkarkan tangannya di perut Beby yang kini sedang berdiam diri di perpustakaan kecil yang berada di sudut ruangan santai di rumah Shania. Jangan tanya kenapa Beby ada di rumah ini.
"Don't kidding me." Beby memaksa Shania untuk melepaskan tangannya yang melingkar di perutnya.
Shania memberengut. "Beb...jangan gitu dong. Aku jadi takut ngeliat kamu diem-diem begini. Mendingan kamu marah-marahin aku daripada kaya begini. Aku takut." gumam Shania pelan.
Beby menghela napasnya lalu memutar tubuhnya untuk menatap Shania. "Shan, ini...ini gak mungkin terjadi."
"Pasti akan terjadi. Kamu harus tanggung jawab. Nabilah udah ngurus semuanya." jawab Shania cepat. "Bukti yang aku berikan juga kuat Beby. Dan kamu mengkuinya, kan?"
Beby menghela napasnya. "Aku nggak pernah berfikir kamu senekat ini."
Shaia tersenyum manis lalu mengelus pipi tirus Beby. "Kamu tau, aku bakal lakuin apapun demi mendapatkan orang yang aku cintai." Shania mendaratkan bibirnyadi bibir Beby setelah sekian lama tidak merasakan benda kenyal itu.
"Aku sayang, aku cinta sama kamu." bisik Shania pelan di telinga Beby lalu langsung memeluk tubuh Beby erat.
Tidak ada hal lain yang bisa Beby lakukan selain berdiam diri tanpa membalas pelukan dari Shania. Apapun yang terjadi selanjutnya, Beby pikir...itu pasti adalah hal yang gila. Sama gilanya seperti perselingkuhannya dengan sekertaris seksinya.
-----
Kami mohon maaf jika endingnya tidak seperti yang kalian harapkan. Kami berdua mohon maaf sebesar-besarnya. Gimana pun juga, kita berdua juga manusia. Nggak jauh dari yang namanya kesalahan. Kita juga nggak sempurna layaknya penulis novel profesional. Kami hanya mencoba untuk menghibur kalian dengan karya kami yang memang kadang tidak bermutu dan tidak mendidik. Jadi, mohon sedikit pengertiannya.
Terimavkasih buat semua yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca FF ga jelas ini. Terimavkasih yang sudah menyempatkan buat vote dan memberikan comment yang bermacam-macam. Terima kasih banyak.
Sampai bertemu lagi.
Salam hangat,
L dan Siska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Affair [Completed]
FanficKisah cinta yang diawali dari perselingkuhan. Fanfiction hasil kolaborasi. 7 April 2016 - 1 Agustus 2016.