3

5K 387 32
                                    

Brak

Brak

Brak

Suara ketukan, bukan. Salah. Suara gebrakan brutal terdengar menggeleggar dari luar kamarnya, tetapi seorang gadis yang tengah tertidur di atas ranjangnya tidak mempedulikan gebrakan di pintunya itu. Malahan ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lalu menutup kedua telinganya dengan bantal.

"SHANIAAAAA!!!!!" Teriakan menggeleggar di sertai dengan gebrakan brutal kembali terdengar.

"SHANIA! EH KAMPRET, LU ADA INTERVIEW PAGI INI DI KANTOR YANG GUE TAWARIN KEMARIN!" Teriak Nabilah kesal masih terus menggebrak pintu kamar Shania.

"Tante, serius ya ini pintu gue dobrak kalo lo gak keluar sekarang juga." Ucap Nabilah mulai jengah.

Karena tidak ada jawaban, Nabilah langsung menuju ke tempat penyimpanan kunci guna mencari kunci duplikat kamar Shania.

"Heran ya sama si Tante, kebonya keterlaluan banget. Gimana ada yang mau sama dia coba. Kebo, muka tua, suka dugem pula." Gerutu Nabilah sambil mencari kunci duplikat.

"Nih anak gimana ya caranya supaya berubah? Apa harus gue ruqyah ini bocah atu?" Nabilah sudah menemukan kunci kamar Shania. Ia memutarnya di lubang kunci lalu langsung membukanya.

Pemandangan pertama yang Nabilah lihat di kamar Shania adalah baju yang berserakan di mana-mana, serta ada beberapa novel yang diletakan oleh Shania di sembarang tempat.

Nabilah mendengus saat melihat Shania masih bergelut di dalam selimut. "Bangun woy bangun! Udah malem nih!" Ucap Nabilah sambil menggoyangkan tubuh Shania.

"Malem pala lo pitak." Jawab Shania dengan suara khas orang bangun tidur.

"Lo udah bangun?" Tanya Nabilah ketus.

"Udah. Dan sekali lagi gue bilang, gue males ke kantor yang lo kasih tau itu elah." Ucap Shania tanpa beranjak dari tidurnya.

Nabilah mendengus lalu langsung menarik tubuh Shania untuk beranjak dari kasurnya. Namun rencananya gagal karena memang badan Nabilah lebih kecil dari Shania. Yang ada Nabilah malah terhuyung ke depan dan jatuh tengkurap di atas kasur Shania.

"Nah, mangkanya jangan gegayaan mau bangunin gue, Bil. Udah sana mending lu ke mana kek. Jangan ganggu gue." Cibir Shania.

Nabilah beranjak lalu menatap Shania tajam. "Shan, lo mau mandi sekarang atau lo gue mandiin di sini? Bukannya lo udah janji sama gue buat dateng ke kantornya pagi ini?"

Shania mendesah lalu beranjak dari kasurnya. Ia lupa, kemarin ia sudah berjanji pada Nabilah akan datang ke kantor yang Nabilah sarankan itu.

*****

Shania POV

Persetan lah dengan lamaran atau tawaran kerja itu. Aku benar-benar malas sekali untuk berkerja. Lagipula, aku masih muda. Bisa saja aku berkerja dua tahun lagi. Tapi ini semua karena Nabilah. Huft, dia selalu saja menghalangi acara clubbing-ku.

"Udah gak pake bengong! Dandan buruan!" Perintah Nabilah.

Oke, aku sudah selesai mandi. Itu juga karena paksaan dari Nabilah. Aku melirik ke kasur. Ternyata Nabilah sudah menyiapkan pakaian yang akan kupakai ke kantor nanti. Huft, ternyata Nabilah benar-benar serius ingin membuatku berkerja disana.

"Nih, gak ada yang seksi-seksi. Yang ada dia bakal salah fokus." Ucap Nabilah sambil memberikan kemeja putih kepadaku.

"Hmm 'dia' nya ini cewek apa cowok, Bil?" Tanyaku penasaran. Tentu penasaran, kalau cowok kan bisa aku goda hihi.

Love Affair [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang