5

4K 311 48
                                    

"Shan, Shan, egila lu udah woy. Lo udah abisin berapa gelas?" Tahan Jeje pada Shania yang baru saja hendak mengisi gelas dengan bir lagi.

Shania menoleh ke arah Jeje. "Gue lagi sebel sama seseorang Je, awas." Jawab Shania dengan gaya biacara khas orang mabuk.

"Ya, ya udah. Lo udah 5 gelas. Mending balik yuk balik." Ajak Jeje sambil menarik tangan Shania.

Shania menggeleng lalu menarik tangan yang di genggam oleh Jeje. "Gak mau, haha, dia nyebelin banget Je, haha."

"Stres nih anak," gumam Jeje pelan. "Iye udah iye, apapun yang lu bilang itu gue iyain aja. Sekarang, balik."

"Enak aja. Gak ah. Haha, gue mau joget." Ucap Shania berusaha beranjak dari sofa namun yang terjadi adalah Shania jatuh terjerembab ke bawah.

Kinal lari tergopoh-gopoh dari kejauhan saat melihat Shania jatuh tersungkur ke bawah. "Eh ini si Tante kenapa?"

Jeje mengangkat bahunya. "Auk dah ini anak, udah terlalu teler kali. Udah kita bawa balik." Jawab Jeje sambil berusaha memapah Shania.

"Dia nyebelin Je, haha. Liat aja kalo ketemu." Racau Shania.

Kinal mengerutkan keningnya. "Dianya siapa nih ya? Kayanya Shania gak pernah sampe kebawa pikiran gini deh ya, Je?" Tanya Kinal yang di jawab anggukan oleh Jeje.

"Gue gak mau balik. Apa sih." Teriak Shania menahan tubuhnya saat ingin di masukan ke dalam mobil. "Gue masih mau di sini. Haha, kalo ada dia mungkin dia udah gue bunuh haha."

"Stres. Dorong Je, dorong." Perintah Kinal.

Jeje mengangguk lalu mendorong Shania ke kursi penumpang lalu dengan cepat menutup pintu mobil.

"Buru, keburu si Tanju tambah ngamuk."

*****

"ADUUUUUH KEPALA GUE SAKIIIIT!!!!" Teriak Shania menggelegar dari kamarnya.

Nabilah yang mendengar itu langsung berlari ke arah kamar Shania. Ia mendekat ke Shania yang masih berbaring di atas kasur.

"Gue bilang apa Tanju, lu itu udah berumur. Ngapain sih pake ke club segala? Gue kan nyuruh lo ke kantor yang gue kasih itu. Ngapa nyasar ke club? Heran gue sama lo." semprot Nabilah.

"Bangun lo!" Perintah Nabilah yang kini sudah kehabisan kesabaran.

Shania mendengus lalu duduk di atas kasurnya sambil mencengkram kepalanya yang terasa sangat nyeri. "Apa? Mau bawelin gue? Jangan sekarang. Kepala gue sakit."

Nabilah mendengus. "Gue gak peduli Shania Junianatha. Gue tanya, kemarin lo kemana! Lo gak ke kantor yang gue bilang itu?" Tanya Nabilah tegas.

Shania menghela napasnya. "Udah?"

"Lah? Terus? Kenapa lu nyasar ke club? Gue baru tau, club jadi satu sama kantor."

"Kepo lu ilah."

Mendapat jawaban seperti itu, Nabilah langsung melempar Shania dengan bantal. Nabilah mendekat ke arah Shania lalu langsung mencengkram kerah baju Shania. "Denger ya Shania, lo gak usah bohong sama gue. Sekarang, lo rapi-rapi, gue anter lo ke kantor temen gue itu. Gak pake ngebantah! Ngerti?"

Shania mendadak nyalinya menjadi ciut melihat ketegasan yang Nabilah berikan kepadanya.

Cengkraman di kerah baju Shania melonggar. Nabilah kembali duduk di posisinya. "Shan, denger gue. Gue kaya begini demi lo. Lo ngerti gue kan, Shan?"

Shania mengangguk. "Ngerti Bil ngerti. Yaudah, maafin gue. Gue siap-siap." Ucap Shania lalu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.

*****

Love Affair [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang