17

3.4K 315 93
                                    

Mau tidak mau, suka tidak suka, akhirnya Beby pulang juga ke rumah Shania membawa martabak yang diminta sang nyonya rumah. Entah mengapa ia tiba-tiba lemah dengan nada rengekan Shania yang sungguh kontras dengan usianya.

"Nih, abisin semuanya." ucap Beby sambil meletakkan tiga kotak martabak permintaan Shania di atas meja. Ya, tiga. Martabak coklat, keju, dan telur.

"Waaaa. Thank you babyyy~~" balas Shania lalu melumat singkat bibir Beby sebagai tanda terimakasih. Mata Shania langsung berbinar kala menatap kotak martabak-martabak itu lalu membuka dan menyantapnya tanpa membaginya pada Beby barang sepotong pun.

Sementara Beby hanya menatap malas Shania lalu fokus ke acara TV yang sedang membahas tentang ekonomi dunia pasca Brexit. Maklumlah, pengusaha.

*****

Selesai dengan martabaknya, Shania segera menyiapkan makan malam untuk Beby. Walaupun ada ART, namun kalau untuk Beby, Shania lah yang akan memasaknya.

Sambil memasak senyum kebahagiaan tak bisa lepas dari wajah manisnya. Dia merasa sudah seperti istri bagi Beby sekarang. Menyambutnya pulang, menyiapkan air mandinya, memilihkan baju untuk Beby kenakan, dan memasak. Astaga bahagia sekali rasanya.

"Senyum-senyum sendiri, gila ya?" sebuah suara yang sedikit bergetar sukses membuyarkan semua lamuman indah Shania. Ya siapa lagi kalau bukan Beby yang sudah duduk manis di meja makan sambil menuang jus jeruk ke gelasnya.

Dengan rambut pendeknya yang sedikit basah, kaos putih polos, dan celana pendek coklat selutut, dan jangan lupakan jakunnya yang naik turun saat minum. Astaga Beby tampan sekali.

Buru-buru Shania mematikan kompor dan menghidangkan hasil masakannya di meja makan. "Kamu udah laper ya?" tanya Shania sambil mengisi sebuah piring dengan nasi dan lauk lalu diletakkannya di hadapan Beby.

"Udah tau pake nanya lagi. Kamu juga bisa aku makan nih sekarang." jawab Beby, tak peduli jika jawabannya terdengar ambigu di telinga Shania yang memiliki sensor mesum pentium 7.

"Ah kalau mau makan aku besok-besok aja sayang, anu aku masih perih dikit nih."

Untung saja Beby belum memulai makannya, jika tidak maka dia sudah terbatuk-batuk sekarang.

"Bodo." gumamnya lemah dan berusaha fokus lagi pada makanan yang diyakininya enak itu.

"Eit! Eit! Bentar!" cegah Shania saat suapan pertama nyaris menyentuh mulut Beby.

Beby menghela nafas kasar. "Apa lagi Shania?"

"Berdoa dulu, ih. Ucapin syukur sama Tuhan hari ini kamu masih bisa makan enak, masih dikasih kehidupan, dan masih diberkati." ucap Shania polos.

Beby terdiam sejenak sambil menatap Shania heran. 'Bener juga ya' batin Beby lalu menadahkan tangannya ke atas dan mengucapkan doa. Selesai dengan Sang Maha Kuasa, Beby langsung menyantap makanan di depannya bak singa lapar, Buas sekali.

"Enak, gak?" tanya Shania saat melihat Beby sibuk mengigiti paha ayam buatannya sambil satu kaki kanannya dinaikkan diatas kursi. Seperti di warteg.

Beby hanya menanggapinya dengan anggukan ringan karena masih merasa sangat lapar. Tiba-tiba Beby teringat satu hal...

"Kamu kok gak makan?"

Shania menggeleng. "Aku udah kenyang gara-gara martabak tadi."

Beby mendengus lalu bangkit dari duduknya dan mencuci tangan di wastafel. Kemudian kembali ke meja makan mengambil satu piring bersih dan mengisinya dengan nasi dan lauk untuk Shania.

"Kamu makan. Gak ada cerita kenyang karena martabak. Kamu harus makan nasi, sekalian temenin aku. Gak usah protes!" titah Beby saat melihat Shania handak protes.

Love Affair [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang