Part 4

633 14 0
                                    

Fellist Pov

Dering handphone membangunkanku dan lekas kulihat ternyata ada pesan dari Faris yang isinya pagi Fell, kamu siap-siap ya. Soalnya aku mau jemput kamu buat jalan-jalan. Dan aku harap saat aku sampai kita bisa langsung pergi.

"Haduh apaan sih nih orang, baru juga kenal kemaren kok langsung ngajak jalan aja sih, mana kepala ku pusing lagi gara-gara kebanyakan minum kemaren.". gerutuku ."Tapi ngomong- ngomong siapa yang bawa aku kekamar ?, tau ah.". ucapku dengan memegangi kepalaku yang masih terasa pusing.

Tak lama aku mendengar suara mesin mobil dan aku segera keluar kamar dan untung saja aku sudah mandi .

Ku lihat Faris berjalan masuk kedalam dan mendekatiku. Aku tidak menoleh kearahnya dan berpura-pura tidak tahu kalau dia sudah sampai. "Pagi Fell, jalan yuk, mumpung libur tanggal merah nih !". ajak pria itu. "Eh kamu, kapan datangnya kok aku gak denger suara mobilmu." tanyaku." Barusan kok, mau gak aku ajak keluar?". tawarnya .
"Maaf ya, tapi aku gak pernah keluar jalan-jalan kecuali ada  urusan kantor aja." tolakku halus."Kenapa ?". "Ya karena aku malu semenjak aku cacat. aku gak pernah lagi jalan-jalan dan makan ke restoran. Dan aku beritahu bahwa kemarin adalah pertama kalinya aku ke restoran setelah aku menjadi orang cacat selama ini." balasku kepadanya. Dia terdiam. "Dan kau tahu betapa senangnya aku kemarin meskipun aku mendengar bisik hinaan dari orang di sana dan itu membuatku menyadari bahwa aku tidaklah pantas jalan denganmu." .lanjutku kepadanya.
Dia menatapku dengan intens dan tepat di manik mataku. "Kenapa harus malu? Kau tahu Allah sayang kepadamu maka dari itu Allah sedang mencobamu dengan keadaan ini. Allah ingin tahu seberapa sabar dan percaya dirimu akan NYA." jawabnya.

Setelah itu dia terdiam lagi dan akupun menjawab apa yang di katakan tadi. "Itu semua bullshit, kalau emang Tuhan sayang aku. Harusnya dia tidak mengambil nyawa orang tuaku dan tidak membuatku cacat seperti ini !" .
"Istighfar Fell, kamu gak boleh bicara seperti itu. Semuanya sudah takdir dan kita tidak bisa menentangnya." ucapnya seraya mengusap punggungku yang mulai bergetar karena menahan isakku. "Ya sudah kalau kamu tidak mau. Aku akan membuatkan sarapan saja untuk kita." sambungnya dan pergi ke dapur.

Dia membuat 2 porsi omelet sayur. Akhirnya kami makan bersama dan dalam diam tentunya. Aku menatapnya yang sedang menikmati makanan itu. Karena merasa tidak enak jadilah aku membuka percakapan dengannya."Sebenarnya apa tujuanmu mendekatiku beberapa hari ini ?". Dia pun meletakkan sendoknya dan membalas pertanyaanku itu,"Oh ternyata itu yang membuat sedari tadi menatapku. Jawabannya karena aku tertarik denganmu.". " Eh enggak kok, aku cuma ingin tahu aja, kan kita baru kenal masa iya kamu naksir aku . Padahal aku kan...". "Stop jangan di bahas lagi, itu akan membuat mu selalu sedih." Dia memotong ucapanku.
"Tapi maaf, aku sudah mempunyai kekasih dan jangan kamu berharap lebih padaku." .ucapku padanya dan aku lihat wajahnya langsung lesu. "Yahh... ternyata kamu sudah punya kekasih ya, tapi gak papa deh, aku tetep bakalan setia kok nunggu kamu putus sama kekasihmu itu.".jawabnya sambil terkekeh kecil." Terserah kamu."

Setelah makan aku mengajaknya nonton kaset Shincan di ruang tamu. Ya aku suka sekali dengan Shincan karena dia itu lucu.

Kami berdua tertawa terbahak- bahak melihat tingkah sinchan di film itu. Akhirnya aku menggerakkan kursi roda ku menuju dapur untuk mengambil sesuatu . Aku sengaja memakai kursi roda karena malas menggunakan tongkatku itu.

Jodoh Yang Tak ImbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang