Rasa Yang Mulai Timbul 2

468 12 0
                                    

Fellist POV

Sambutan yang di berikan oleh masyarakat di sana kepada kami membuat aku tak bisa berkata apa-apa.

Mereka sangat suka dan menyambut kami dengan wajah yang sumringah.

Faris melangkahkan kakinya untuk memasuki Masjid itu.
Dia melirikku seakan memberikan kode kalau aku di suruh untuk mengikutinya.

Awalnya aku ragu. Kalian pasti tau kan 5 tahun lalu belakangan aku bahkan gak pernah masuk di tempat suci ini.

Tapi karena tatapan Faris yang seperti memohon kepadaku agar aku masuk, yaudah lah apa boleh buat. Kan ini sudah keputusanku tadi untuk ikut dengannya.

Sebelum masuk sholat maghrib semua sudah berkumpul di shaf-shaf dengan rapinya.

Entah sebenarnya apa yang mereka tunggu?.
Eitss,, kenapa Faris di depan? Mau ngapain dia ya ?.
Tau deh terserah dia, aku pun ikut duduk di deretan ibu-ibu tepatnya di shaf deretan yang ke 4.

"Assalamualaikum Wr.Wb" suara Faris terdengar sangat lembut dan santun.

"Waalaikum salam Wr.Wb"
jawab semua jamaah yang ada di sana.

"Sebelum adzan maghrib terdengar. Apakah saya boleh membaca ayat suci Al-Qur'an di sini?" tanya pria itu dan ia mendapat jawaban iya yang diucapakan serentak dari para jamaah di dalam sana. Termasuk aku. "Tentu saja boleh Mas,kami sudah lama tak mendengar suaramu melantunkan ayat suci Al-Qur'an." seorang bapak-bapak menambahi.

"Baiklah."

Bismillahirrahmanirrahim..

-----------------------

Subhanallah dia membacakan surah
Ar- Rahman ayat 1-21.

Dia melantunkannya dengan indah. Aku tak menyangka bahwa dia adalah seseorang yang taat kepada Tuhannya.

Saat di tengah-tengah ia membaca surah itu. Aku menangis entah itu terharu atau apalah. Tapi hatiku seakan tenang saat mendengarkannya.

Waktu 15 telah berlalu. Kini terdengar adzan maghrib yang telah di kumandangkan.

Faris menghampiriku."Fell, sholat ya. Kamu pakai mukenah yang ada disitu."

"Apaan enggak ah, mana bisa sholat. Berdiri aja aku pakai tongkat. Aku ini cacat." jawab Fellist dengan lesu karena itu mengingatkan kalau dia memiliki fisik yang tak sempurna.

"Hust,, kamu ini ngomong apa? Coba kamu lihat ibu-ibu itu. Dia lumpuh, kakinya gak bisa berfungsi lagi karena syaraf nya udah mati." Faris menunjuk ibu-ibu yang memakai baju biru dan berkerudung putih yang duduk di atas kursi roda yang berada tak jauh dari mereka berdua.

"Terus apa hubungannya denganku?"

"Lihatlah, meskipun begitu dia tetap taat kepada Allah Swt. Dia menjalankan kewajibannya yaitu sholat. Dia melakukannya dengan duduk. Kamu pun bisa melakukannya dengan duduk. Bahkan jika kamu tak kuat untuk duduk kamu bisa melakukannya dengan tidur."
jelas Faris panjang lebar yang hanya di jawab anggukan-anggukan kepala dari Fellist.

"Ngerti kan? Yaudah sana ambil air wudhu. Sebentar lagi mau iqomah. Aku kesana dulu." Faris meninggalkan Fellist dan ia pun pergi menuju shaf yang paling depan.

"Mungkin ini waktunya aku kembali seperti aku yang dulu. Dan bertaubat pastinya."ucapku pada diri sendiri.

Dengan cepat aku mengambil air wudhu dan mengenakan mukenah yang sudah di sediakan oleh pengurus Masjid ini tentunya.

Iqomah terdengar, segera aku melaksanakan kewajiban yang telah lama aku tinggalkan.

Tak kusangaka saat ini Faris tengah memberikan tausiyah.
Aku kira tadi siang hanya bercanda. Tapi ternyata dia benar-benar memberikan tausiyah kepada jamaah di sini. "Subhanallah" ucapku tanpa sadar.

--------------

Jam menunjukkan pukul set 9 malam.

Hari ini Faris telah benar-benar membuat aku terkejut dengan apa yang di lakukannya.

Mulai dari membaca ayat suci Al-Qur'an, menjadi imam sholat berjamaah dan yang paling saat aku tidak percaya adalah dia mempunyai ilmu yang tinggi tentang agama. Sehingga ia memberikannya kepada para jamaah yang ada di sana. Bisa dibilang dakwah sih.

Faris mengantarkan ku pulang dan disinilah kami di sebuah mobil yang telah kami tinggal beberapa jam yang lalu.

"Hey,, kenapa senyum-senyum sendiri? Ngelamunin aku ya?." Faris membuyarkan lamunanku sambil terkekeh kecil.

"E,ehh enggak kok. Siapa juga yang ngelamunin kamu. Ih kepedean banget jadi orang."
jawabku gelagapan karena kaget dengan apa yang barusan di katakannya.

Entahlah dari tadi aku tak bisa melupakan apa yang dilakukan Faris. Aku tersenyum sendiri saat membayangkannya. Bahkan aku merasa kalau aku menyukai kepribadiannya itu.

Aku rasa dia sangat santun dan lembut saat bertutur kata. Itu bisa kulihat dari kegiatan yang dilakukan tadi.

"Terus ngapain coba senyum-senyum sendiri?".tanya Faris dengan senyuman singkatnya.

"Kayaknya aku suka deh sama kamu. Upss keceplosan."
jawab Fellisy dengan lirih seraya menutup mulutnya. mukanya agak merah menahan malu karena mulutnya yang tak bisa ia kontrol. Tapi suara itu masih bisa di dengar oleh Faris.

"Apa, apa? Aku gak denger tadi? Ulangin lagi dong." Faris tersenyum mendengar ucapan Fellist dan ia ingin rasanya menggoda Fellist dengan berpura-pura tidak dengar tadi.

"Ishh apa sih. Aku tadi gak bilang apa-apa kok." jawab Fellist tapi ia tak mau menatap wajah Faris. Ia memalingkan wajahnya ke samping dan melihat jalanan lewat jendela mobil itu.

"Iya deh, aku juga suka kok sama kamu." jawab Faris dengan terkekeh .

"Ihh kamu itu udah ah, gak lucu tau." ucapnya sambil meninju pelan lengan Faris.

"Iya iya maaf. Bercanda kok."

Hah bercanda? Aku kira dia juga beneran suka sama aku . Dasar ustadz gila.Batin Fellist.

Perjalanan menuju rumah Fellist di lanjutkan dengan ketenangan. Karena para penumpang yang ada di dalam mobil saling berdiam diri dan tak ada yang mencoba untuk mengobrol lagi.

"Fell, udah sampai. Kamu gak mau turun?" ucap Faris yang membuatku kaget.

"Eehh, iya ya udah sampai ternyata. Aku duluan ya. Makasih." jawabku seraya tersenyum kecut kepadanya.

"Iya sama-sama. Lain kali kalau senyum yang ikhlas ya."sindir Faris dengan menjawil hidungku.

"Ih, apaan sih kamu. Udah sana kamu pulang. Hati-hati." Aku memberikan senyumanku dengan tulus kepadanya.

"Hmm,, iya. Aku pulang dulu ya. Kalo senyumnya tulus kayak gitu kan cantik. Hehehe" ucapnya dengan tertawa kecil.

"Ya deh. Aku masuk dulu ya. Malam Faris."

"Iya. Malam juga Fellist-" ia memotong kata-katanya "sayang"lanjutnya dengan lirih tapi aku masih bisa mendengarnya.

Apa benar kamu manggil aku sayang barusan.Tanya Fellist dalam hati.

--------

Tbc
Ayo dong kasih vote sama commentnya..
Berharap banget nih..
Love You .. 😙😙😙😙

Jodoh Yang Tak ImbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang