Marry me

620 50 5
                                    

Pernikahan papah semakin dekat, aku disini was-was ingin mengatakan yang sejujurnya namun hatiku tak tega. Semalam, aku mendengar Papah berbicara dengan Lucy mengenai hal ini. Perubahan sikap Harris yang mendadak membuat seisi rumah kacau. Saat tak sengaja bertemu denganku, entah keadaan sepi maupun ramai, ia sama sekali tak menyapa. Begitu dingin. Aku heran mengapa Papah dan Lucy belum mengetahui hal ini. Hubungan kami. Hubugan yang tinggal diujung tanduk. Jika Papah menikah dengan ibunya, aku tidak tahu kelanjutan semua ini.

"Pah..." aku mendekat kearahnya yang tampak frustasi atas semua ini. Rambut agak sedikit berantakan. Dasi yang menempel tak lagi rapi seperti sedia kali. Aku tahu Papah begitu keras pada Mamah namun bagaimanapun juga dia masih Papahku. "Are you ok?"

Ia menghela nafas, membelai rambutku yang sudah sebahu. Aku tidak memakai hijab didalam rumah. "Ya, Papah baik-baik saja. Kau sudah makan Delli?"

"Hmm. Sudah.."

Keheningan lagi, aku mencoba mengganti topik. "Pah, Delli sudah besar, Deli tau Papah mengalami Masalah. Ada apa Pah?"

"Tidak ada apa-apa Dell.." sedetik kemudian, "hmm.. papah hanya ingin bertanya padamu satu hal. Boleh?"

"Tentu saja" jantungku langsung berdetak begitu keras. Sial.

"Kau bilang kalian saling kenal. Kau sering bercerita pada Papah soal Harris dan sayangnya Papah tak mendengarkan. Jika Papah masih mempunyai kesempatan kedua, bolehkan kau bercerita pada Papah sedekat apa kalian?"

Deg!aku kehilangan separuh dari oksigen diparu-paruku. Sial sial sial. Apa yang harus kulakukan sekarang? Merelakan Harris dan berdusta untuk papah? Atau menceritakan yang sebenarnya? Ya tuhan..

"Delli... ayolah, jangan terlalu banyak berfikir. Ceritakan apa yang sebelumnya kau ceritakan pada Papah. Papah benar-benar menyesal telah mengacuhkanmu saat itu"

Aku memutar otak. Bagaimana ini?!

"Delli..." papah kembali menyuara. Aku bungkam soal ini. Kebingungan melanda. "Baiklah, Papah tidak memaksa. Tapi jangan salahkan Papah jika Kalian tidak akan sama seperti dulu lagi"

Apa?

"Maksud papah?"

Kembali Papah menghela nafas, aku menggeser tubuh tegak untuk duduk disofa. Tangannya menyingkir dari belaian rambutku. "Papah tak tahu pasti, hanya Papah lihat ada cinta diantara kalian. Apa tebakan Papah benar?"

Aku terdiam. Sepatus persen benar. Tapi bolehkan aku...

"Sekarang Papah tahu jawabamu. Okelah, Papah harus mengantor" kulihat Papah bangkit dari kursi. Aku mendongak menatapnya yang tersenyum masam. Jika memang ia tahu soal hal ini, lalu bagaimana kelanjutannya? Apakah ia mau mengalah? Atau aku yang harus mengalah? Ia berbalik, berjalan menjauh hingga menghilang dibalik pintu yang terbuka lebar. Akhir-akhir ini aku sering melihat rumah Harris yang terbuka dengan beberapa orang sesuka hati masuk keluar untuk mengurus semuanya. Aku pikir Papah akan menikah disebuah gedung atau semacamnya. Namun tebakanku salah. Menyingkir dari semua itu, Aku diam-diam mencari sosok Harris yang tak kunjung kutemukan. Dari mulai dapur, ruang tamu, ruang tengah, ruang keluarga hingga kamarnya. Ketika menyerah dan mengistirahatkan kakiku ditepian kolam, aku dikejutkan dengan suara seseorang yang berada dibelakang.

"Kalau kau jatuh, aku yakin meminta tolongpun takkan ada yang mendengar" aku sontak mengalihkan pandangan kesumber suara. Harris! Ia tersenyum dan ini sungguh aneh.

"Sejak kapan kau ada disana?"

"Sejak aku tahu kau tengah mencariku. Benarkan?"

Alisnya bertaut yang membuatku salah tingkah. Dia benar.

Salam' Alaikum My loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang