looking for you

343 25 2
                                    

3 bulan lamanya setelah surat Ana mendarat padaku, aku terpuruk, masih tak bisa menerima keadaan bahwa Harris memang sudah pergi ke London. Disitulah, aku memutuskan untuk menyusulnya.

London,23august 2016.

Aku berpijak, mencoba mencari Jejak Harris dengan semampuku. Aku juga menghubunginya berulang tetapi nomornya sudah tak aktif lagi. Keputusanku kemari hanya untuk bertemu dengannya, selain itu, aku juga menjenjang pendidikan disini.

Ya, aku membatalkan untuk berkuliah dijakarta, aku pindah ke London. Seraya menunggu waktu dimana aku bisa bertemu dengan Harris.

Sore ini aku ke Cafée dekat apartement yang sudah kutinggali sebulan lamanya. Ospek kuliah disini dimulai awal bulan, jadi aku memiliki waktu bebas sekitar dua minggu lamanya. Dan aku menghabiskan itu hanya untuk mencari Harris dengan diselingi beristirahat seperti yang kulakukan sekarang.

Hujan menemani cuaca London yang semakin mendingin, untungnya aku membawa serta mantel untuk menghangatkan tubuhku. Menyerap cofée pesananaku, aromanya langsung menghambur pada hidungku, memberikan sensasi berbeda setiap kali aku meminumnya. Ini yang membuatku begitu ketagihan untuk memesannya lagi dan lagi.

Sambil menatap keluar kaca jendela, pikiranku melayang, mengulas sedikit bagaimana perjalanaku bertemu Harris. Rasanya begitu aneh, dan membingungkan. Tak sadar bibir ini tersenyum, sialnya, Harris sudah mencuri perhatianku sejak awal. Ditengah itu, aku sadar sosok seseorang, maka dari itu aku mendongak. Dan benar, seorang pria yang mungkin usianya sejajar denganku berdiri berhadapan. Wajahnya asing, ia tersenyum ramah.

"Hai, boleh aku duduk?"

Aku mempertimbangkannya, parasnya yang lebih mirip seperti asia dengan rambut hitam serta tindikan disalah telinganya mengingatkanku pada Endra. "Boleh.."

Ia mengucapkan terimakasih, lalu mendaratkan tubuh diatas kursi bersebrangan denganku.

"Aku Zacy, panggil saja Zac" ia menjulurkan tangan.

Aku termenung sebentar, hingga akhirnya menjabat tangan itu, "Deli. Dan kau dari indonesia?"

"Ya.."

"Pantas saja menggunakan bahasa" tebakku ngasal. Jujur ini terdengar seperti basa-basi, tetapi mungkin Zac memiliki alasan kemari, ia rindu indonesia? Atau kesepian?

"Kau sendiri darimana?"

"Aku jakarta"

"Oh.."

"Kau sendiri?" Tanyaku penasaran. Zac yang menatapku tersenyum, manis, hingga membuat rona pipiku terbentuk.apa-apaan ini!

"Aku juga dari jakarta, tepatnya bekasi"

"Oh bekasi.."

"Ya, dan kau sendiri, apa yang kau lakukan di London?"

Aku menyerap Cofée-ku yang tinggal setengah. "Kuliah. Kau?"

"Oh, aku urusan bisnis. Dan memang menetap disini, hanya beberapa waktu saja aku ke indonesia. Saat aku merindukan ibuku, dan ayahku"

"Apa kau sudah lulus kuliah?"

"Aku tidak melanjutkan. Mungkin tahun depan, aku ingin fokus pada karirku"

"Oh, baiklah.."

Dan tak ada lagi percakapan. Zac memesan Cofée nya diiringi dengan berbagai pertanyaan ringan mengenai hidupnya dan hidupku. Yang kutahu, ia adalah seorang dj. Ia berkata bahwa sampai saat ini belum mendapatkan job yang berarti untuk karirnya. Sebagai sesama warga negara indonesia, aku ikut menyemangatinya. Dimana Zac malah menertawakanku.

Salam' Alaikum My loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang