Don't go

433 36 8
                                    

Hari ini Harris pulang dari rumah sakit. Karena kejadian tadi Harris mendapat perban di bagian tangan juga kaki. Aku merasakan ngilu saat Harris meringis merasakan sakit dibagiannya. Benar-bener keterlaluan Endra, meskipun demikian Harris tidak ingin Papah melaporkan Hal ini pada polisi. Aku tak mengerti mengapa, yang jelas bukan Harris namanya jika tak memaafkan pelakunya.

"Seharusnya biarkan Papah mengurus semua ini Harris.."

"Tidak. Tidak perlu, sungguh. Aku tak ingin Endra harus menanggung akibatnya"

Keningku berkerut, "kenapa?"

"Karena dia adalah kakakku"

deg! Ucapannya sukses membuat mataku membuka sempurna, merasakan cairan hangat mengaliri perutku dan rasanya begitu memualkan. "A-a-apa?" Aku tertawa tak suka dengan leluconnya yang bahkan tak menghiburku sama sekali. "Harris.. ayolah.. jangan buat aku marah padamu, aku tahu dia bukan keluargamu. Yang benar saja!"

"Tidak Delli, dia memang keluargaku, Bu Ratih yang mengetahui hal itu. Saat aku berusaha mengungkap keluarga asliku, dan begitupun Endra. Aku sengaja tak memberitahumu dimana aku dan dirinya melakukan tes DNA juga dengan Ibunya-Tidak, maksudku Ibu Kami"

ibu kami? Yang benar saja, bahkan setelah aku melihat Endra dengan sekelompok orang aneh bertato dan bertubuh besar itu, Harris berkata bahwa dia adalah keluarganya? Ya ampun, aku benar-benar tak percaya ini. Harris artis terkenal, sedangkan Endra?

Lambat-laun, aku teringat pada ucapan Endra mengenai Ibunya yang mengandung dan entah siapa Ayahnya karena pada saat itu, Ayah Endra sudah tiada.

"Maafkan aku Delli, aku benar-benar menyesal karena tidak memberitahumu sejak awal"

Aku menggeleng tak percaya, tidak seperti Papah yang hanya menonton pertengkaran kecil kami malam ini, "Sudahlah Nak, apapun itu Papah senang akhirnya Harris menemukan keluarganya"

"Lalu kau sudah bertemu mereka?" Aku.

"Sudah,"

"Kau sudah bertemu ibu kandungmu?"

"Ya, juga Endra. Mom begitu senang dan meminta maaf karena sudah menelantarkan aku. Itu karena dia hamil diluar nikah" ujarnya bernada miris. Iris mata kecoklatan itu terlihat sayup, aku yang berdiri disamping bangkarnya merasakan apa yang Harris rasakan sekarang. Papah-pun sempat terkejut karena pengakuan terang-terangannya. Sedangkan aku? Tebakanku kini benar, aku sudah mengetahui hal ini saat Endra memberitahuku, tetapi tidak menyangka bahwa yang dibicarakan adalah Harris-adiknya yang menghilang hingga ke London selama ini.

"Tapi.. Papah bingung, apa Ayah biologis-mu itu seseorang dari luar negeri?"

"Ya, sepertinya begitu.Endra sendiri tak tahu pasti dimana Ayah kandungku berada. Tetapi yang jelas, ia sudah meninggalkan dirinya serta Mom saat mengandungku"

Harris yang tampak tegar itu menatap aku dengan Papah secara bergantian. Airmata tak kuasa membelah kedua pipinya, Sedih-bimbang karena faktanya mereka adalah bersaudara. Aku sendiri juga sempat mendengar kabar bahwa Endra tak naik kelas tahun lalu hingga mengulang dan sejajar denganku. Bocah berandalan itu terbelit masala disekolah. Damn,Harris tak seharusnya bersaudara dengan Endra. "Tak perlu menangis, aku masih disini Del.."

"Harris.. bukan begitu" suaraku serak, menghapusnya perlahan aku tak kuasa menahan yang lain untuk tidak keluar. Aku hanya miris harus menghadapi kenyataan bahwa mereka adalah Saudara, dan itu berarti Harris anak Haram?

"Harris, dengar nak. Kau tetap anakku. Kau tak usah khawatir mengenai ayahmu itu, ok? Mungkin dia tak tahu saat meninggalkan ibumu yang tengah mengandung itu." Papah terdengar bijaksana, sama seperti dulu-sebelum sikap dingin dan bermain kasar pada Mamah mengenai hal yang tak pernah kutahu.

Salam' Alaikum My loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang