Undangan itu sudah kuterima. Tertera tanggal yang berarti pestanya akan dimulai besok. Dimana malam ini aku malah menemani Harris dipanti. Bukan tanpa alasan karena kami disini masih ingin mencari tahu dimana orang tua Harris berasal. Dipojok ruangan, Chelsea masih sibuk dengan lukisannya dan kudapati Harris berjalan kearahnya dimana anak-anak yang lain tengah asik makan malam bersama. Piringku sudah hampir setengah habis, aku sangat menikmati kenangan yang selalu kuhabiskan dengan Harris, terlebih sekarang Harris harus ikut dengan Papah dan Lucy dirumah baru mereka. Soal kepulangan Harris ke London? Entahnya. Aku terlalu sedih untuk menanyakan hal itu.
Si pria ikal itu menggandeng Chelsea. Raut wajahnya begitu datar dimana Harris malah tersenyum dengan membentuk lesung pipi nya yang begitu membuatku jatuh cinta padanya, setiap hari. Aneh, seperti keajaiban yang tuhan berikan padaku dimana sebelumnya dia hanyalah contact person-ku dan sekarang aku harus menyadari bahwa kami dekat. Aku mau ini selamanya.
"Hai, makan satai hm- santa Chicken, maksudku- Chicken Satai. Whatt- hm-.."
"Sate Ayam" aku terkekeh. "Ya, maksudku Sate Ayam" logatnya yang jauh beda namun terkesan ia ingin mempelajari lebih dalam membuatku terkesima. Dimana caranya berbahasa lebih jauh baiknya ketimbang awal bertemu.
"Chelsea kemarilah, makan bersamaku" tawarku dan ia duduk disampingku. Harris di sebelahnya, kuambilkan Lauk secukupnya untuk Chelsea. Ia melahapnya. Dimana Harrispun melakukan yang sama.
"Jadi, kau sudah tahu?" Aku mengajukan bibirku tepat ditelinganya, sialnya Harris malah menoleh kearah samping yang membuatku langsung menarik diri, dalam Hati aku menyesal dan membiarkan diriku tetap didekatnya namun, aku sadar, aku harus berjaga jarak karena aku dan Harris bukanlah siapa-siapa. Toh, dia tak pernah menembakku atau semacamnya. "Soal apa?" Harris dengan wajah polosnya.
"Soal orangtuamu"
"Sepertinya belum. Ratih bilang akan mengusahakan"
"Sampai kapan?"
Ia hanya mengangkat kedua bahunya.
Sepulang dari panti, Harris tak langsung mengajakku pulang meski Hari sudah mulai petang. Jam tanganku menunjukkan pukul enam sore, suara adzan terdengar. Harris memarkirkan Mobilnya disebuah Masjid cukup besar.
"Kita sholat dulu. Ok?"
Aku mengangguk setuju, melepaskan safety belt-ku dan bergegas keluar mobil. Aku dan Harris terpisah diarea wudhu antara wanita dan Pria. Aku berusaha fokus untuk beribadah. Harris benar-benar pria yang sempurna. Selain Tampan, ia juga sholeh beribadah. Semenjak tinggal bersamaku dirumah dulu, aku sering mengintip dikamarnya meski setelah itu Harris akan memarahiku. Aku sering mendapati dirinya sholat tepat waktu. Bahkan saat aku terbangun ditengah malam, sayup-sayup aku mendengar suara indahnya melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Mungkin itulah yang membuat aku semakin mencintai dirinya.
Seusai Sholat, Harris yang sedari tadi nyengir dimobil seraya mengemudi terus menyalakan musik dan menirukan cara penyanyi aslinya ketika melakukan konser. Dari mulai westlife sampai Justin Bieber ia lakoni.
"Aku suka Justin, dan kupikir dia mirip denganmu" ucapank membuat dirinya tertawa. Dan jujur saja mendengar tawanya seperti tadi membuat diriku semakin bersemangat. Entahnya, seperti energi yang tiba saja muncul untuk menjalani hidup lebih bersemangat lagi.
"Aku? Mirip Justin Bieber? Yang benar saja. Mungkin dia yang mirip denganku" ia menyombongkan diri dan tawanya kembali meledak. "Harris, aku belieber" bibirku memayun.
Kudengar suara tawanya merendah. "Aku hanya bercanda." Ia mengalihkan pandangan pada jalanan yang lumayan macet itu. "Dengar Delli, semua orang itu berbeda. Kau tak bisa samakan Aku dengan Justin. Tidak, samakan saja aku dengan Zayn malik mungkin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam' Alaikum My love
RandomENJOY EVERY PART AND PLEASE FOR VOTE AND COMMENT HIGHEST RANK : #1 Harris