10

2K 113 16
                                    

Veranda POV

Mentari mengintip dengan malu-malu di balik tirai jendela. Disertai kicauan burung bersahutan dengan riang nya. Pagi kembali datang membawa kesejukan. Tetes embun masih nyaring terdengar disela-sela dedaunan, ketika kabut mulai menghilang.

Aku kembali menarik selimut menutupi tubuhku, rasanya malas sekali untuk beranjak dari tempat tidur. Untungnya hari ini libur dan aku tidak mesti bangun lebih pagi. Harusnya aku bisa menghabiskan waktu untuk bersantai di rumah seharian, melepas penat setelah hampir seminggu ini berkegiatan. Dan pastinya aku berharap Naomi tidak menganggu liburku.

Beberapa hari ini tugasku bertambah karena harus mengantar Naomi ke sekolah setiap pagi. Tak hanya itu, terkadang anak itu seperti sengaja mengerjaiku, sering menyuruh ku ini -itu bahkan dia pernah menyuruhku untuk sekedar membelikannya cemilan di mini market depan komplek kami. Harusnya hal itu bisa ia lakukan sendiri, tanpa harus menyuruhku. Belum lagi beberapa hal kecil lain yang ku rasa dia melakukannya sendiri tapi dia selalu memintaku untuk mengerjakannya. Aku tau memang perjanjian ku sebelumnya adalah aku harus menuruti semua kemauannya selama sebulan penuh, tapi ku rasa ini sudah kelewatan, tapi lagi-lagi aku hanya bisa pasrah. Huft Mi..

Meskipun begitu, ada rasa senang saat aku bisa bersama Naomi, aku tak pernah menolak setiap apa yang dia minta kepadaku. Aku yakin dia anak yang baik, dan cantik, namun entah kenapa dia selalu bersikap jutek dan cuek. Tapi entah kenapa ada yang membuat aku tertarik padanya, Dan aku masih tetap berharap bisa dekat dengan dia.

Aku berniat melanjutkan kembali tidurku, namun perut ini tidak bersahabat. Rasa lapar ini sepertinya meganggu dan membuatku tak bisa kembali tidur. Dengan malas aku bangkit dari tempat tidurku menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, aku turun menuju dapur, membuka kulkas melihat bahan-bahan apa yang bisa aku masak untuk sarapan pagi ini. Beberapa hari ini aku harus melakukan apa-apa sendiri karena mama dan papaku sedang pergi ke Bandung menjenguk nenek ku yang sedang sakit.

Aku mengeluarkan beberapa bahan, setelah berpikir sejenak seperti nya aku memutuskan untuk memasak nasi goreng saja yang simple. Aku memang belum begitu mahir dalam hal masak-memasak, tapi mama sering mengajarkanku, karena menurut mama anak perempuan itu harus pandai memasak. jadi untuk masakan simple seperti ini aku tidak begitu masalah.

Tak butuh waktu lama akhirnya nasi goreng buatanku selesai.

"lumayan juga rasanya.." gumamku saat menikmati sarapanku

Saat sedang menikmati sarapan, hp ku berdering. Ternyata mama yang menelpon.

"halo ma"

"......."

"iya ma, ga papa kok"

"........"

"iya beneran ma, Ve ga papa kok sendiri, mama sama papa di sana aja dulu sampai nenek sembuh"

".........."

"salam buat nenek ya ma, maaf Ve tidak bisa menyusul ke sana"

Mama memutus sambungan telponnya. Mama memberiku kabar kalo mereka belum bisa pulang kembali ke Jakarta karena nenek belum sembuh, papa pun juga sudah memperpanjang cuti nya di kantor. Bukannya aku tak mau menyusul ke sana, Cuma aku sedang UTS di kampus, jadi aku tak bisa ikut dengan papa dan mama.

Sebenarnya sepi juga rasanya sendiri di rumah seperti ini, tapi ini sudah jadi hal biasa untukku. Lagi juga tidak ada pilihan lain. Setelah selesai sarapan aku dan membereskan peralatan yang ku pakai untuk memasak tadi, aku kembali ke kamar.

Aku mengambil salah satu novel koleksiku yang belum selesai ku baca. Aku menyandarkan tubuhku di tempat tidur dan mulai mebaca halaman demi halaman novel itu. Membaca novel memang adalah hobby ku sejak dulu. Tak jarang aku hanya menghabiskan waktu liburku di kamar dengan tumpukan koleksi novel ku. Mungkin memang berbeda dengan anak remaja sesusia ku yang suka nongkrong dengan teman-temannya. Dan aku bukannya tak punya teman, memang aku agak sedikit susah bersosialisasi dengan orang baru. Selain itu aku juga tidak begitu suka keramaian.

Cinta Datang Tiba-TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang