"gw pengen lo menjadi seperti matahari, selalu setia memberi kehangatan pada setiap insan yang menunggu kehadirannya, dan pada saat dia akan kembali ke peraduannya pun tetap meninggalkan kesan keindahan pada setiap penikmatnya.."
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir milik Naomi. Entah dalam keadaan sadar atau tidak dia mengucapkan semua itu, entah semua itu keluar benar-benar dari lubuk hatinya atau hanya sekedar terbawa suasana.
Sementara gadis di sebelahnya tidak dapat menyembunyikan rona merah di pipi nya dan juga kekagetannya. Dengan jantung yang berdegup tak karuan, Ve berusaha mencerna maksud dari perkataan Naomi barusan. Ve merasakan ada gejolak di hati nya saat mendengar kata-kata Naomi. Namun ia tak dapat mengartikan perasaannya yang campur aduk sekarang.
"Apa maksud dari omongan Naomi? Kenapa tiba-tiba dia bisa sok puitis gitu? Dan apa yang terjadi padaku, kenapa jantung ini berdegup begitu kencang" Batin Ve
Ve sebenarnya ingin menanyakan lansung pada Naomi maksud dari perkataan itu tapi Ve mengurungkan niatnya karna tidak mau merusak suasana dan membuat mood Naomi kembali seperti semula. Ve lebih memilih diam menerka-nerka jawaban dari rasa penasarannya.
Sang Raja Hari yang masih mempertahankan sisa-sisa kegarangannya mulai meremang, menyerah. Selimut senja telah meninabobokannya, melesakkannya ke dalam bantalan langit yang temaram, hitam. Cahaya oranye itu memudar, sebentar lagi bulan yang rapuh akan muncul, berpendar perak, menggantung rendah ke arah lambaian nyiur.
"Ayo pulang" ucap Naomi tiba-tiba dan beranjak dari duduknya
Ve mengangguk, ikut bangkit dari duduknya, membersihkan bekas pasir yang menempel di celananya. Lalu mereka berjalan meninggalkan pantai yang sekarang sudah berubah kelam..
Perjalanan pulang kali ini Naomi kembali ada di balik kemudi. Sebelumnya Ve menawarkan diri untuk menyetir tapi Naomi menolak. Keras kepala Naomi hanya bisa membuat Ve mengalah dari pada harus berdebat.
"Ve kenapa lo mau ikutin semua keinginan gw? kenapa lo ga pernah nolak saat gw nyuruh lo ini itu?" tanya Naomi memecah keheningan sambil tetap menatap lurus jalanan di depannya.
"eh? hmmm..aku kan cuma menuhi janji aku aja. kan ini udah perjanjian kita waktu itu" jawab Ve
"Tapi kan lo bisa aja nolak perjanjian itu toh ga ada hitam di atas putih nya" lanjut Naomi
"Yaaa aku cuma ga mau aja di anggap pengecut karna ga bisa pegang janji" jawab Ve sambil menatap lurus jalanan di depannya.
"Padahal gw waktu itu cuma iseng becanda aja Ve, gw ga nyangka kalo lo anggep ini semua serius." Ucap Naomi dalam hati.
"Kenapa diem? Kamu pasti mikir aneh-aneh tentang aku ya? Tanya Ve menyelidik karna Naomi hanya diam setelah dia menjawab pertanyaan.
"Dih, pede banget lo! Ngapain juga gw mikirin lo" ketus Naomi
"O iya, aku mau tanya deh kamu dapet nomer hp aku dari mana??" Tanya Ve menyelidik
"Mampuus..! Gw mesti jawab apa. Ga mungkin kan gw bilang ke dia kalo gw ambil nomer nya waktu dia mabok itu. Bisa tengsin gw ketauan kalo gw utak-atik hp nya waktu itu" batin Naomi
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Tiba-Tiba
FanfictionCinta itu hadir tanpa di sengaja.. Cinta itu tak pernah tau ia akan jatuh kemana.. Hingga pada akhirnya dia memilih kamu..