t w e n t y n i n e

6K 319 28
                                    

"Hey, kau sedang memandangi apa?"

Suara Zayn membuyarkan lamunanku, sejak kapan ia sudah ada di depanku. "Huh? Tidak ada. Sejak kapan kau ada disini?" Tanyaku dengan menutupi rasa penasaranku pada Niall. "Bahkan kau tidak mendengar ucapanku, benar?" Aku menggeleng pelan sembari menyambar minumannya, jus lemon?

Refleks, aku memuncratkan isi dalam mulutku. Ewh, minuman laknat itu mengapa bisa masuk kedalam mulutku, sialan. Zayn membersihkan bibirku dengan selembar tisu sembari tertawa puas memandangi ekspresi keasamanku, aku benar-benar membenci asam.

"Bahkan kau tidak menyadari apa yang sedang kau minum, kau membenci minumanku." Cibirnya sembari melanjutkan acara memotong daging panggangnya. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Lanjutnya dengan mulut penuh dengan potongan daging.

"Tidak ada."

Zayn mengangguk lalu melanjutkan kembali aktifitasnya, makan. Aku hanya memperhatikannya dan sesekali bayangan Niall kembali melintas singkat di otakku, apa aku coba menghubunginya?

Ni, apa kau tadi berada di mall?

Send.

Tak menunggu beberapa lama, ia membalas pesanku.

Tidak, aku sedang bermain dengan keponakanku. Kau ingat Theo? Aku sedang bermain bersamanya, ia sudah tumbuh besar. Kau sedang di mall?

Kalau tadi bukan Niall lalu siapa? Ah, mungkin hanya khayalanku saja, tidak mungkin ia mau berbicara dengan orang tua. Setahuku ia sangat malas berbicara dengan orang tua dan lebih memilih berbicara dengan anak kecil yang tidak mengerti dengan omongannya, membingungkan.

Ya aku sedang di mall dan aku seperti melihatmu sedang berbicara dengan pria tua, aneh sekali bukan? hahaha

Send.

Aku menyimpan ponselku sebelum mendapat balasan lebih dari Niall dan kembali memperhatikan Zayn yang masih menikmati makanannya. "Bertukar pesan, eh?" Tanyanya dan aku hanya mengangguk menjawab. "Dengan siapa?" Aku memutar mataku malas mendengar pertanyaan yang membuat seakan-akan aku sedang bertukar pesan ria dengan selingkuhanku.

"Bukan urusanmu, tapi akan kuberi tahu jika kau memberi tahu dengan siapa kau bertukar pesan juga tadi."

Ia mengangkat alisnya, lalu mengabaikanku selanjutnya, sialan. "Itu juga bukan urusanmu, jadi aku tidak perlu tahu dengan siapa kau bertukar pesan begitu juga sebaliknya." Nada datarnya membuatku menjadi takut, apa ia marah?

"Menyebalkan."

"Aku mendengarmu, Barbie."

-

Zayn tak hentinya menatapku saat film sedang berlangsung, apa ada yang salah dengan wajahku? "Apa yang sedang kau perhatikan? Film nya sedang seru, Zayn. Perhatikan lah." Tegurku dan ia hanya tersenyum dan terus memperhatikan wajahku.

"Zayn..."

Aku mendorong pipinya agar bisa menghadap ke layar. Ya, wajahnya sudah menghadap depan, tapi matanya tetap menatapku, dan itu membuat pipiku menimbulkan semburat warna merah. Aku berdecak sebal, lalu menutupi wajahku dengan tas tenteng yang kubawa.

"Singkirkan itu, kumohon. Aku sedang menontoni wanita cantik yang ada disampingku, ayolah."

Aku memutarkan bola mataku malas lalu menurunkan tasku, ia pandai sekali menggodaku. "Pipimu seperti kepiting rebus, aku suka." Ejeknya dan aku langsung mencubit perutnya keras yang membuatnya meringis dibuat-buat.

Saat aku kembali fokus ke layar, aku membulatkan mataku karena yang sedang kutonton adalah adegan erotis. Mulutku terbuka lebar saat pria itu membuka pakaian wanitanya satu per satu–

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang