f o u r t y n i n e

4K 249 59
                                    

Gaun putih melekat indah di tubuhku, aku merasa ini mimpi, mimpi terindahku. Akhirnya, pada hari ini, aku akan memiliki Zayn seutuhnya. Ia akan menjadi milikku, selamanya akan menjadi milikku.

"Hey, kau sudah siap?"

Suara Gigi memecahkan lamunanku, aku sudah terlalu banyak melamun belakangan ini. "Ya, hanya saja aku gugup." Sahutku dengan suara pelan, aku benar-benar sangat gugup hari ini. "Tidak perlu gugup, sayang. Ayo, semua orang sudah menunggumu di altar, akan ku antar kau." Gigi memberikan tangannya pada ku, dan langsung menerimannya sembari mengikuti langkah Gigi.

Semua pasang mata tertuju padaku, untung tamu tidak terlalu banyak, hanya teman terdekat yang kuundang. Dalam lubuk kecil hatiku, aku mengharapkan ibu dan ayah kandungku ada disini menyaksikan putri tunggalnya melepas lajang.

Tapi itu tidak mungkin, ibu membenciku dan sebaliknya. Ayah, aku yakin kau menyaksikan ku dari atas sana, kau selalu ada di dekatku. Ingin rasanya aku memeluk kedua orang tuaku, mestinya ini hari terakhirku tinggal bersama mereka, nyatanya aku sudah lebih dulu mengakhirinya.

"Barbie, kau terlihat sangat cantik malam ini! Oh lihatlah, sahabatku sekarang akan berdiri di altar dengan pujaan hatinya."

Aku hanya memberi Louis juluran lidahku dan melemparkan senyum pada wanita di sampingnya, mungkin kekasihnya. Mataku bertemu dengan matanya, calon suamiku sudah menungguku disana.

Sesudah kami melancarkan acara ucap janji suci pernikahan, sekarang waktunya berdansa di bawah naungan lagu bergenre romantis ala pernikahan.

"Kau sudah menjadi istriku, nyonya Malik."

Pipiku bersemu merah, ya, aku sudah menjadi Nyonya Malik sekarang. "Dan kau juga milikku, tuan Malik." Zayn mendaratkan bibirnya di pipiku lalu memelukku dengan erat.

"Terimakasih."

"Untuk apa? Kurasa aku tidak melakukan apa pun untukmu dari tadi."

Ia melepas pelukannya lalu menatap mataku dalam-dalam. "Untuk semua, semuanya." Tuturnya sembari mengusap bibir bawahku yang membuat bibirku tertarik keatas membuat sebuah senyuman kebahagiaan.

Aku menaruh tanganku di lehernya dan tangannya di pinggangku. Tubuh kami bergerak mengikuti alunan musik, hanya saling memandang tanpa suara.

Ini bukan mimpi, ini nyata. Pria bajingan itu sekarang berdansa denganku dengan status suamiku, ia pria bajingan yang sangat kucintai. Hati, tubuh, dan nama belakangnya sudah menjadi milikku seutuhnya sekarang. Ku tegaskan sekali lagi, Zayn Malik adalah milikku, suami yang akan kucintai setiap detiknya.

"Jangan pernah tinggalkan aku."

Aku hanya menyandarkan kepalaku di bahunya dengan tubuh yang masih mengiringi irama dansa yang sedang kami lakukan. "Tentu tidak, Zayn. Kita sudah saling berjanji di depan altar, kau masih meragukan itu?" Zayn mengecup rambutku lalu mendekap tubuku dengan erat, langkah kami terhenti.

"Sedikit, hanya sedikit. Aku takut–"

"Aku sudah menjadi milikmu begitu juga sebaliknya, tidak ada yang perlu di takutkan lagi, oh. Aku masih melihat keraguan di matamu, Zayn. Jadi, kau–"

Ucapanku terhenti saat Zayn membungkam bibirku dengan bibirnya, cara yang bagus. "Aku tidak meragukanmu, aku mencintaimu." Ucap Zayn di sela-sela ciuman kami, senyumku mengembang selesai mendengar kata-kata itu.

Aku menarik kepala Zayn agar lebih dalam menciumku lalu menggigit bibirnya lebih dulu, memangnya hanya ia yang bisa melakukan itu padaku? Aku juga bisa. Suara desah berat terdengar ke telingaku yang membuat aku terkikik kecil.

"Kau nakal."

"Aku belajar darimu, tuan."

Kami larut dalam tawa bersama dan terhenti saat mataku menangkap sesuatu yang janggal di ujung sana, siapa itu? Mataku terus mengamati setiap pergerakannya di balik tirai putih dekorasi, perasaanku tidak enak. Tidak, ia mungkin hanya tamu.

Fuck.

Tangannya keluar dari balik tirai itu dan menampakan sebuah pistol yang sedang mengarah kepada kami, aku dan Zayn.

"Za-zayn,"

Jari-jarinya sudah siap menarik pelatuk, tidak, itu tidak boleh terjadi! "Zayn, ada pistol!"

Dor!

Suara letukan dari pistol itu memenuhi ruangan ini dan membuat suasana menjadi hening. Tidak, ini hanya mimpiku saja!

Lututku terasa lemas melihat apa yang sudah terjadi di hadapanku,

Niall.

-

Next chapt epilog yeaa, akhirnyaaaaa gue seneng banget udah mau selesai terus gue bisa hiatus huh.

Niall, kenapa ada Niall? Gatau gue.

30+ comments for last chapt!

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang