f o u r t e e n

7.9K 418 32
                                    

Aku berusaha sekuat tenaga menghampiri Barbara yang sedang terduduk di lantai sembari menangis. Ia menatapku dengan tatapan iba, aku tidak suka saat-saat seperti ini. Dengan sisa tenagaku aku mengangkat tubuhnya ke ranjang, dan aku berbaring di sebelahnya.

Aku memijat kepalaku perlahan, sial ini sangat sakit. Darah terus bercucuran dari hidung dan bibirku yang robek. Aku tidak percaya bahwa James adalah Niall yang Barbara maksud. Yang ku tahu namanya adalah James Horan, hanya itu.

"Za-zayn, ma-maafkan ak-u."

Aku tidak menoleh padanya, pasalnya leherku terasa patah gara-gara James itu. "Tidak, maafkan aku." Aku mengambil tangannya lalu mengelusnya pelan. Barbara berusaha bangkit dan berjalan dengan tertatih menuju pintu. Tapi sebelum sampai pintu, tubuhnya tersungkur ke lantai.

"Shit."

Itulah yang terdengar sebelum ia bangun dan pergi ke luar, apa ia marah? Aku tidak bisa mengejarnya, kepalaku terasa sangat berat.

-

Tubuhku menegang saat ada yang menyentuh luka memar di hidungku. "Oh maaf aku membangunkanmu. Tapi Zayn, sepertinya hidungmu patah." Aku tersenyum kecut menanggapinya. Aku tidak peduli mau hidungku patah ataupun terbang, yang penting Barbara baik baik saja.

"Kau! Kau sudah merebut hidupku! Kau sudah merenggut masa depanku! Dan lihat, kau lemah Zayn. Kau tidak bisa bersamanya, ia membutuhkan perlindungan dari lelaki sepertiku. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu jika tidak ada ia disini! Sekarang aku pergi."

"Barbara, aku tidak bisa melindungimu. Aku hanya pria lemah yang bersembunyi dibalik topeng bajingan."

Entah kenapa rasanya mataku sangat berat dan ingin mengeluarkan air yang sudah lama kusimpan baik-baik disana. "Kau bisa meninggalkanku dan pergi bersama kekasihmu itu, ia mencintaimu, ia mengerti arti cinta, ia bisa melindungimu, ia lebih kuat dariku, dan ia jauh lebih kaya dan berpendidikan dariku, masa depanmu sudah jelas dengannya." Ia menggeleng dan menumpahkan airmatanya yang tidak seharusnya ia keluarkan.

Barbara menciumku ditengah tangisannya yang semakin deras, kurasa aku pun menangis yang pertama kalinya setelah beberapa tahun terakhir ini. Aku tidak membalas lumatannya, aku tidak mampu. Aku memejamkan mataku menikmati saat-saat seperti ini, aku sangat takut ia pergi.

"Ah fuck, that's so hurt babe." Desisku saat tak sengaja hidungnya bersentuhan dengan hidungku.

"Aku--aku merasa tak pantas kau cintai, aku hanya seorang jalang yang kau beli dari Lyce. Tugasku hanyalah melayani apa yang kau mau, bahkan disiksa. Kau tak seharusnya memberhentikan perbudakan itu, itu memanglah pekerjaanku. Aku sama seperti Ken, Cara, Alexa, dan yang lainnya. Sekarang aku baru tersadar, siapa diriku, bagaimana posisiku, dan apa yang harus kulakukan. Aku memang belum benar-benar mencintaimu. Aku hanyalah seorang wanita blasteran yang diangkat oleh wanita tua yang mau menganggapku sebagai anaknya dalam keadaan ekonomi yang rendah, dan kau? Kau lelaki tampan dengan harta melimpah, kau bisa mencari wanita lain yang jauh lebih sempurna dariku. Aku rasa--"

"Kau akan pergi? Baiklah silahkan! Aku baru teringat kau hanyalah jalang yang kubeli! Dan kenapa aku harus mencintai orang yang tidak benar-benar mencintaiku?! Pergilah! Tinggalkan aku sendiri! Sudah kubilang kau akan pergi dariku! Semua orang akan pergi menjauh dariku! Aku seorang bajingan bodoh! Cinta itu tidak adil, benar-benar tidak adil."

Barbara's POV

Aku tersentak saat ia tiba-tiba membentakku dan melempar vas bunga yang ada di atas nakas. Ya, memang seharusnya aku pergi. Aku tidak pantas untuknya, dan Zayn tidak pantas untukku.

-

Nah nah

Triple apdet mau? Vomments yang banyak, gue lagi sedih nih. Jadi gue nulisnya galau-galau gtu wkwk.

Gadapet feel yak? Maap ):

Thankyou, love.

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang