t h i r t y o n e

4.8K 292 62
                                    

Hai udah lama gak update, ada yang kangen ga? Gaada ok .-.

Zayn point of view

Panggilanku tidak dijawab olehnya, sialan. Apa mereka sedang menghabiskan waktu berdua mengingat kembali masa bersamanya dahulu? Menjijikan sekali, ya Tuhan kuatkan imanku.

Dengan terpaksa aku memutar balik mobilku untuk kembali menjemput Barbara, perasaanku tidak enak. Tak butuh banyak waktu, aku sudah sampai kembali di cafe yang dimaksud Barbara tadi.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Aku memberi pelayan itu senyum dan menggerakan tanganku yang berarti tidak ada, tapi sebenarnya ada. Mataku menjelajahi semua isi ruangan yang penuh dengan manusia yang sedang membuang waktunya dengan sia-sia, tapi hasilnya nihil.

Dengan terpaksa, aku kembali menuju pelayan itu dan menanyakan Barbara dengan pria berambut pirang tersebut. "Wanita yang memakai kaus putih dengan celana jeans pendek itu?" Ya memang Barbara memakai kaus putih polos dengan celana jeans pendek biru mudanya.

"Ya, apa kau melihatnya?"

"Tadi ia pergi dan menangis sehabis bertengkar hebat dengan kekasihnya, padahal mereka baru saja bercumbu ria."

Kekasih? Bercumbu? Apa-apaan ini? Tidak salah orang?

Aku mengambil ponselku lalu menunjukan foto Barbara dan menanyakan kebenarannya, dan ya benar. Berarti, Barbara sudah mengkhianatiku dalam kurun waktu yang singkat, hebat sekali.

"Ya, wanita itu. Dengan kekasihnya yang memakai kaca mata dan berambut pirang, aksennya seperti orang Irlandia."

"Kurang ajar."

Sekarang dimana aku harus menemukan mereka berdua? Hotel? Yang benar saja, ini sudah keterlaluan!

"Tadi ia pergi dan menangis sehabis bertengkar hebat dengan kekasihnya, padahal mereka baru saja bercumbu ria."

Tidak, Barbara tidak sedang bersama bajingan kecil itu. Tapi bagaimana aku bisa menemukannya?! Ponselnya tidak aktif setelah kutelepon terus menerus, apa ia sengaja mempermainkanku?!

Memberhentikan mobilku, lalu memukul stir dengan kedua tanganku keras. Kepalaku serasa ingin pecah, bayangan itu terus memenuhi otakku. Entah mengapa, sudah seminggu ini bayangan itu merasuki diriku. Dan itu sangat mengganggu dan membuatku menjadi sedikit tidak terkontrol. Aku rutin meminum obatku, tapi kenapa bayangan baru ini muncul?!

Aku berteriak sekuat tenaga lalu menjambak rambutku depressi, tidak, aku tidak boleh terus seperti ini. Aku sering kali meringis dan menangisi bayangan itu, aku merasa sangat takut akan itu. Jangankan menceritakannya, membayangkannya saja membuatku menjadi gila.

Pelipisku berdenyut kencang dan keringat dingin membanjiri kepala dan telapak tanganku, aku membutuhkan obat itu sekarang dan aku tidak membawanya, sialan.

Dengan terburu, aku kembali melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi menuju mansionku. Aku tidak peduli dengan lampu lalu lintas, aku lebih memilih membahayakan nyawaku dibanding nyawa orang lain. Yang aku ingin kan sekarang hanyalah obat itu dan bayangan itu pergi dari pikiranku, itu membuatku semakin menjadi-jadi.

Sesampainya di pekarangan depanku, aku memberhentikan mobilku asal lalu langsung berlari menuju dalam rumah. Pintu ini tidak terkunci, apa aku lupa menguncinya? Kurasa tidak, aku sudah menguncinya dengan baik.

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang