f o u r t y s e v e n

4.2K 261 44
                                    

"Aku ingin bersantai hari ini saja, Zayn. Nanti malam, baru kita temui ibu."

Zayn menaruh tangannya di pinggulku dan menariknya lebih merapat dengan tubuhnya. "Jika begitu, aku ingin olahraga bersamamu." Bisiknya dengan nada menggoda. "Aku tidak mempunyai sepatu untuk lari, aku tidak bisa bermain bola basket atau pun futsal, aku–"

Zayn bangkit dari tidurnya lalu menatapku tidak percaya, apa ada yang salah dengan ucapanku?

"Serius kau tidak mengerti arti olahraga dalam kamusku?"

Aku termenung. Kamusnya? Emang ia mempunyai kamus? Ada-ada saja, jelas aku tidak tahu, kamusnya pun tidak ada. Aku menggelengkan kepalaku tidak mengerti, yang kutahu, olahraga memang seperti itu, kapan berubahnya?

Zayn memutarkan matanya sembari memajukan bibirnya manja. "Bercinta, kau tahu bercinta kan? Nah, itu maksudku!" Aku membulatkan mataku, semudah itu kah kata itu keluar dari mulutnya?

"Bercinta di pagi hari? Aku.masih.mengantuk. Tidak mau."

Zayn menekuk wajahnya lalu menatapku seperti seorang anak anjing kelaparan, dasar anak anjing. Aku tetap menggelengkan kepalaku, lalu menenggelamkan kembali kepalaku di balik selimut putih tebal milik Zayn.

Mataku kembali terasa berat, ternyata aku benar-benar masih mengantuk pagi ini. Aku menggenggam erat-erat selimut Zayn saat ia terus menarik-narik selimutnya sembari merengek seperti anak kecil minta dibelikan permen loli rasa susu.

Sampai-sampai aku merasakan tubuhnya menimpah tubuhku menyamping, mungkin kepalanya sekarang sedang menggantung di pinggir kasur dan aku tidak peduli. Tidak merasa puas dengan aksinya yang tidak mendapati tanggapan apapun dariku, Zayn melompat-lompat di ranjang yang membuat kamar berisik dengan decitan ranjangnya.

"Ugh, kau bisa diam tidak sih?! Aku.sangat.mengantuk! Jadi mengerti lah! Kau sangat kekanak-kanakan sekali."

Zayn langsung melemparkan tubuhnya padaku lalu memeluku erat sekali, ada apa sih? "Sayang," rengeknya dengan nada yang dipanjang-panjangkan dan dibuat-buat. "Apa?!" Sahutku galak. "Aku ingin bercinta." Pintanya dengan nada tidak berdosa dan seperti meminta permen, ia pikir bercinta itu tidak melelahkan?!

"Sekali tidak, tetap tidak. Awas, aku ingin kembali ke kamarku."

Aku membuka selimut yang membungkus tubuhku, lalu berjalan keluar menuju kamar sebelah, kamarku. "Tidak," teriak Zayn dengan rengekan, tapi masih berdiam di tempatnya tanpa mengejar atau memberhentikanku.

Aku membuka pintu kamarku lalu melompat kecil ke ranjang empukku, ah ini akan menjadi lebih te–

Ceklek

–nang. Zayn datang lalu mengunci pintu kamarku, cobaan apa lagi astaga. "Jika kau meminta untuk bercinta, aku tetap tidak mau." Aku memberinya lima jari saat ia mendekatiku. "Aku tidak akan memintanya, aku akan memaksa." Seringai licik kembali muncul di wajahnya, bantu kami dewa.

"Okay, aku menyerah! Lakukan apa yang ingin kau lakukan, aku sudah lelah!"

Senyum Zayn mengembang seketika, lalu tubuhnya langsung menaiki tubuhku yang sedang berbaring di ranjangku. "Kau memang sangat pengertian, kau yang terbaik." Ucapnya girang sembari menciumi wajahku, aku hanya berdeham malas menjawabnya.

Bibirnya bertemu dengan bibirku lalu melumatnya, dan aku hanya diam menikmati apa yang ia lakukan. Lidahnya menjilati bibir bawahku meminta aku membukakan mulutku untuk ia hisapi, dan aku hanya membukanya. Entah aku atau Zayn yang bermasalah, tapi aku tidak bergairah dan terpancing oleh ciumannya. Ia juga menjadi sangat kekanak-kanakan pagi ini, dan entah emosiku juga jadi mudah terpancing serta hanya ingin bermalas-malasan di tempat.

"Aku seperti sedang berciuman dengan patung, ayo sayang balas ciumanku."

"Kan hanya kau yang ingin bercinta, aku tidak! Jadi lakukan saja, kalau tidak mau lebih baik!"

Zayn merubah air wajahnya seperti anak yang sedang dimarahi ibunya, kenapa sih?! "Baiklah, tapi tetap desahkan namaku ya?" Mohonnya dengan mata berbinar dan menyeringai seperti biasanya. "Ya, jika kau berhasil membuatku mendesah." Ucapku dengan nada yang masih galak.

(((di skip karena gue gadapet feel dan chapter ini masih panjang, trimz)))

Sekarang yang kulakukan hanya berdiam di atas ranjang sembari menonton film yang ada di tv kabelku. Zayn masih di sampingku dan memeluk tubuhku dari samping, keringatnya masih bercucuran dan menempel pada tubuhku. Aku mendengar dengkuran kecil dari mulutnya, jadi ia tertidur? Setelah lima ronde sesuai hasil tawar menawarku dengannya, jadi ia yang kelelahan?

Aku mengambil ponselku lalu menghubungi Louis, mengingat aku belum menengok keadaan Mitchi dan aku juga merasa malas untuk itu.

"Ini masih pagi astaga, jam kerjaku di malam hari! Apa kau–" suaranya masih terdengar serak dan seperti baru bangun tidur, apa memang masih tidur?

"Ya, aku memintamu untuk bekerja pagi ini, menjadi sitter untuk Mitchi."

"Mitchi?–" ia memberhentikan ucapannya, sepertinya ia sedang melihat nama yang sedang menghubunginya.

"Ah Barbara, aku masih mengantuk. Hubungi aku nanti siang saja, selamat–"

"Aku sedang membuat lasagna yang sangat enak, tapi jika kau datang siang aku akan membaginya pada Mitchi-ku sa–"

"Satu jam." Ucapnya dengan terburu lalu memutuskan sambungan teleponnya, lagi pula siapa yang mau membuat lasagna di pagi hari ini hanya untuknya? Buat saja sendiri, sebelum aku membuatnya dicampur dengan sianida.

Tapi tanganku masih gatal dan memutuskan untuk menghubungi Emma, Ibu angkatku.

"Halo sayang, bagaimana kabarmu?" Suaranya masih tetap lembut disana.

"Hai ibu, aku baik. Bagaimana denganmu dan Grayson? Is he okay?" Grayson adalah anak tunggal ibu, masih berumur enam.

"Aku sama baik, bahkan jauh lebih baik saat Matt datang kembali menemuiku setelah bertahun-tahun. Grayson juga baik setelah kakaknya kembali, ia sangat senang setelah menemukan penggantimu disini." Matt? Kakak? Aku tak mengenalnya.

"Matt, siapa? Kakak dari...Grayson? Tapi ia–"

"Sebenarnya aku memiliki dua anak, tiga bersamamu. Tapi saat ia pergi selama bertahun-tahun, aku menganggap ia bukan lagi anakku. Ah sudah lah bahas lain waktu, ada apa sayang kau menghubungiku?"

"Aku–aku dan Zayn akan mengunjungi rumahmu malam ini untuk makan malam, boleh tidak?" Tanyaku ragu dan hati-hati.

"Serius kau menanyakan itu pada ibumu ini? Kau anakku, tentu saja boleh nak. Aku akan memasak sepesial untuk malam ini!" Ucapnya girang, untung saja.

"Baik, aku hanya ingin menyampaikan itu. Sampai jumpa nanti, aku mencintaimu." Senyumku mengembang samar-samar.

"Aku juga mencintaimu, salam untuk calon menantuku yang satu itu." Goda ibu jahil, ah dia tahu saja kalau Zayn akan menjadi menantunya.

"Tentu, salamkan juga salamku untuk Grayson dan Matt. Da-ah!"

Ponselku tiba-tiba direbut oleh Zayn, ada apa sih? Tadi tertidur, sekarang merebut ponselku. "Apa?!" Tanyaku dengan nada yang masih sama galaknya seperti sebelumnya. Ia hanya menyengir lalu mengembalikan ponselku.

"Aku kira kau menghubungi lelaki lain saat aku tertidur, maaf."

-

Gue udah putusin buat memperpanjang cerita ini jadi >60 chapter!

Chapt ini paling ga&ta yang pernah gue tulis di cerita ini, jadi baca aja jangan ngamuk di komen gue oke?

Yang minta penjelasan soon ya sebelum tamat wkwkkw

30+ comments :) x

Met sekolah besok yang sekolah, yah hari kejepit gini yak gaenak sabtu libur lagi (bolos ah)

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang