t w e n t y s i x

7.5K 299 29
                                    

Suara gaduh tak jelas membangunkan ku dari tidur nyenyakku pagi ini, ah sialan Zayn.

"Apa yang sedang kau lakukan, Z?"

Ia sedang meremas-remas plastik kemasan makanan ringan bekas lalu melemparnya asal ke daerah tong sampah kecil miliknya di ujung kamar. Jika kalian mengira ia sedang membereskan kekacauan kamarnya, kalian tidak seratus persen benar. Ya, ia sudah membereskan semua pakaian bekasnya ke keranjang cucian dan sebagian ke lemari pakaian yang masih terbuka, tapi dengan cara ia melemparkan sampah seperti itu membuat tong sampah itu tumpah berantakan.

"Oh sialan, aku membangunkanmu kan. Ya... Aku sedang membereskan kamarku, Barbie. Ah ya, selamat pagi cinta, kau ingin sarapan? Aku sudah membuatkanmu seporsi roti bakar untuk pagi ini, dan letaknya di nakas sampingmu. Dan–"

"Zayn kau sangat cerewet pagi ini–"

"Ini sudah pukul dua belas siang, sayang. Cepat makan sarapanmu lalu mandi atau– atau aku akan memperkosamu dalam tiga detik kedepan. Satu...dua...ti–"

Dengan cepat aku mengambil piring kecil berisi roti itu lalu memasukan potongan roti tersebut kedalam mulutku. Terdengar kekehan dan pujian menyindir dari mulutnya lalu ia melanjutkan aktifitasnya kembali. Oh Tuhan, ini seperti aku baru saja mengalami malam pertama dengannya.

Selesai dengan rotiku, aku turun dari ranjang dan melangkahkan kakiku menuju kamarku untuk mengambil pakaian dan handuk. Sial, lututku masih lemas dan selangkanganku masih mati rasa. Zayn meliriku dengan tatapan jahil, lalu membuang pandangannya saat aku menatapnya. Bajingan tidak bertanggung jawab, cih. Tapi aku mencintainya, jujur aku mencintainya.

"Berhenti memperhatikanku diam-diam seperti itu, bodoh."

Zayn menautkan kedua alisnya lalu kembali sibuk dengan baju yang sedang ia lipat rapih, ralat, tidak terlalu rapih. Dengan perlahan, aku melangkahkan kakiku kembali menuju kamarku. Hampir setengah perjalanan, bel bawah menginterupsi langkah lambatku.

"Zayn, bukakan pintu bawah. Sepertinya ada yang datang, cepat lah."

"Kau saja, aku sedang membereskan kamarku. Tolong, kali ini saja."

"Kau bodoh, aku sulit berjalan karena ulahmu."

"Itu hukuman dariku, jadi cepat lah."

Dengan malas, aku menghentakan kakiku lalu dengan sedikit menambah kecepatan menuju lantai bawah. Bel pintu itu terus berbunyi, apa tidak bisa sabar sedikit? Atau tidak pernah menekan bel sehingga memainkannya terus menerus? Entah, ku pikir hanya orang bodoh yang melakukan hal itu. Biasanya yang melakukan ini adalah Harry, tapi ia sudah tidak ada jadi siapa reinkarnasi dari orang bodoh sepertinya.

"Bisa tidak bersabar se– ka-kau?"

"Benar kata James, ia peliharaannya." Gumam pria dengan rambut putih menutupi rambut hitamnya. "Maaf?" Ia menggeleng dengan senyum yang kuyakini palsu itu. "Tidak, apa benar ini mansion Zayn putraku?" Benar dugaanku, ini pria tua yang kemarin kulayani.

Dengan canggung aku menggaruk tengkuk ku yang tak gatal. "Um maaf, kau siapa?" Pria itu tertawa sesaat, kurasa tak ada yang lucu. "Kau lupa? Benar-benar jalang, bermain, dibayar, lupakan, benar?" Tawanya kembali meledak dan jelas hatiku tertusuk oleh ucapan tak senonohnya.

"Maaf, tapi jika kau kemari hanya untuk mengataiku dan memberiku bayaran kemarin, kurasa tidak perlu dan lebih baik kau pergi dari sini sebelum Zayn memukul wajahmu dengan botol anggurnya."

"Oh maaf, tapi aku sudah membayarmu cantik kepada Lyce. Dan tujuanku kemari untuk menemui anakku, bukan bertemu jalang murahan sepertimu."

Tangannya membelai rambutku lalu perlahan beeubah menjadi jambakan menyakitkan. "Dibayar berapa kau untuk menjadi mainan anakku, hm?" Ia menarik rambutku menuju ruang tamu lalu mendorongku hingga terduduk di sofa.

"Kau? Apa yang sedang kau lakukan disini bedebah?! Apa yang kau lakukan pada kekasihku huh?!"

Zayn datang dari belakangku lalu menarik ujung jaket pria itu dengan kasar. "Tenang, anakku. Aku hanya menyingkirkan serangga dari rambut indahnya." Bajingan tua, bisa-bisanya ia berbohong yang tidak masuk akal seperti itu.

"Ha ha pintar sekali kau berdusta, tapi maaf aku bukan ibu yang bisa kau dustai dengan mudah. Dan kau, jangan pernah berani menyentuh kekasihku. Jelaskan padaku, apa tujuanmu kemari."

"Karena kemarin malam kau memukul wajah ayahmu dan aku ingin kau meminta maaf padaku atas hal kurang ajar seperti itu."

Tawa Zayn memenuhi ruangan tamu dengan nada tawa meremehkan. "Minta maaf? Bahkan spermaku juga tak akan sudi meminta maaf kepada bedebah sepertimu." Cibir Zayn pada ayahnya, sepertinya. Dengan malas, aku beranjak dari sofa lalu berjalan kembali menuju kamarku.

"Tunggu, tetap disini."

-

Haii maaf baru apdet dan ini gadanta abis gue tau kok. Tapi gue sempet2in apdet menandakan gue masih hidup setelah kecelakaan aneh yang gue alamin.

Gapapa kecelakaan, hp ancur, tapi gue dapet ip6s+ hidup emang varokah heheheh .-.

Tapi ini gue apdet cuma buat bilang kalau gue gaakan apdet cerita ini atau yang lain untuk beberapa waktu soalnya jam gue boleh pegang hp juga bentar ntar suster galak dateng terus nyuntik gue pake obat tidur duh gamau gue.

Jadi see ya soon <33

Makasih buat yang udah nunggu dan mau nunggu. Aku padamu ❤️❤️❤️

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang