9. Tinggal bersama

13.3K 509 0
                                    

"Aku tau ini terlalu cepat" ucapnya dengan wajah serius. "Kirana Adela Putri" ucap evan memanggil namaku. Tak sadar aku menahan nafasku.

"Will you marry me?" Ucapnya sambil meemegang kedua tanganku dengan tangan kirinya sedangkan tangan satunya lagi memegang cincin. Tangisanku pecah ketika evan memintaku menikah.

Aku melihat ke dalam manik matanya. Aku melihat keseriusan dia akan menikahkanku. Aku merasakan jantungku terus saja berdegup sangat kencang. Aku juga merasakan ada kupu kupu bertebrangan didalam perutku. Aku pun merasakan hatiku menghangat ketika aku melihat kebahagiaan yang terpancar dalam matanya evan.

Dan hatiku telah luluh dengan usahanya evan yang selama 2 tahun ini selalu mengikutiku dan evan juga telah meyakinkan ibuku. Aku rasa aku mulai jatuh cinta dengan evan. Evan yang menjadi guruku sekarang akan menjadi menjadi suamiku dan ayah dari anak anak ku kelak. Dengan lantang aku menjawab "maaf evan" jawabku sambil mgenghembuskan nafas untuk mengatur degup jantungku.

"Aku tak bisa" ucapku. Aku melihat wajah evan yang tadinya penasaran dengan jawabanku. Sekarang wajahnya pucat akibat dari ucapanku barusan.

"Ke..ke..kenapa kirana?" Tanya evan yang sepertinya tidak percaya dengan perkataanku.

"Maaf, aku tak bisa" aku hanya menundukkan kepalaku "menolakmu" ucapku dengan pelan sangat pelan. Aku yakin evan hampir tidak mendengar ucapanku.

Aku menggigit bibir bawahku saat menunduk. Sebenarnya aku ingin melihat ekspresi evan saat aku mengucapkannya ternyata aku tidak kuat untuk melihatnya. Ada keheningan Sesaat di dalam mobil ini. evan mungkin masih mencerna dengan ucapanku barusan. Kemudian aku membranikan diri untuk melihat evan. Aku melihat evan mengerjapkan matanya berkali kali.

"Apa?! Apa yang tadi kau katakan kirana?" Ucap evan yang masih tidak menyangka aku akan menjawab pernyataan dia.

"Aku tak bisa menolakmu evan" ucapku sambil tersenyum ke arah evan.

"Berarti... berarti..." ucap evan dengan nada sangat gembira. Aku menganggukkan kepaku sebagai jawaban.

"Yes evan i do" ucapku sambil mengusap air mataku.

"Yes... yes...yes" ucap evan seperti anak kecil. Evan langsung memelukku. Aku pun juga membalas pelukan evan yang hangat ini. "Thank you kirana. Thank you" ucap evan yang berada dipelukanku. Aku hanya tersenyum dan menangis karena terharu.

Tak lama kemudian evan melepaskan pelukkannya. Kemudian evan memakaikan cincinnya dijari manisku. Lalu evan mencium kening ku sangat lama dan lembut. Sama seperti ciuman pertamaku disekolahan tepatnya di ruangan evan.

✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏

Kami berada diruangan keluarga dirumah evan. Kami menonton film yang sedang diputar oleh evan. Setelah acara melamarku tadi evan langsung membawaku kerumah. Evan mengajaku mengelilingi rumahnya. Ada ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, 3 kamar tempat tidur dan tak lupa dilengkapi dengan kamar madi disetiap kamarnya, 1 kamar kerja evan, garasi, gudang dan juga halaman belakang.

Kata evan aku akan tinggal dirumahnya sampai pernikahanku dilangsungkan. Tadinya aku tidak mau tinggal bersamanya sebelum aku menjadi istrinya. Takutnya akan terjadi hal hal yang tidak di inginkan. Tetapi ini adalah permintaan mrs vania yang notabenya adalah ibunya evan. Alasannya sih biar aku mengetahui sifat sifat evan dan juga agar terbiasa tinggal bersama evan.

Tadinya aku bersih keras menolaknya. Tetapi aku juga tau bahwa mrs vania juga sama seperti aku yaitu tetap memaksanya. Hadeh sama seperti anaknya. Jadi mau tak mau aku menerima tinggal dirumah evan. Evan yang mengetahui aku menyetujuinya, evan senangnya tidak ketolongan. Kaatanya dia bisa berdekatan dengan ku seperti ini. Aku yang melihat evan senang membuat hatiku juga senang.

"Apa kamu tidak mengantuk kirana?" Tanya evan. Aku beralih dari layar tv melihat ke evan. Aku melihat evan dari dekat membuat jantungku berdegup kencang. Dan aku baru menyadari betapa tampannya calon suamiku ini sekaligus guru geografiku.

Bola matanya yang cokelat, alis yang tebal, hidung yang mancung, kumis yang tipis,  bibir yang seksi, dan memiliki bulu yang halus disekitar pipi sampai dagu. Menambah ketampanan calon suamiku. Aku bersyukur telah memiliki calon suami yang tampan. Tetapi sepertinya sebelum pernikahan aku harus menjaga evan agar tidak digoda oleh wanita wanita lain.

Aku sadar akan ketampanan evan membuat wanita wanita lain akan melakukan apapun untuk mendapatkan evan. Walaupun begitu aku percaya evan tak akan jatuh hati kepada wanita lain karena dia sangat mencintaiku sudah lama bahkan akupun tidak menyadari hal itu. Sudah cukup dia menungguku dan menderita cukup lama. Aku tidak ingin menyakiti hatinya.

"Sayang, aku tau aku tampan? Aku sedang bertanya kepadamu kirana?" Ucap evan dengan nada meledek. Aku tersadar dari lamunanku dan aku membuang pandanganku kearah lain asalkan jangan ke wajahnya evan.

"Pede sekali kau evan" aku mendengus kesal. Evan malah tertawa melihat aku seperti itu.

"Kau tak usah berbohong sayang, terlihat jelas diwajahmu" blush. Wajahku memanas ketika evan mengetahui bahwa aku memang sedang terpesona dengan ketampanannya.

"Memangnya kau bertanya apa?" Evan tersenyum saat mendengar aku mengalihkan pembicaraan.

"Aku bertanya apakah kau tidak mengantuk?" Tanya evan. Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawaban.

Memang sedari tadi Aku menahan ngantuk karena seminggu ini aku tidak bisa tidur tenang. "Kalau begitu tidur gih, lagipula kau kan besok sekolah sayang" ucapnya sambil mencium keningku sebelum aku pergi. Kemudian aku bangkit dari sofa dan segera menuju ke kamar yang sudah disediakan oleh evan. Walaupun kami tinggal serumah, jangan kalian berpikir kami juga akan tidur sekamar. Tidak!. Itu tidak akan terjadi sebelum kami menikah.

"Hari ini aku senang. Sekarang aku bisa tidur dengan tenang untuk malam ini."

_______________TCT_______________

The Crazy TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang