Aku sekarang sedang asik makan siang bersama evan di ruangannya. Kesal ku dengan alfi sedikit menghilang karena evan menceritakan masa masa SMA-nya dulu dengan roy.
Aku tak percaya bahwa dulu roy pernah menyukai wanita yang sudah menikah dan telah memiliki anak laki laki. Roy tidak pernah menyerah dan tidak peduli dengan hal itu. Roy tetap datang ke rumah wanita itu setiap hari setelah pulang sekolah. Tadinya wanita itu hanya menganggap roy sebagai adiknya tetapi lama kelamaan wanita itu merasa risih dengan sikap roy yang selalu datang setiap harinya.
Pada suatu saat wanita itu pergi atau tepatnya pindah rumah karena suaminya ada tugas yang sangat mendadak. Bahkan wanita itu pindah pada malam hari. Roy tidak tahu menahu tentang kepindahan wanita itu. pada saat roy berkunjung ke rumah wanita itu roy sangat terkejut. Karena wanita itu tidak memberitau sebelumnya. Pembantunya yang ada dirumah itu hanya memberikan sebuah surat dari wanita itu. Kata evan, roy sampai saat ini dia tidak bisa melupakan wanita itu.
"Pantas saja, aku tak pernah melihat roy bersama wanita." Tuturku pada evan. Aku membereskan tempat makan yang telah tidak ada isinya
Evan menghela nafas. "Ya begitulah, aku juga merasa miris jika mengingat perjuangannya dulu." Ucap evan yang terlihat sedih. Bagaimana gak sedih? Sahabat karibnya mencintai wanita yang telah berumah tangga. Dan sampai sekarang roy belum bisa melupakannya
Aku merubah posisi dudukku menghadap evan. "Kira kira wanita itu dimana ya sekarang?" Tanyaku pada evan.
"Entahlah aku kurang tau dimana keberadaanya. Pernah roy mencari dia keliling dunia. Tapi hasilnya nihil. Wanita itu seperti ditelan bumi."
Aku mengangguk anggukan kepalaku. "Siapa sih wanita itu? Aku penasaran dengannya?" Tanyaku dengan penasaran.
"Wanita itu bernama arletta septiana ningsih." Ucap evan sambil bersandar pada sofa dan menatap langit langit atap dalam ruangan ini.
"Arletta? Nama yang Bagus" gumamku.
"Oh iya aku baru ingat." Ucap evan tiba tiba. Evan merubah posisinya menjadi menghadapku.
"Pernikahan kita diadakan Bulan november. 3 hari setelah kamu ulang tahun sayang." Ucap evan yang memandang aku.
"Apa?! Itu berarti 4 Bulan dari sekarang?" Ucapku tidak percaya. Evan menjawabnya dengan mengangguk anggukan kepalanya.
"Bukannya itu terlalu cepat evan?" Ucapku sambil menundukkan kepalaku. Sebenarnya aku belum siap untuk menikah. Apalagi aku belum lulus sekolah. Aku juga belum terlalu mengenal evan.
Evan memegang daguku untuk bisa melihatnya. "Lebih cepat lebih baik sayang. Lagipula bukan aku yang menentukannya. Ibuku yang menentukannya. Kau tau kan ibuku itu terus saja memintaku untuk menikah. Padahal aku sedang berusaha untuk mendapatkan mu."
Ya aku tau sendiri bagaimana mrs. Vania itu ingin sesegera mungkin evan menikah dan tidak sabar ingin memiliki cucu. Aku juga teringat keinginan mrs. Vania. Dia sangat ingin memiliki cucu yang banyak. Dia bilang "semakin banyak maka semakin ramai".
"Ya aku tau itu, lalu bagaimana dengan sekolah ku. Sangat tanggung sekali jika tidak diteruskan." Ucapku dengan raut sedih. Bagaimana tidak?! Aku pikir, akan menikah dengan evan setelah aku lulus sekolah nanti. Ternyata diluar dugaanku. Apalagi yang mengatur pernikahan kami adalah mrs. Vania. Aku yakin aku tidak bisa berbuat apa apa selain menuruti kemauan mrs. Vania.
"Pernikahan kita akan dirahasiakan disekolah. Yang penting kamu tidak lupa dengan kewajiban sebagai seorang istri." Evan memeluk tubuhku. Menaruh kepalanya di atas pundakku. Dan evan mengelus-elus rambutku.
"Bagaimana jika ketahuan?" Ucapku spotanitas.
"Semoga saja tidak sayang." Evan melepas pelukkannya kemudian evan mencium keningku. Ketika aku hendak ingin bertanya lagi bel masuk istirahat telah berbunyi. Sehingga aku mengurungkan niatku itu.
"Sudah bel masuk. Masuk gih kekelas. semangat belajar. Jangan terlalu memikirkan aku." Ucapnya seraya menyunggingkan senyumanya. Jika bukan dalam keadaan duduk mungkin aku sudah jatuh kelantai karena lemas tidak tahan dengan senyumannya itu.
"Aku baru tau yah. Ternyata evan percaya dirinya tinggi juga.?" Ucapku meremehkan.
"Hmmm mungkin itu bawaan dari lahir. Sudahlah sana kekelas sebentar lagi aku ada kelas." Ucap evan seraya menarik lenganku untuk berdiri.
"Baiklah pak evan. Jangan lupa nanti kau ada dikelasku." Ucapku seraya meninggalkan ruangan evan.
_________________TCT______________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Teacher
Romance"Oh aku rasa dia gila. Ya dia gila. Bayangkan saja bagaimana bisa seseorang jatuh cinta secepat itu! Aku rasa tidak ada seseorang seperti itu." Kirana Adela Putri "Mungkin dia berpikir aku telah gila. Mana ada orang yang baru dikenal langsung mengaj...