Setelah aku keruangan evan disekolah. Aku langsung ke cafe tanpa diantar oleh evan. Karena evan sedang ada meeting dengan claint.
Sekarang suasana cafe sedang ramai, karena aku dulu seorang pelayan maka dari itu aku ikut membantu. Ya walaupun aku sempat adu mulut dulu dengan roy.
Flaskback on
"Apa?! Kamu mau jadi pelayan lagi?!" Tanya roy tidak percaya."Iya roy, kau tak lihat apa? Suasana cafe sedang ramai? Dan 2 pelayanmu sedang izin. Jadi kita kekurangan orang untuk melayani?" Ucapku
"Ya aku tau Kirana, tapi kamu jadi pelayan? Yang ada aku dibunuh oleh revan!. Tidak! Aku tak mengizinkanmu Kirana" ucap roy tegas sambil bersedekap tangan.
Aku menghela nafas dengan kasar. Lalu aku memegang lengan roy. "Kali ini saja roy izinkan aku. Kau tau kan aku tak bisa berdiam diri jika cafe sedang rami begini. Soal evan aku akan bicara dengannya. Aku janji kau tak akan dibunuh oleh evan" ucapku sambil terkekeh
Roy menghela nafas. "Baiklah baiklah. Aku juga tak bisa menghentikanmu. Kau itu keras kepala" ucap roy sambil mengacak acakan rambutku.
Aku mengerucutkan bibirku pura pura tak terima. "Terima Kasih Bapak Roy yang terhormat" ucapku yang menekan kata 'bapak'. Aku tertawa sambil menjauh dari roy. Roy tampak kesal karena roy tak suka jika dipanggil bapak /pak. Katanya berasa tua padahal dia bilang dia masih muda. Tak lama kemudian roy mengejarku. Jadilah kami (aku dan roy) seperti Tom and Jerry yang sering kejar mengejar.
Flasback off
✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏
"Kirana, tolong antar ini dimeja nomor 10" ucap kagi. Kagi adalah chef dicafe victoria.
"Baiklah chef" jawabku aku mengedarkan pandanganku yang ada didalam cafe. Biasanya aku cepat mengetahui posisi atau letak dimana saja nomor meja yang ada dicafe. Tapi sekarang aku sedikit bingung. Aku pikir mungkin roy mengubah posisinya.
Aku berjalan keluar cafe mungkin ada diluar. Aku sedang teliti untuk melihat nomor meja yang kutuju. Aku melihat nomor meja 12 disana ada pengunjung yang sedang berkumpul. Lalu disebelah kiri meja nomor 12 ada meja nomor 11 disana ada pengunjung sepasang kekasih. Lalu kulihat meja nomor 9 disana ada pengunjung yang duduk sendirian.
Dimana meja nomor 10?. Aku perhatikan lebih teliti lagi dan akhirnya ketemu juga meja nomor 10. Ternyata meja itu berada dibawah pohon yang cukup besar. Dan nomor 10 itu tertutup karena terhalang oleh tubuh pengunjung itu.
Aku menghampiri meja itu. Aku melihat pengunjung itu sedang fokus dengan handphonenya.
"Permisi, 1 cup Hot cauppucino?" Tanyaku untuk mengalihkannya dari handphone.
"Ah, iya terima Kasih" jawab pengunjung itu. Aku meletakan pesanannya.
Kemudian aku pamit dari meja itu. Tak lama kemudian aku mendengar ada yang memanggilku. Aku menoleh dan yang memanggilku adalah Evan.
"Kirana!" kemudian Evan menghampiriku. "Kamu jadi pelayan lagi?" Tanya evan yang melihatku membawa nampan.
"Maafkan aku evan. Aku tidak bisa berdiam diri kalau melihat cafe sedang ramai" Ucapku sambil menunduk.
Evan mengangkat daguku untuk melihatnya. Aku melihat evan tepat dimanik matanya. Mata yang Indah, mata yang tajam seperti elang.
"Kau memaksakan diri Kirana. Apa kamu sadar pergelangan tanganmu sedang sakit?" Evan mengambil tanganku yang terbalut perban akibat cengkraman alfi. Aku mengalihkan pandanganku ke arah pergelangan tanganku. Aku jadi lupa jika aku sedang terluka.
"Jadi bisa kau jelaskan mengapa kamu mendapat luka ini?" Ucap evan yang melihatku dengan raut muka penanasaran.
Aku menggigit bibir bawahku. "Bagaimana ini? Apa aku harus jujur. Jika jujur evan pasti akan marah." Batinku
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Teacher
Romance"Oh aku rasa dia gila. Ya dia gila. Bayangkan saja bagaimana bisa seseorang jatuh cinta secepat itu! Aku rasa tidak ada seseorang seperti itu." Kirana Adela Putri "Mungkin dia berpikir aku telah gila. Mana ada orang yang baru dikenal langsung mengaj...