Jalan yuk nyet gue bete nicccc :(
Message sent.
Mumpung besok juga Minggu. Ya, anggaplah satnight kali ini bareng Gibran, karena Marissa akan mengantar abangnya ke bandara.
Asal berdua aja gue mau mblo ;)
Iya aku dan kamu saja.
Message sent.
Gue jemput jam 7 ya sayanqqq
Ok
Message sent.
Sayang, beb, honey, sweety, atau panggilan cimit-cimit lainnya sudah biasa ku dengar dari mulut seorang Gibran atau kulihat tulisan-tulisannya. Pacaran? Enggak. Tapi entah, lima bulan ini aku semakin dekat dengannya, bertiga. Dengan Marissa juga. Tapi aku jauh lebih dekat, akrab, dan lebih diperhatikan oleh Gibran daripada Marissa. Toh, Marissa juga sudah cukup dapat perhatiannya dari Ditya, kan?
Katanya sih aku HTS-an namanya sama Gibran.
"Mane HTS? Gue udah anggep Gibran kayak kakak gue." selalu kulontarkan jawaban itu saat teman-temanku melihat keakrabanku dengan Gibran yang sudah tak wajar lagi, seperti sepasang kekasih.
Lalu, apa peduliku?
Dia tempat berkeluh kesahku setelah Marissa. Aku selalu menumpahkan kegundahanku dengan mereka. Tentang susahnya PR, gak manusiawinya guru-guru memberi tugas, tentang Adrian.
Justru Adrian dan aku yang menjalin hubungan tanpa status.
Aduh, pokoknya perlakuan manis dari seorang Adrian Samudra Vaccaro itu selalu membuatku resah. Belum lagi kecurigaanku tentang... Pangeran Lolipop adalah Adrian.
Bukti?
Mata birunya.
Yah sebenarnya bukan dia saja yang mempunyai mata biru. Brandon, Juan, Mike, dan Gibran juga bermata biru.
Lantas bagaimana dengan namanya? Adrian Samudra Vaccaro. Dia bilang nama panggilannya Rian. R-i-a-n.
Tapi aku belum menanyakan hal itu kepadanya. Dan aku akan.
--------------------------------
"Lo udah nanyain ke Adrian?" tanya Gibran. Kami sekarang berada di rooftop Lovi Cafe, tempat kami curhat atau apapun itu. Pemiliknya adalah tantenya Gibran, Tante Lovita.
Aku menggeleng lemah. Gibran mendecak.
"Biasanya kalo udah kepo banget lo langsung nanya, siapapun dia"
"Beda kasus," jawabku resah.
"Lo emang yakin banget dia orangnya?" Tanya Gibran sambil menulis dengan tangan kirinya di WTJ-ku, sesuai dengan intruksinya.
Ah, jurnal kesayanganku sudah hampir sepenuhnya terisi. Biasanya aku mengisinya dengan Kak Ray, Marissa, Gibran, dan Adrian.
Paling banyak Adrian. Yah, dia paling bisa mengambil jurnal itu tanpa sepengetahuanku dan mengisinya.
"Woy, diem aja!" Gibran menjetikkan jarinya tepat di depan mukaku.
"Mikirin Adrian, hmm?" Godaan Gibran paling ampuh membuat wajahku menghangat.
"Ih apasih." Kututup wajahku dengan kedua tanganku.
"Kalo bukan dia orangnya, gimana?" Iya ya, kalo dia bukan Pangeran Lolipop? "Gak maksud sih, tapi feeling gue mengatakan kalo orangnya bukan dia."
Aku hanya manggut-manggut, tak tahu harus menjawab apa.
--------------------------------
"Kaylaaa, pangeran lo datang menjemput nih!" Teriakan Kak Ray yang menggelegar membuatku terbangun.
"APASIHHHHH GANGGU ORANG TIDUR AJA." Aku pun menarik selimut bergambar Hello Kitty-ku kembali. Ah siapa sih? mengganggu acara tidurku saja. Mungkin Adrian, si sableng pengganggu tidur.
"Adrian noh, ngajak jalan." Entah kapan Kak Ray sudah duduk di tepi ranjangku.
"Hmmm,"
"Itu udah ditungguin!" Kakakku tersayang ini mengguncang-guncang tubuhku.
"Bodo ah,"
"Udah ditungguin dari subuh, Kayla!!"
"Ya kaleeee," racauku tak jelas.
"Najis bau." Dia membekap mulutku dengan bantal. "Terserah sih. Bangun atau engga hal-hal yang gak pantes terjadi akan terjadi."
"Ih atut ah qaqa." Tak ada jawaban. Mungkin dia menyerah. Resiko bangunin kebo, ya.
Akhirnya pun aku tidur kembali.
Tidur dengan nyaman, aman, dan tentram.
Tapi hanya berlaku sebentar.
Selimutku ditarik oleh enah siapa itu.
MAMA PAPA TOLONG AKU. Eh Mama sama Papa kan belum pulang.
KAK RAY TOLONG AKU. Mana mau dia.
"AH APASIHHHHH?!?!" Aku menarik selimutku kembali, alhasil kita seperti main tarik tambang.
"Bangun kebo!!!"
Walaupun nyawaku belum terkumpul semua tapi aku bisa dengar jelas suara siapa.
"Bacot."
"Bangun astaga."
"Hari Minggu nyet."
"Apa hubungannya?"
"Yaudah males-malesan aja," jawabku santai lalu menutup kupingku dengan bantal.
"Cewek macem apa sih lo, ck."
"Cewek jadi-jadian."
"BUAHAHAHAHHAAHAHA." Tiba-tiba Rian ketawa. Ah apasih yang lucu.
"Berisik lu keluar sana!"
"Lo udah janji hari ini kita mau jalan-jalan."
"Ah siape sih yang janji?"
"Ngeles dah. Udah buruan mandi Kayla!"
Aku mendecak. Ya, baru ingat kalau hari ini ada janji dengan Rian. Ah, bodoh sekali kamu, Kay.
"Iya iya, keluar sono lu."
"Dandan yang cakep yaaaaaa!!"
--------------------------------
[A/N] HALO HALO BANDUNG! Maafkan saya khilaaaaf seminggu meninggalkan A Journal:( Lebay y, org gaada yg nyariin heu. Eh tapi mulai pengingkatan loooooh ihihihi aku senang sekali^^ Ok jadi makasih yang udah baca., comment, dan vote! Love y'all mwaaah muuph chapter ini pendek bgt kayak jilbab jaman sekarang huehehehe curhat kan. yaudah bye.
PS: vote se-ikhlasnya :]

KAMU SEDANG MEMBACA
A Journal
Ficțiune adolescențiKamu bagai pelangi, yang selalu memukau, walau hanya sesaat. Keindahanmu nyata. Tapi kedatanganmu hanya sementara. Hingga aku menganggapmu fana. Pada akhirnya, aku tak tahu bagian mana darimu yang harus aku percayai. Nyata atau fana? © Copyright 20...