GIBRAN
Scroll, scroll.
Huh? Tumben Kay ngepost foto instagram.
Setelah lama menunggu loading, terlihat foto 2 pasang kaki dan disekelilingnya terdapat beragam bunga. Indah.
Tapi tak seindah captionnya,
"Terimakasih satu harinya, @adriansav"
Aku terdiam membaca captionnya. Mereka jadian? Jelas... sangat jelas. Memang semuanya tak seindah yang kita bayangkan. Kukira, Adrian hanya mengajaknya jalan seperti biasa. Ternyata, jalan-jalan yang luar biasa.
Aku membayangkan betapa romantisnya Adrian menembaknya ditempat seindah ini. Tak terbayang betapa bahagianya Kayla. Kayla-ku..
*****
"GIBRAN GIBRAN GIBRAN LO HARUS TAUUUUUUUUU!" Kayla tiba-tiba datang menghampiriku yang sedang mendengarkan lagu When I Was Your Man. Pasti ingin menceritakan kejadian kemarin.
Sebelum keluarnya cerita-cerita yang tak ingin kudengar, lansung kupotong Kayla yang terlihat ingin memberitahukan sesuatu, "apa? Lo jadian sama Adrian? Udah laaah, tau gue," ucapku.
"Eh? Apa? Gue jadian samaー"
"Udah elah lagi pusing nih gue, jangan bikin tambah pusing deh," kataku lalu berlalu dari hadapannya.
Pernah merasakan seperti ini? Mencintai sahabat kecil sendiri saat orang itu sudah menemukan pasangannya.
Persetan dengan kata-kata 'hakikat cinta adalah melepaskan'. Mereka tak tahu rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta terlambat.
Cinta tak terbalas.
Entah selanjutnya apa yang harus kulakukan. Menjauhinya bukan hal yang tepat, tapi itu satu-satunya yang kubisa. Bukan lari dari masalah, hanya mencoba melupakan, dan kalau bisa, melepaskan.
Tapi, tidakkah ada cara lain yang kubisa? Karena menjauhinya sama saja membunuhku perlahan.
*****
"HARI GINI, JAMAN GALAUUUUUUUU?" kata kakak perempuanku yang memang sudah tau masalahku, dari awal.
"Bacot, mentang-mentang hari ini anniversary satu tahun."'
"Elaaaah, lagian lo jadi cowok cemen amat, gue kasian sama lo udah nunggu bertahun-tahun. Jangan nungguin sampe dia inget semuanya! Ckckckck dasar cowok jaman sekarang," celoteh kak Fida.
"Heh! Dengerin gue gak sih? Ini penting loh! Nih ya coba kalo loー"
"Apasi ayam berisik banget." Lebih baik aku potong nasihat-nasihat tak bermutunya lalu pergi ke luar. Ke taman. Ke tempat awal semuanya terjadi.
"Kak! Sepeda gue kemana heh ayam!" Kulihat dia sedang guling-guling di karpet.
Dia berhenti dari aktivitas abnormalnya, "MAU MENGGALAU YAAAAAA? TUH ADA DI GARASI BELAKANG AHAHHA JANGAN PULANG MALEM JANGAN LUPA NANTI-"
"Bawel!" Kulempar bantal ke wajahnya.
*****
"Gibran?"
Aku menoleh, kudapati Kayla berada di depanku. Tangan kanannya memegang kantong kresek salah satu supermarket disekitar sini.
"Ngapain lo disini?" Ujarku ketus.
"Lo kenapa sih, judes banget kayak cewek PMS?" Tanya Kayla mengabaikan pertanyaanku.
Aku mengacuhkannya.
Kayla menghembuskan nafas, menaiki ayunan yang ada disebelahku.
"Lo kok bisa ngira gue jadian sama Adrian sih?" Nah, pasti dia akan menanyakan tentang ini.
"Kenyataan kan?" Ujarku sembari menaikkan alis. "Sok tau ih!" Kayla mengatakan ini sambil tersenyum. "Tuh kan senyum-senyum. Udah, jelas kok." Aku tersenyum miris.
"Ih apa sih? Dengerin penjelasan gue dulu dong!" Elak Kay. Aku hanya bergumam gak jelas.
Kayla menjelaskan semuanya.
"Oh......?" Hanya itu yang bisaku katakan setelah penjelasan panjang tetapi menguntungkan. Haaaah, ternyata dugaanku salah.
"Cuma itu?!" Tanya Kayla dengan wajah kesalnya.
Aku terkekeh, "gue harus apa emangnya?"
"Setidaknya minta maaf atas apa yang lo tuduh ke gue?!"
"Males."
"Najis, Gibran!" Kayla melempar botol minum yang sudah kosong kearahku, lalu meninggalkanku sendirian disini.
Hah, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega.
*****
[AN] SPECIAL PART! Sudut pandang Gibran yeay! Gue sejujurnya gabisa mendeskripsikan sudut pandang cowok, but I do my best, so this is it!
Ohya yang besok UAS goodluck yaaaa! Gue juga nih lusa UAS huhuhuhu makannya ngebut ngepost ini.
Btw, mau tau dong pendapat kalian tentang cerita ini? Bagus? Keren? Kurang memuaskan? Bahasanya kurang pas? Apa aja, silahkan kemukakan pendapat kalian, pasti gue terima dan gue pertimbangkan!
Merci.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journal
Teen FictionKamu bagai pelangi, yang selalu memukau, walau hanya sesaat. Keindahanmu nyata. Tapi kedatanganmu hanya sementara. Hingga aku menganggapmu fana. Pada akhirnya, aku tak tahu bagian mana darimu yang harus aku percayai. Nyata atau fana? © Copyright 20...