Story love 3

18.5K 690 0
                                    

Eka masuk ke ruang kerja Ravian, terlihat Ravian sibuk melihat profil karyawan wanita yang berada di perusahaannya. Beberapa lembar profil wanita sudah berada di tempatnya sendiri, terletak jauh dari lembar profil yang berserakan di atas mejanya.

Melihat Eka masuk ke ruangannya, dengan sigap dia mengangkat foto 2 orang wanita cantik di tangannya.

"Pilih mana?"

Eka yang bingung, melihat profil wanita yang disodorkan oleh Ravian hanya melihat kedua profil itu dengan aneh.

"Sepertinya kau sudah kehilangan akal," ucap Eka tanpa memperdulikan tampang Ravian yang serius menatapnya.

"Tidak ada yang ku pilih, aku pergi."

"Kau tidak ingin menolongku?"

Eka berhenti dan tersenyum jahil menatap Ravian.

"Sepertinya ada seseorang yang cocok mendampingimu."

"Siapa?"

"Hani."

Ravian yang mendengar nama Hani disebut menatap Eka dengan pundak terangkat.

"Hahaa ... tak perlu cemas, bukankah lebih baik memilih cewek yang bukan tipemu. Yaa ... Itung-itung dia enggak akan bisa membuat ikatan denganmu kan?"

Eka mengangkat alisnya, seakan idenya adalah ide yang paling bagus yang pernah dia tawarkan.
Ravian menatapnya berulang kali.

Pria ini, idenya tidak buruk juga.

"Oke, panggilkan dia." Ravian dengan cepat-cepat menyuruh Eka untuk memanggil Hani datang ke kantornya.

"Baik." Dengan senyum Eka meninggalkan kantor dan memanggil Hani untuk menemuinya.

Selang beberapa saat, Eka sudah masuk ke ruangannya. Ravian yang menunggu di dalam ruangan, melihat ke kanan dan ke kiri.

"Tak ada orang? Mana dia?"
Tanya Ravian yang tak sabar.

"Dia lagi makan bersama Eva."

Eka lalu duduk di samping Ravian.Ravian yang sibuk melihat profil Hani di tangannya, melihat Eka yang duduk disampingnya.

"Jangan terlalu cuek saat dia tiba disini."

"Ya...."

Ravian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju mejanya, disana dia mulai merapikan semua lembaran profil karyawan yang ada di meja.
Sebenarnya ada banyak wanita di perusahaannya ini yang lebih dari Hani tapi ya ... rata-rata mereka mungkin sudah memiliki pacar. Tidak mungkin sekali ada perempuan cantik yang tidak didekati pria.

Eka yang memperhatikannya dari tadi, mendekat ke arahnya. Ia membantu Ravian membereskan lembaran profil yang ada di meja.

"Singkat kata, ternyata seorang bos yang terkenal cuek patuh juga dengan orang tua."

Ravian hanya memandangnya tanpa perduli omongannya. Ada benarnya,seberapa kuat dan pintar seorang pria pasti akan lemah juga jika berhadapan dengan seorang ibu.

Selesai membersihkan meja, keduanya kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. Ravian sibuk dengan Reva pacarnya yang kini akan menjadi kenangan, jika orang tuanya setuju dia pacaran dengan orang lain dan Eka yang dari tadi melihat jam menunggu kedatangan Hani ke dalam ruangan.

"Apa dia berjanji akan datang?" Ravian duduk dikursinya sambil menatap jendela.

"Ya ... dia tidak mungkin tidak akan datang, bukankah yang memanggilnya adalah bosnya sendiri."
Begitulah, jika Ravian menyuruh seseorang datang maka Ravian ingin orang itu datang sesegera mungkin.Waktu sangat penting baginya.

"Kalau tidak datang juga, aku akan mencari perempuan lain," ucap Ravian sambil mengangkat sudut bibirnya sebal.

15 menit mereka menunggu Hani, akhirnya orang yang ditunggu datang juga. Dengan wajah penuh pelu mungkin karena berlarian dari parkiran menuju kesini, Hani langsung menatap Eka dan Ravian bergantian.

Eka yang melihatnya langsung tersenyum, sesaat berbicara sebentar lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Ravian lalu menghadap ke Hani, dengan raut gelisah dia bertanya.

"Apa ... kau sudah punya pacar?"

*****

Wajah ku yang semula datar, tiba-tiba berubah. Aku tidak menyangka Ravian akan berkata seperti itu kepadaku.
Ravian yang sepertinya menyadari perbedaan raut mukaku langsung menghembuskan napas dan menatapku santai.

"Tak perlu kuatir, aku tak tertarik padamu. Aku hanya menginginkan jasamu. Itu saja."

"Jasa apa pak?"

"Jasa untuk menjadi pacarku."

Dengan enteng Ravian mengatakannya sambil menundukkan kepalanya dan kembali menatap Hani.

Kenapa harus aku, bukankah banyak wanita lain yang tertarik padanya. Apa karena dia sudah tak memiliki daya tarik lagi untuk memikat wanita.

"Bapak tidak ...."

"Ssshh ... jangan panggil aku bapak, masa pacaran harus manggil bapak. Panggil aku Ravian."

Sekarang dia ingin aku memanggil namanya dengan Ravian.

"Oke ba ... tidak maksudku Ravian."

Agak ragu aku mengatakannya, ada sedikit rasa tergelitik ketika harus memanggil nama bos dengan nama aslinya. Sedangkan Ravian mengangguk saat aku memanggil namanya.

"Aku bahkan belum mengerti maksudnya apa?"

"Ya ... pura-pura jadi pacarku itu saja, sampai akhirnya orang tuaku membencimu dan menjodohkan aku dengan pacarku."

Keterlaluan aku hanya menjadi tameng dalam hidupnya.

"Pak, bapak tidak bisa melakukan ini terhadap karyawan bapak."

"Lagi-lagi kau memanggilku bapak. Oke, ini memang salah tapi aku hanya meminta agar kau yang menjadi pendampingku saat bersama orang tuaku. Itu saj."

Sulit juga rasanya, jika harus menjadi dia. Jujur aku memang tertarik padanya tapi jika menjadi pacar pura-pura agar orang tuanya menyetujui hubungannya dengan pacarnya, ini terlalu menyakitkan buatku.

Tapi lama kelamaan aku berpikir, tidak terlalu masalah membantunya. Sesama manusia harus saling membantu.

"Baiklah, ada 3 syarat yang harus bapak lakukan untuk saya."

Ravian agak terkejut saat aku mengajukan syarat di depannya tapi akhirnya dia tersenyum dan menyuruhku untuk mengajukan syarat sebagai pacar pura-puranya.

Setelah nyakin bahwa dia tidak akan marah aku mengambil secarik kertas, kutulis tiga syarat itu dalam secarik kertas. Kutaruh di depan mejanya.

"Menarik, baiklah kita akan menemui keluargaku minggu depan, siapkan dirimu."

Ravian menyimpan secarik kertas yang kutaruh di meja di dalam pakaiannya. Setelah itu dia menyuruhku keluar.

Oke, sepertinya masalah sebenarnya baru akan dimulai. Batin Ravian memikirkan 3 syarat yang diajukan oleh Hani.

My Boss (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang