"Baiklah, ayo kita makan."
Nyonya Fifi menuntunku menuju meja makan, terlihat hidangan mewah yang berada disana. Dari hidangannya seperti seluruh menu yang ada di restoran berada di meja makan ini.
Ada salad, steak, hidangan seafood, sup, ayam pangang dan lain-lain. Tingkahku yang seperti orang baru melihat ini semua tidak di hiraukan oleh Ravian, dia langsung duduk disampingku tanpa memberiku kursi terlebih dahulu.
Nyonya Fifi menyuruhku duduk, saat duduk sekilas aku melihat Ravian. Masih tampak sombong dia sama sekali tidak melihat ke arahku. Dia sibuk mengambil minuman untuk dirinya sendiri.
Akhirnya aku makan setelah disuruh oleh Nyonya Fifi, aku makan seadanya dan langsung pamit pulang ketika Ravian berdehem padaku. Sebenarnya aku belum kenyang, Ravian juga tidak menyentuh makanannya.
"Kami pulang." ucapku dengan nada ketus. Ravian tersenyum melihat ku berbicara seperti itu, lalu kami berlalu di hadapan Nyonya Fifi.Di tengah perjalanan seperti biasa kami hanya diam, dia sibuk melihat jam yang ada di tangannya, saat aku sibuk melamun di luar jendela dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Ada apa?" Kataku.
"Turun, aku ingin makan dan bertemu pacarku."
*****
Ravian sudah berada di restoran favoritnya, dia sudah memesan makanan untuk mengganjal laparnya.
Saat sedang asyik-asyiknya makan, Ravian terkejut dengan kehadiran Reva yang langsung memeluknya dari belakang.
"Sayang," ucap Reva, langsung duduk di depannya.
Ravian hanya memegang tangannya dan memesankan makanan untuknya.
"Kangen ya, sayang?"
Reva langsung bertingkah manja saat bertemu Ravian, Ravian hanya melihatnya sambil tersenyum.
"Ingin pergi, ketika sudah makan?"
Ravian langsung melepaskan tangannya saat hidangan makanan Reva datang, Reva hanya mengangguk dan menyantap makanannya.
*****
"Enggak diantar pulang sama bos?"
Eva melihatku pulang sendirian naik angkot yang berhenti di depan rumahnya.
"Enggak." Kataku enteng.
Aku langsung masuk ke dalam rumah, membiarkan Eva berkacak pingang di depan rumahnya.
"Keterlaluan." Eva langsung nyerocos ketika aku masuk kedalam rumahnya.
Aku hanya melihatnya sambil mengambil minuman yang berada di kulkas, capek juga hari ini. Cuaca juga sangat panas ditambah harus berdesakan di angkot karena penumpangnya lagi penuh-penuhnya.
"Ganti baju, terus kita pergi yuk!"
Eva menarikku ke dalam kamar, belum sudah rasa lelahku hilang. Eva sudah ingin mengajakku pergi.
"Capek, ah. Pengen tidur."
Aku langsung rebahan di tempat tidur tanpa perduli tatapan Eva. Eva yang semula hanya menatapku langsung menarik tanganku lagi.
"Aku tunggu sampai 15 menit, kalau enggak selesai juga. Aku bakal kunci pintu luar sama di dalam."
Eva mengancamku, terpaksa ku turuti. Kuambil baju santai dengan celana jeans yang biasa ku pakai, sambil menenteng tas berwarna coklat aku pergi dari kamar.
Eva yang sudah siap dari tadi, langsung mengandeng tanganku pergi.
"Hari ini kita naik taksi."
Aku hanya mengangguk, mengiyakan ucapannya.
*****
"Yang, baju di etalase sana bagus ya?"
Reva mengedarkan pandangan ke semua toko yang berada di dalam mall yang bertempat di jakarta, semuanya juga sudah di masukinya tak terkecuali memborong baju yang menurutnya cocok untuk dia pakai.
"Inilah sikapmu yang sangat dibenci ibuku."
Ravian berkomentar atas tindakan Reva yang selalu saja menghamburkan uang ketika ia mengajaknya jalan.
Puas berbelanja di mall, mereka langsung keluar hendak pergi menuju taman wisata tempat mereka bisa bersantai dan bercanda tawa berdua.
Ravian langsung menuju parkiran, meninggalkan Reva yang telah menunggunya di belakang mall.
Saat Ravian menghidupkan mobilnya dan memutar mobilnya, terlihat dari kaca spionnya Hani sedang memasuki mall bersama dengan sahabatnya Eva.
Ravian yang melihatnya santai saja dan langsung pergi menuju Reva yang telah menunggunya.
"Ayo masuk."
Ravian mengajak Reva untuk masuk ke mobil tapi Reva masih diam saja disana."Ada apa, sih?"
Ravian langsung keluar dari mobilnya dan pergi menarik tangan Reva.
"Kamu ini ada apa?"
Ravian menanyainya sambil memegang tangannya."Tuh disana, ada sepasang cewek yang ngelihatin kita terus."
Reva menunjuk di depannya, dimana terdapat Eva dan Hani yang sekarang tengah berdiri di depan Ravian.
Terlihat Eva dengan tatapan marah dan Hani yang terus memegang tangannya."Minggir."
Ravian cuek saja melangkah tanpa mau meladeni Eva dan Hani.Sebelum Ravian dan Reva memasuki mobil, kepala Ravian sudah basah oleh minuman yang dibawa oleh Hani. Bukan Hani pelakunya melainkan Eva.
"Kalau enggak suka sama Hani, jangan kayak gini."
Sambil memaki Ravian yang sekarang sudah basah kuyup dengan air yang telah dituang Eva.
"Enggak apa-apa sayang."
Reva langsung mengelap-ngelap baju Ravian yang sudah basah oleh air.Ravian yang dari tadi hanya diam saja, akhirnya bicara.
"Siapa kalian?!"
Sambil terus mengelap bajunya dengan tangannya.*****
Aku benar-benar tidak tau apa yang sedang di lakukan oleh Eva, tiba-tiba saja air minum yang kupegang sudah disemprotkannya ke arah Ravian.
Aku terkejut dan ingin minta maaf tapi Eva sudah terlanjur marah melihat Ravian.
Sebenarnya Eva tak berhak marah. Toh, kami hanya pura-pura dan Ravian tak pernah tertarik padaku.(Beberapa part hilang dan mengalami editing) *ingin lebih lengkap, cus beli novelnya.
________________________________________
Makasih buat kalian yang mungkin udah baca ceritaku ini, tolong ya yang udah baca kasih kesan dan komentar kalian terhadap ceritaku ini, masih baru jadi penulis.
Terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss (OPEN PO)
RomanceTERBIT Memang garis kehidupan seseorang tak bisa di tebak, termasuk seorang wanita yang bernama Hani Putri Sendina. Ia adalah seorang wanita sederhana yang bekerja disebuah perusahaan swasta terbesar di Jakarta. Semula semuanya terlihat baik-baik sa...