#3 Semilyar waktu untukmu (1)

19 1 0
                                    

"Ami, ini kamu?"

Aku menyentuh wajahnya. Ia terlihat takut. Tepisan tangannya padaku membuatku terhenyak. Apa dia betul Ami-ku yang aku cinta? Kenapa sikapnya seperti itu? Dia menganggapku orang jahat?

"Mister siapa?" tanya dia. Wajahnya pucat. Mengisyaratkan bahwa ia tak ingin mengenalku lebih jauh. Ami, ini aku, Ichijou Sara. Orang yang mencintaimu. Apa kau tak tahu? Aku korbankan semuanya untukmu. Bahkan, semilyar waktuku telah ku korbankan demi kau kembali padaku.

"Saya bukan orang jahat, Dik."

"Kenapa Mister tidur di sini? Mister tersesat?"

"Nggg, nggak juga." Aku menggeleng. Wajah Ami terlihat lebih ramah dibanding tadi. Mungkin saja, Ami tidak menganggapku orang jahat. Aku salah telah menyentuh wajahnya karena terlalu kaget dengan perubahan begitu cepat.

"Lalu?"

"Saya mencari teman saya, Miya dan Ami. Ehem..."

"Ami dan Miya? Mister cari temannya yang hilang?"

"Ehem, kalau Ami sih bukan. Tapi itu istri saya."

"Waah—"

Pupil matanya membesar. Seolah, ia ingin mengenal sosok yang ku cari lebih jauh. Betul-betul anak polos. Sebaiknya, aku ceritakan nanti. Sekarang waktunya aku bertanya di mana aku berada pada anak ini. "Ini di mana ya?"

"Ini di Pademangan Barat, Mister." jawab Ami tertawa.

"Pademangan Barat?"

"Iya Mister. Beri aku seribu rupiah ya!" Ia cekikikan menadahkan tangannya padaku. Mengingatkan aku sewaktu di Nepal. Hanya saja, ini berbeda sedikit. Seribu rupiah bersanding dengan satu dollar.

"Hahaha—"

"Mister nggak mau beri ya? Aku kan sudah kasih tahu ini di mana."

"Bukan nggak mau beri. Tapi untuk apa seribu rupiah, Dik? Makan juga nggak cukup."

"Siapa bilang? Seribu bisa dapat lima buah tempe mendoan." jawab dia.

"Hn?"

Aku melongo mendengar pernyataan yang ia ucap. Ini tidak mungkin, masa iya seribu rupiah bisa membeli gorengan sebanyak itu? Ada yang salah ku rasa dengan tempat ini. Merasa heran, aku mencari ponselku. Lho, ponselku menghilang? Harusnya ada di ransel. Kok tak ada ya? Aku mencari ke seluruh bagian dalam ransel. Nihil hasilnya. Aku melihat jam tangan. Jam tanganku mendadak mati. Sebetulnya aku berada di mana selain kata Pademangan Barat yang dibilang dia?

"Iya Mister. Mister mau beli? Beri aku seribu rupiah ya."

"Tunggu, Dik! Kamu bercanda?"

"Aku nggak bercanda, Mister. Mister, orang Jepang?"

"Kamu tahu dari mana?"

"Dari wajah dan suara Mister. Aku Ami Alanastasia. Siapa nama Mister?"

"Ami Alanastasia?"

Nama itu—

Nama yang selalu aku sebut dalam doa'ku dari awal bertemu hingga jiwanya berada entah di mana sekarang. Antara hidup dan mati. Aku kembali bertanya-tanya, dia kah Ami istriku tercinta? Jika iya, kenapa muda sekali? Inikah rencana Dewata untuk mengembalikannya padaku dan mengulang lini masa lebih awal?

MementoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang