Daun berguguran terjatuh di rambut keduanya, bergemerisik dari ranting. Siang hari nan sepi. Syahdu...mengiringi mereka dalam perjalanan mencari es krim serta makan siang. Ami terus melangkahkan kakinya, tak pernah lelah jika bersama Mister baru yang baru ia kenal semalam. "Hey!" Sara protes. Kakinya ingin copot bila harus mengikuti kemana langkah kaki kecil Ami pergi.
"Ada apa, Mister?" Ami menoleh.
"Kamu nggak capek?"
"Tentu nggak. Jika sama Mister." jawab Ami, senyumnya merekah begitu manis. Tapi, rasa kesepian masih mendera untuk saat ini. Sara memaklumi, Ia jadi bersemangat untuk mengikuti Ami kemanapun. Tak peduli dengan risiko kedepan. Sara berkali-kali berharap, Ami tak pernah pergi dari kehidupannya sekalipun Sara akan menanggung akibat dari melawan takdir. "Aku tetap bersamamu, seandainya kamu tahu."
"Mister bilang apa?"
"Saya hanya bilang, saya akan tetap temani kamu."
"Janji?" Ami menyodorkan kelingkingnya. Sara mengangguk seraya mengaitkan kelingking ke jari Ami.
"Janji."
"Janji, Mister Sara nggak pergi dari aku?"
"Pasti."
"Horee, aku punya teman!" Ami menarik tangan Sara menyusuri Jalan Salome. Sebuah jalan favorit para pemuda-pemudi nongkrong malam hari. Ami membawa Sara ke suatu tempat. Sebuah warung mewah pada zamannya. "Kalo mau cari es-krim di sini Mister." Tunjuk Ami pada sebuah warung besar ber-cat hijau.
"Lalu?" Sara mendekatkan wajahnya. Wajah Ami merah. Malu. Ia merasakan perasaan itu, dadanya berdebar melihat wajah Mister-nya dari dekat. Ami memejamkan mata tak ingin melihat. Tampaknya, rasa itu mulai membelenggu hatinya yang rapuh. Rasa ingin di lindungi oleh orang asing seperti Sara sampai selamanya. Ia berharap.
"Kenapa kamu merem?"
"Aku malu dilihat Mister begitu." Ami membelakangi Sara. Sudah dua kali gadis itu membelakangi Sara.
"Kenapa malu?" Sara bertanya. Ia menutup mulutnya seraya tertawa. Laki-laki itu tak ingin membuat Ami ngambek, mati-matian dia menahan tawa walau akhirnya pecah juga tawa itu. Ami bertambah malu, menutup wajahnya.
"Mister kan janji belikan aku es krim."
"Iya-iya, sebentar. Tapi, kamu ikut ya. Mau?"
"Nggak mau." Ami menggeleng. Wajahnya ketakutan. Sara menyadari ada hal yang aneh pada Ami dengan warung yang ditunjuk. "Kamu nggak usah takut, ada saya." bujuk Sara. Ami ragu, tapi pada akhirnya ia putuskan untuk melawan ketakutan bersama Sara di depan warung. "Janji ya Mister, kalau aku di marahi, Mister lawan ibu pemilik warung."
"Udah berapa kali kamu bilang itu? Saya sampai bosan. Haha..."
"Kok Mister begitu?"
"Tanpa kamu suruh, saya akan tetap bilang ke ibu pemilik warung nggak boleh buat kamu nangis."
"Iya, aku percaya Mister pasti bisa lawan."
"Yuk masuk." ajak Sara masuk ke dalam. Bagi Ami, warung itu sangat menakutkan. Seperti sarang monster. Anak itu takut dengan ibu pemilik warung yang mempunyai panggilan Bu Cerewet. Seorang ibu berambut panjang bermuka judes. Hanya warung Bu Cerewet paling lengkap dibanding warung lain. Mau tak mau, Ami harus ke tempat itu lagi. Selalu saja, ia di galaki oleh sang pemilik. Bahkan, sering dituduh tidak-tidak hanya karena pakaian Ami tidak semewah anak lain atau membawa uang banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memento
ParanormalDia... Dia yang kau cintai-, maukah kau mengorbankan semua untuknya? Dimana dirimu harus memilih setiap konsekuensi dari yang kau lakukan. Hidup tanpamu atau waktu yang kau punya harus dikorbankan dengan Sang iblis? Dalam hatimu, kau ingin sekali me...