"Ami, maafkan aku."
Sara menghela napas panjang. Tak disangka, sudah semalam ia bersama Ami di losmen sederhana. Wajah gadis kecil tak berdosa berada di peluknya. Sejenak, Sara teringat puisi Sejuta musim bersamamu karya Ami sebelum ia merejang dalam koma. Laki-laki itu melihat kalender kepunyaan losmen. Terlihat hari ini tanggal 12 September tahun 1995.
"12 September?" Sara ternganga. Bagaimana bisa ia terjebak pada bulan September tahun 1995? Bukankah dia pergi ke Nepal pada bulan Mei 2017? Ini adalah jalan dari Sang Dewi untuk menguak semua. Sara mempercayai itu. "Oh Sang Dewi, apa yang harus aku lakukan?" Ia gelisah. Matahari sudah meninggi mencoba menerobos pertahanan Sara di kamar. Pagi menjelang siang, Ami kecil tetap tertidur. Sara merasa khawatir, ia cek dahi Ami dengan tangan. Tak panas. Apa iya Ami tukang tidur? Begitu pikir Sara saat ini. Tak di duga, ia mendapat ide cerah untuk membangunkan Ami. "Gimana kalau—"
Sara merebahkan Ami di ranjang lalu pergi keluar mencari warung untuk membeli sekaleng minuman dingin. 5 menit ia berjalan mencari warung terdekat. Setelah sampai, ia membeli sekaleng minuman dingin sambil berlari ke losmen sebelum rasa dingin dari minuman menghilang. Kemudian, Sara menempelkan sebuah kaleng minuman ke pipi tembam Ami.
Nyes—
"Aku yakin dia pasti bangun," Sara berujar dengan percaya diri. Benar saja, belum ada 10 detik, Ami membuka matanya. "Aduh, dingin Mister!" celoteh Ami dari ranjang. "Udah aku duga kamu pasti bangun." Sara mengelus rambut Ami yang berantakan. "Hihi..."
Ami tertawa cekikikan. Wajahnya merona layaknya stroberi ranum. Pipinya ikut merah karena perlakuan Sara di losmen. "Kenapa?"
"Kok Mister tahu sih, kesukaan aku?"
"Jelas tahu. Aku ini suami kamu."
"Hah? Apa Mister?" Ami melongo.
Ups—
Sara keceplosan. Untuk saja, Ami tidak menyadari maksud kalimat Sara tadi. Ia mengalihkan pembicaraan lain supaya Ami tak curiga. "Tadi saya cuma bercanda."
"Bercanda apa, Mister?" Ami tambah bingung
Fiuuh—
Syukurlah Ami memang tak menyadari kalimat Sara. Sara lega. Seandainya, ia bisa bilang bahwa dirinya adalah suaminya di masa depan, tapi, apa dengan itu tak akan merusak waktu yang telah di gariskan? Semakin kuat mencintai maka semakin susah melepaskan. Sara makin optimis, setelah ini akan ada awal baru untuk kehidupan bersama Ami. Setidaknya, ia berharap Ami sembuh dari koma terkukung dalam hidupnya sekarang.
Hidup bagai Yin dan Yang. Ada sisi putih dan hitam. Sisi putih menyakitkan namun pada akhirnya akan ada kebahagian absolut atau memilih jalan pintas, pergi ke sisi kelam dengan keindahan dan kebahagiaan semu? Semuanya tergantung pilihan. Gulungan rahasia sepatutnya tetap menjadi misteri keilahian, banyak orang-orang menawarkan jalan pintas untuk mencapai kebahagian mereka termasuk mengadakan perjanjian dari dunia hitam. Memanggil Sang tertinggi hanya untuk mengharapkan pujian duniawi. Semula, memang menyenangkan dan bahagia. Tetapi, akan ada pengorbanan pada akhirnya. Di mana, Sang tertinggi akan meminta sesuatu paling berharga dari hidup kita. Jika kau sanggup, jalankan. Jika tidak, jangan pernah bermain dengan mengadakan perjanjian pada Sang tertinggi.
Perjalanan panjang masih harus di tempuh oleh Sara. Memohon pada Sang takdir agar lebih lama bersama Ami seperti sudah-sudah. Menguak sisi hitam dan putih Ami di masa lalu yang terkemas seperti kue manis tapi semu. Gulungan rahasia tangan ilahi mulai terkuak dari genggaman mengapa Ami cenderung pendiam dan jutek dengan Sara pada waktu itu. Kesepian menodai Ami untuk terpenjara di dalam fatamorgana. Fatamorgana harapan cerita dongeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memento
ParanormalDia... Dia yang kau cintai-, maukah kau mengorbankan semua untuknya? Dimana dirimu harus memilih setiap konsekuensi dari yang kau lakukan. Hidup tanpamu atau waktu yang kau punya harus dikorbankan dengan Sang iblis? Dalam hatimu, kau ingin sekali me...