#15Kesempatan Terakhir (LAST EPS)

14 1 0
                                    


Perjanjian tak dapat di sesali. Janji adalah janji, tak akan bisa dihindari bersama kelamnya malam dingin di hari hujan. Seperti mata hijau menatap sang peminta dengan keadaan terkukung dalam rantai keabadian. Mata beriris hijau mengerikan, berwajah pucat merangkul dalam suasana mencekam. Cahaya hijau mengelilingi tubuh Sara yang lemas. Rantai perak semakin membelenggu diantara jiwa tercabik dalam diri Sara.

"Sudah waktunya kau ikut dengan kami, Ichijou Sara!" seru Yuizu membentangkan sayapnya mencengkeram dengan rantai, membawanya terbang ke langit malam bersama sang Dewi lalu menghilang. Cahaya menyilaukan terpancar dari lorong gelap Rumah Sakit, sekejap telah kembali normal.

Miya mengerjapkan mata, pandangan mata menyapu sekeliling. Tak ada satu sosokpun di sana. Kemana Sara? Miya tetap mencari dengan langkah sepatu kets berdebun di lantai. Ia merapatkan jaket, mengeluarkan senter kecil dari tas pinggang untuk menerangi jalan. Bisa-bisanya, Rumah Sakit mewah seperti ini minim penerangan.

Ada satu yang dapat ia rasa, kehadiran hitam Sang Dewi masih ada. Hanya, ia sekarang buntu tak bisa mendeteksi di mana Sang Dewi ada? Mengapa jadi seperti ini? Pikir Miya.

"Sial! Harus kemana lagi gue cari?"

Tak menemukan jalan keluar, Miya jadi depresi. Ia menyesal menawarkan jalan pintas pada Sara. Seperti dua mata uang, dia sendiri tahu bahwa melakukan perjanjian dengan iblis sangat di larang oleh semesta, tapi melihat sahabatnya yang depresi maka ia menawarkan sebuah jalan terlarang.

Inikah kesempatan terakhir?

Kemampuan mendeteksi Miya mulai hilang. Tak bisa mengetahui apa yang terjadi di masa depan. Penglihatannya telah gelap, tak seperti tadi. Berkali-kali Miya mencoba menelisik, selalu saja penglihatannya pudar. Sekarang, ia tak bisa berbuat apapun selain mendoakan Sara agar selamat di kesempatan terakhir. Ia memutuskan kembali ke apartemen. Membereskan semua seraya mencari cara agar Sara kembali. Ia tak bisa tenang berpikir, dalam perjalanan ke apartemen hatinya gundah gulana. Miya harus berjuang lebih keras untuk keselamatan keduanya. Tapi, bagaimana caranya? Semuanya sudah tak ada. Buku penyegel beserta kalung tertutup dan menghilang. Semakin lama, semuanya pudar. Tak bisa lagi ia gunakan seperti dulu. Kamar Sara sunyi. Miya seperti melihat kenangan mereka berdua waktu dulu. Perjuangan Sara untuk mendekati Ami walau dalam hati Miya terdalam, ia cemburu. Tapi itu tak penting, ia harus menyelamatkan keduanya minimal salah satu harus kembali sebelum terlambat.

Tabir kesempatan kedua tanpa sengaja terbuka dari ruang tamu. Memperlihatkan apa yang terjadi selama Sara ada di tahun 1995 hingga 2011. Miya menemukan pencerahan. Namun, pertimbangan serta risikonya sangat tinggi. Ia harus mencari Ayah Ami sekarang untuk mengatakan bahwa anaknya koma dalam pasca melahirkan. Bagaimana cara mengatakan ke Ayah Ami? Apa ayahnya masih hidup sekarang? Semoga.

Tanpa berganti baju, Miya langsung tidur. Berharap ia menemukan pencerahan besok untuk menyelamatkan salah satunya. Terbang diantara matahari untuk menjalani kebenaran nyata. Waktu telah pukul 4 pagi, Miya tak bisa tidur. Memejamkan mata tak bisa dari satu jam lalu. Miya banyak berpikir untuk berbicara pada Ayah Ami agar tak tersinggung.

"Gimana caranya ya?" Miya garuk kepala.

Ia membongkar-bongkar buffet untuk mencari alamat Ami yang dulu. Masih ada lengkap dengan patokan dari Sara. Sudah dua jam ia melamun tanpa arah memikirkan kalimat yang baik tanpa membuat Ayah Ami marah. Salah-salah, dia bisa kena tonjok tanpa sebab.

Jam dinding sudah pukul 6. Miya bergegas mandi lalu pergi ke glodok. Dalam perjalanan memakan waktu dua jam itu ia harap-harap cemas. Ketakutan membayangi laki-laki berambut hitam berpipi tembam itu. Mulutnya komat-kamit membaca do'a seadanya. Setelah sampai, ia memarkir motor di 7eleven dekat rumah Ami. lalu turun memakai jaket loreng serta jeans, pergi ke rumah Ami yang bercat biru di seberang jalan.

MementoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang