#13Musim yang terlupa

11 1 0
                                    


Cahaya kehidupan bagai kunang-kunang menerangi malam kehidupan mereka berdua. Langit Blok M bertabur bintang dan membentuk aurora di langit. Langit keunguan mencuat dari jendela ruang tamu membuat Ami bertopang dagu menikmati keindahan ciptaan-Nya.

Memejamkan mata meresapi alam semesta menyentuhnya. Melupakan musim kelam yang ia ingat. Musim yang terlupa— tak ada yang ia inginkan sama sekali. Ia hanya menatap langit ungu penuh bintang dari jendela. Ditemani Sara sambil menyesap kopi hangat buatannya dari sofa. Duduk dengan tatapan hangat memerhatikan Ami menatap dari kursi meja makan. Sofa merah empuk menjadi saksi bahwa Sara telah berhasil membuat Ami terlupa pada suatu musim di mana ia mengalami kejadian kelam sepanjang hidup.

Bagaikan memeluk angsa putih, Sara melihat semua masa lalu berputar bagai pesawat ulang alik di mata. Kenangan terlewati, tak terasa tergerus oleh waktu. Kenangan pahit telah hilang bagai uap di sore hari cerah. Perjuangan untuk mengeluarkan buah apel kegelapan dari keseharian Ami. Ami terbilang pendiam di masa depan, hanya sekarang Ami tak sependiam yang dikira Sara.

Mengendalikan waktu, pergi kemanapun sampai Ami lupa. Lupa pada kekerasan terjadi padanya. Ami sudah pernah Sara bawa ke psikolog untuk di telaah lebih lanjut. Ia hanya butuh seorang teman yang selalu ada, bukan seperti dibilang orang-orang saat Ami SD adalah anak bermasalah dan sakit jiwa karena sering memberontak pada Sara.

Istana kelam telah hancur. Bagaimana dengan kabar Raja yang menyerahkan tuan puterinya pada Sara? Sara ingin  menjenguk dan memberi tahu kabar anaknya sekarang telah berhasil menjadi calon lulusan hebat. Sara tak yakin jika ia kembali Pademangan, ia akan di sambut baik oleh Ayah Ami. Ia tak ingin berperasangka buruk, hanya jika ia mengingat rasa sakit hati pada tonjokan 16 tahun lalu. Sekalipun lukanya sudah hilang, namun luka di hatinya masih ada. Apakah Ayah Ami sudah sadar? Sepertinya mustahil.

Pedang pikiran terikat oleh rantai logika dan perasaan. Bersatu padu menyiram serta meredakan rasa kesal Sara pada Ayah Ami. Tapi sepertinya tak mungkin, jika Sara harus kembali ke Pademangan bersama Ami. 100 persen, Ami akan kabur dan malah membenci dirinya. Bisa rusak waktu pengorbanannya selama 16 tahun. Sara merasa mengantuk, ia meletakkan cangkir kopi kosong di meja ruang tamu. Lalu...terlelap.

MEMENTO

Cahaya perak menerpa tubuh tergeletak di kuil. Cahaya bulan menembus pintu altar di barengi oleh sinar terpancar dari patung besar wanita sedang duduk. Sara mengerjap sembari mengucek mata. Rasanya lelah sekali...badannya pegal. Miya sudah ada di samping sambil memapah Sara keluar dari kuil.

"Gimana?" tanya Miya.

"Gimana apanya?" Sara heran.

"Udah balik ke masa Ami?"

"Udah. Tapi gue nggak tahu gimana kelanjutannya."

"Sini gue lihat tangan lo," Miya memerintah seraya mengusap telapak tangan kiri Sara lalu melihat semua kegiatan Sara di masa lalu. Senyum mengembang dari bibir Miya bahwa tak diragukan lagi Sara benar-benar mencintai Ami. Alasan Miya membawa Sara ke Nepal adalah ia mau mengetes apakah Sara serius dengan Ami atau tidak? Karena sejujurnya, Miya juga pernah menaruh perasaan pada Ami sewaktu bertemu di 7eleven beberapa bulan lalu sampai akhirnya Ami memilih Sara untuk menjadi pendamping hidup. Ia ikut senang dengan kebahagiaan Sara meski agak sebal. Tapi, semua itu telah terjadi. Miya juga tak ingin Ami menderita, oleh karena itu memutuskan untuk membawa Sara ke Nepal. Sebagai Lākiṅg amaratvaṁ, penerus Ayah dan Kakek Miya. Ia terus berjanji di manapun ia berada, Miya akan tetap menjadi salah satu pembasmi iblis. Tapi tidak untuk Sang tertinggi yang bangkit lagi.

"Ada apaan emangnya?"

"Ternyata lo beneran serius sama Ami."

"Ya iyalah," Sara mengangguk.

MementoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang