Ten (Part 1/2)

560 31 1
                                    

[Calum Hood]
Smut content•
-

Ini adalah bulan ketiga. Bulan ketiga calum tidak menganggap aku ada. Bulan ketiga juga aku berpura - pura lupa bahwa Calum ada. Apa yang terjadi antara aku dan Calum sangat menyiksa. Tidak bicara, tidak pernah menganggap satu sama lain, bahkan satu diantara kami tidak ada yang mencoba untuk memulai bicara. Tapi kami tinggal satu atap. Tidak ada satu pun diantara kami yang memutuskan untuk melangkah keluar dari apartment yang kami tinggali. Dan tidak ada satupun yang mengusir lainnya. Dan yang paling menyiksa, kami masih tidur satu kamar. Tapi Calum tidak menyutuhku. Akupun tidak menyentuhnya. Calum tidur dengan kasur tambahan dibawah. Aku tidak memintanya untuk tidur disampingku, takut ia menolaknya. Dan ia tidak tidur disampingku. Entah apa alasannya.

Kejadian ini terjadi 4 bulan lalu. Aku yang sedang mengandung anak kami mengalami keguguran. Hal menyedihkan itu terjadi ketika aku sedang sibuk di butik tempatku bekerja. Kehamilanku menginjak bulan keempat. Dan Calum sangat mengharapkan kehadiran anakku itu. Tapi semua diluar kendaliku, aku jatuh terpeleset di butik dan aku keguguran. Calum disampingku saat kami menyaksikan anak kami yang dikubur diliang lahat. Aku menangis tanpa suara. Sedangkan Calum menggenggam tanganku erat-erat.

Sampai akhirnya terjadi pertengkaran singkat. Pagi itu aku sedang membuatkannya sarapan. Ia baru bangun dan menyaksikanku memasak dari meja makan. "Coba ada si junior pasti aku ngeliatin kamu masak gini sama si junior deh." Ujarnya singkat. Aku berusaha mengikhlaskan kepergian bayi dalam kandunganku yang biasa Calum panggil junior. Namun jika disinggung seperti ini luka dalam hatiku terbuka kembali. "Kalo emang takdir, pasti Tuhan ngasih kita adiknya Junior Cal." Ujarku dengan nada yang berusaha tabah. "Coba kamu nurut dan gak kerja selama hamil. Pasti Junior masih ada. Mungkin masih didalem perut kamu, tapi junior bakal jadi kenyataan kan." Ujar Calum dengan dingin. Suara serak bangun tidurnya dan nada bicara nya yg dingin membuat hatiku terkoyak. Ia menyalahkan aku? Astaga. Ini keterlaluan. "Astaga. Jadi kau menyalahkanku atas kepergian junior? Yang bahkan akupun tidak merencanakannya dan sama sekali tidak menginginkannya? Kau menyalahkanku? Apa maksudmu?" Ujarku dengan nada meninggi. "Diamlah. Ini memang jadi kesalahanmu yang tidak bisa menjaga anak kita dengan baik." Ujar Calum kemudian masuk kekamar. Aku menangis. Kemudian aku melihat Calum berjalan keluar dengan kunci mobilnya. Sungguh aku kecewa.

Dan semenjak saat itu, hingga kini, tiga bulan. Kami tidak membicarakan apapun.

Calum sedang di studio dan aku masih bermalas malasan dikamar setelah mencuci pakaianku dan Calum. Kebetulan aku sedang libur. Karna hari kerjaku hanya senin sampai kamis. Dan ini hari jumat. Tiba tiba ada pesan masuk dari Caitlyn, teman kerjaku.

Cait: have you check your twitter, hun? Are you okay?

Apa maksudnya?

Me: is there something wrong? I haven't check my twitter. What's wrong?
Cait: *send a pic* (foto diatas)
Cait: please be strong, y/n
Me: i'm okay. It's okay. Thank you, hun

Itu foto Calum bersama Nia. Mereka datang kekonser jb bersama. Tiga bulan tidak berbicara bukan berarti aku tidak mencintainya. Perasaanku masih sama. Hingga berita ini membuat air mataku turun.

Aku benar-benar kecewa pada Calum. Tiga bulan keretakan ini tidak pernah membuatku mencari laki laki lain dan mengkhianati Calum. Tapi apa yg dia lakukan? Sungguh ini kelewatan.
-

Writer; sacliffordx (sak)

One Shot(s) // 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang