Matahari sudah sepenuhnya tenggelam. Keramaian yang sejak pagi seolah tidak pernah berhenti kini menyisakan keheningan total. Hanya sesekali terdengar bunyi gesekan dahan pepohonan di dekat pondok tempat semua glader beristirahat.
Semua glader sudah terlelap, menandakan bahwa waktu sudah menunjukkan lebih dari tengah malam. Glader, yang semuanya adalah pemuda yang hampir mencapai puncak masa produktif mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bercengkrama bersama setelah seharian disibukkan dengan kegiatan masing masing.
"Hermione, apakah itu berarti aku sudah gila?"
Kami berdua sudah duduk diatas ranjang masing masing dengan kain hangat sebagai selimut, bersiap untuk beristirahat. Malam ini begitu dingin, dengan angin yang masih bisa menerobos celah dingin.
"Hmm.. tidak juga-" Hermione terlihat berpikir sejenak mendengar pertanyaanku. Dia pun membalasnya dengan tidak begitu yakin. Membuatku semakin percaya bahwa aku memang gila. Jawabannya tidak membantu sama sekali.
Aku tertawa pasrah, menyela Hermione. "Itu dia, aku benar benar gila." Sambungku sambil menghela nafas pelan.
"Aku bilang tidak, Mere! Dengarkan aku." Selimutnya tersibak dan Hermione menggeser posisi duduknya ke pinggir tempat tidur, menghadap langsung ke arahku. Suaranya lebih keras. Memang seharusnya begitu. Jika tidak, aku tidak akan mendengarkan perkataannya.
Suaranya yang kencang itu membuatku terdiam, menoleh padanya yang masih terlihat berpikir. Sakit kepalaku sejak saat sebelum makan malam tadi hanya berkurang sedikit. Ditambah badan yang rasanya seperti akan remuk, aku benar benar tidak bisa berpikir jernih. Bahkan aku ingin sekali rasanya berteriak di depan muka siapapun yang berani menggangguku. Tapi ya, aku terlalu lelah.
"Kurasa kau tidak gila. Suara itu, bukanlah sekedar suara. Itu adalah telepati. Tidakkah kau menyadari itu?" Hermione mencondongkan badan kedepan dengan kedua tangan menyangga di pinggir tempat tidur. Matanya memicing, menyesuaikan pandangan di tengah keterbatasan penerangan tempat ini saat malam hari.
"Telepati?" Tanyaku memastikan apa yang kudengar.
"Ya. Kau tau kan, apa itu telepati?" Dia terlihat mengangkat sebelah alisnya, menatapku lekat lekat. Kini ganti aku yang berusaha berpikir keras.
Dia benar. Aku baru menyadari aku bisa melakukan telepati. Betapa bodohnya aku barusaja menyadari hal ini. Itu adalah sebuah kemampuan dasar yang semestinya aku bisa melakukannya dengan mudah. Tapi kurasa tidak ada orang yang memiliki kemampuan telepati disini. Mereka semua hanyalah orang orang- dibawah normal.
"Tentu saja. Aku tau itu-" Kataku akhirnya, dengan suara pelan. Berbeda dengan Hermione sebelumnya. Aku menghela nafas pelan, memejamkan mata untuk menenangkan pikiranku. Rasa sakit itu kembali datang, alih alih ketenangan.
Ingin rasanya aku cepat merebahkan badan dan tidur. Tapi pikiran itu, bahwa aku bisa melakukan telepati dengan orang yang bahkan aku tidak tahu bagaimana rupanya, dan bagaimana aku bisa memanfaatkannya untuk keluar dari sini. Seharusnya ini mudah. Seharusnya.
Dan itulah yang membuatku frustasi. Tanpa sadar tanganku mengepal kuat. Hingga aku bisa merasakan kuku jariku menusuk telapak tanganku dan rasa perih yang ditimbulkannya. kepalaku serasa dihantam dengan batu besar. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun? Aku harus bisa mengingat sesuatu, apapun itu.
'Tidak usah menanggapi permainan bodoh Parkinson, Mere. Lihat saja jika kau berani menentang perkataanku.'
Sekelebat bayangan itu membuatku terkejut dan reflek membuka mata. Sedetik yang lalu, aku bisa melihat seseorang berdiri tepat di depanku. Satu tangannya menangkup pipiku. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dariku, tapi anehnya aku tidak bisa melihat secara jelas muka orang itu. Namun aku kembali menyadari. Bukan karena gambaran orang itu aku tersadar, melainkan karena setelah orang itu memudar, tiba tiba kilat merah menyilaukan menerpaku, memberi sedikit sensasi seperti menyetrum seluruh tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught Pureblood || TMR X HP
Fanfic"Dunia sihir jauh lebih aman daripada dunia muggle. Jangan pernah pergi ke dunia muggle!" "Siapa juga yang mau pergi ke dunia muggle bodoh itu," Namun akal sehat telah terkalahkan dengan ego hormonal remaja. Hingga salah satu dari mereka harus meng...