Labirin

404 54 4
                                    

Hari sudah hampir gelap. Aku dan Hermione akhirnya memutuskan untuk mengirim burung hantu itu kembali ke Kementrian Sihir bersama dengan tulisan yang telah kami buat  sebelumnya. Tentu saja aku lah orang yang begitu keras kepala untuk segera mengirimkan kembali saja burung hantu ini. Lebih cepat lebih baik, bukan?

"Kalian benar-benar berpikir akan ada orang yang menolong kalian, ya?" Tanya seorang muggle tepat ketika aku akan melepaskan burung hantu dari tanganku. Aku memutar bola mata lalu mengangkat alis dan menatap sebal ke arahnya.

"Apakah mukaku menunjukkan bahwa aku peduli dengan apapun yang kau pikirkan?" lelaki itu bergeming, nampaknya ia sudah cukup mengenalku dan malas berdebat.

Seolah sudah memiliki pengaturan otomatis, dan langsung mengetahui arah tujuannya, burung hantu itu mulai mengepak-ngepakkan sayapnya. Kemudian ia terbang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, meninggalkan glade.

Andai saja aku memiliki sayap. Pasti kejadian ini akan sangat mudah kulewati. Tanpa sadar aku menghela nafas panjang.

Beberapa muggle ikut melilhatku menerbangkannya. Entah apa yang mereka pikirkan. Tidak menutup kemungkinan mereka berpikiran sama seperti muggle yang baru saja bertanya padaku. Tapi aku benar-benar tidak peduli. Lihat saja, mereka akan memohon untuk diselamatkan ketika aku mendapat pertolongan nanti.

DOR!

Kami semua sudah akan membubarkan diri ketika sebuah suara letusan terdengar. Seketika itu juga, Burung hantu yang membawa pesanku terpental dan terjatuh ke dalam labirin. Tidak hanya aku, bahkan semua orang disekitarku terkejut akan hal ini, ditambah dengan teriakan panik dari mulutku yang memperburuk keadaan.

Reflek, aku segera berlari menuju bukaan batu yang menjadi gerbang labirin demi mencari burung hantu itu. Ialah satu satunya harapanku untuk kembali ke dunia sihir, aku tidak bisa membiarkannya.

Aku dapat mendengar dengan jelas semua orang, atau mungkin sebagian besar dari mereka berteriak padaku agar tidak masuk ke dalam labirin. Bahkan, aku juga dapat mendengar beberapa dari mereka ikut berlari di belakangku, untuk mencegahku masuk ke dalam labirin. Yang lagi-lagi, tidak kupedulikan.

Detik ini juga, yang kupikirkan hanyalah mengambil burung hantu malang dan melihat apakah aku masih dapat menyelamatkanya. Mungkin saja aku bisa mengirimnya lagi saat ia pulih. Tapi yang menjadi masalah adalah, APA YANG MENGENAI BURUNG HANTU ITU TADI?

Aku terus saja berlari memasuki labirin dan tanpa tahu tepatnya seberapa jauh aku telah masuk. Aku berbelok tanpa memerhatikan jalan labirin ini, hanya mengira-ngira dimana burung hantu itu mungkin terjatuh, sambil berharap dia jatuh di lantai labirin, bukan diatas temboknya.

"KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN?!" seseorang berteriak di belakangku ketika aku menjumpai burung hantu itu tergeletak di lantai labirin.

Hancurlah harapanku. Burung itu terlihat bersimbah darah dan tidak berkutik sedikit pun, jelas tidak dapat diselamatkan.

"B-burung hantunya.. ini sudah mati," kataku pelan sambil berbalik ke arah sumber suara, tidak percaya hal ini dapat terjadi.  

"Tentu saja mati jika seseorang menembaknya tepat di kepala. Dan kau juga akan membuat kita berdua mati disini jika kita tidak segera kembali!" aku yang awalnya benar benar tidak sadar bahwa aku sedang berada di labirin, dengan pintu yang akan segera tertutup dalam waktu dekat mulai panik, sebagai reaksi dari teriakan panik Thomas.

Lelaki jangkung itu menarik lenganku dan berlari, membuatku juga harus ikut berlari jika tidak ingin terjerembab. Atau lebih buruk lagi, tertinggal di dalam labirin sendirian dan ditemukan tewas mengenaskan dikeesokan harinya, bernasib sama dengan si burung hantu malang. Dengan hewan yang sudah mati di tanganku, aku hanya bisa mengikuti thomas kembali menuju glade. Aku tidak tahu ke arah mana aku harus berbelok untuk kembali ke glade. 

Caught Pureblood || TMR X HPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang