"Apa-apaan itu?"
Aku memekik secara reflek tepat saat mataku melihat sosok menjijikkan di depanku, yang kini terlihat lebih menjijikkan lagi mengingat bentuknya yang sudah hancur terjepit 2 dinding batu.
"Griever..." Jawab Thomas. Nafasnya sudah lebih rileks daripada sebelumnya.
"Bagaimana bisa makhluk itu berada di tengah dinding seperti ini? apakah dia sudah mati?"
Thomas hening untuk sesaat sementara kami berdua masih memandangi nasib malang makhluk buruk rupa ini. Tidak malang sebenarnya, jika melihat apa yang telah dan mungkin akan dilakukannya pada kami.
"Kuharap begitu. Semalam, ketika dinding-dinding ini kembali berubah bentuk, aku memancingnya untuk melewati jalan ini, daan.. seperti inilah."
"Tunggu, apa itu?" tanya Thomas, lebih seperti ia berbisik pada dirinya sendiri dan tidak menunggu jawabanku sama sekali. Ia pun meraih sebuah benda yang kuperhatikan mulai bercahaya pada satu titik. Nampaknya benda itu harusnya berada di dalam bagian tubuh griever. Namun dengan apa yang telah terjadi, Thomas dapat dengan leluasa mengeluarkannya dari tubuh remuk itu.
"Astaga, Thomas. Itu menjijikkan!" Pekikku yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Thomas. Kini ditangannya sudah terdapat sebuah tabung besi seukuran tangan manusia yang salah satu ujungnya terdapat kedipan lampu. Benda itulah yang sedari tadi menarik perhatian Thomas. Sayangnya, benda itu diselimuti oleh lendir hijau pekat berbau aneh.
Thomas hanya menatap kearahku dengan tatapan aneh sebagai balasannya. Ia kembali memerhatikan benda itu untuk beberapa waktu. Labirin pun kembali hening.
"Kau tahu apa itu?"
Alih-alih menjawab pertanyaanku, ia hanya mengangkat kedua bahu bahkan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Sebaiknya kita segera kembali. Aku yakin sebentar lagi akan terbuka." Ucap Thomas pada akhirnya
Thomas melangkahkan kaki dengan pasti menyusuri belokan demi belokan di dalam labirin meski jelas tembok-tembok ini telah berubah bentuk beberapa saat yang lalu. Ajaibnya kami dapat kembali ke dinding besar menuju glade yang kini masih tertutup.
Kami berdua duduk bersandar dalam keheningan.
"Apakah kau mengingat sesuatu? Maksudku, ingatan apapun sebelum kau berada di sini?" tanya Thomas tepat saat mataku akan terpejam kelelahan.
Pertanyaan Thomas membuatku berpikir keras, berharap dapat memberikan jawaban seperti yang kuinginkan. Namun nyatanya aku tidak dapat mengingat apapun, yang membuatku menghela nafas.
"Tidak juga..." jawabku pada akhirnya.
Tidak ada tanggapan dari Thomas untuk beberapa saat, seakan hanya itu topik yang bisa kita bicarakan saat ini.
Sekali lagi aku menghela nafas.
"Aku ingat... Beberapa kilasan, sedikit banyak. Seperti bagaimana aku bersekolah dan siapa aku sebenarnya." Thomas masih tidak memberikan tanggapan meski aku tahu dia menyimak.
"Yah, tapi aku tidak begitu yakin..." tambahku.
Percakapan ini membuatku merasa lebih akrab dengan tenang. Meski kami sedang berada di ruang terbuka yang dingin, bersandar pada dinding batu dingin, begitu pula menduduki lantai batu yang dingin, aku bisa merasakan kehangatan dalam percakapan ini. Hal yang rasanya belum pernah kurasakan sejak datang ke tempat ini.
"Memangnya siapa kau?" Thomas menengok ke arahku, akhirnya tertarik dengan kemana percakapan ini akan berjalan lebih jauh.
Lagi-lagi aku harus memupuskan harapannya, aku justru mengangkat kedua bahuku.
![](https://img.wattpad.com/cover/69721889-288-k301268.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught Pureblood || TMR X HP
Fanfiction"Dunia sihir jauh lebih aman daripada dunia muggle. Jangan pernah pergi ke dunia muggle!" "Siapa juga yang mau pergi ke dunia muggle bodoh itu," Namun akal sehat telah terkalahkan dengan ego hormonal remaja. Hingga salah satu dari mereka harus meng...