Entah sudah berapa lama aku berada di glade, rasa-rasanya sudah sangat lama. Tapi semua orang disini masih saja memperlakukanku seperti aku baru saja lahir pagi ini. Terutama untuk Newt, dia bahkan rela menungguiku di depan gubuk untuk mengantarku pada hari pertama aku bekerja di medjack. Dia benar-benar berpikir apa anak 5 tahun atau bagaimana?
"Jadi, berhubung kau tidak diperbolehkan pergi terlalu jauh dari medjack, kita bisa membuatnya di belakang medjack. aku sudah menanyakan cara membuat arang dari Joan. Dan begini rencananya, aku akan mencari daun berserat untuk di keringkan. Sedangkan kau, buatlah arang." Setelah Hermione selesai dengan urusan paginya-yang aku tidak tau dan tidak ingin tau apa itu, Hermione segera menyusulku ke medjack.
Seperti yang Ia katakan malam sebelumnya, kami berencana mengirim balasan surat kepada kementrian sihir dengan memanfaatkan burung hantu kiriman kemarin.
"Tunggu dulu. Aku bahkan tidak tau bagaimana cara membuatnya." Ucapku buru-buru ketika Hermione juga secara terburu-buru hendak segera meninggalkanku. Dia memutar bola mata dan mengehmbuskan nafas pelan.
"Benar juga, selain kehilangan ingatan kau juga kehilangan kemampuan hidup. Kau hanya perlu membuat api lalu menaruh drum di sebelah sana keatasnya-" Hermione menunjuk beberapa drum kosong bekas yang tertata rapi di belakang medjack.
"Kemudian kau bisa memasukkan saja kayu-kayu ini ke dalamnya." Tambahnya. Masih terlihat ingin cepat pergi dari hadapanku, entah apa masalahnya."Jangan lupa untuk menutupnya. Tidak perlu terlalu rapat. Sekarang aku harus benar-benar pergi, Mere. Semoga beruntung!" Dengan itu Hermione berlari kecil ke arah pondok lain berada. Meninggalkanku sendirian yang masih harus mencerna semua ucapannya yang- yah, seperti pengerap.
Setelah akhirnya otakku dapat bekerja dengan baik, aku menghembuskan nafas berat.
"Baiklah. Mari kita lakukan."
Dengan sedikit terpaksa, aku membuat arang untuk menulis itu sendiri. Sementara hermione melakukan urusannya sendiri, dan berjanji padaku untuk membuat daun kering untuk menulis.Kurasa aku harus membuat apa terlebih dahulu. Ini seharusnya mudah, mengingat aku kemarin hampir saja membakar hutan. Meskipun hal itu karena obor yang kubawa. Tapi ketika aku secara reflek dapat merapal mantra, seharusnya mengingat satu mantra dasar juga tidak sulit bukan?
Tempat api sudah siap, drum sudah di posisi. Hermione beberapa waktu lalu berteriak dari tengah glade untuk memberitahu bahwa aku harus membakar kayu selama 3 jam. Alhasil glader lain yang mengetahui itu menatap kami keheranan, apa yang sebenarnya kami lakukan.
Untung saja sepertinya hari ini semua berjalan baik di glade, sehingga aku tidak perlu repot untuk membantu siapapun atas cedera akibat pekerjaan mereka. Aku dapat menghabiskan waktu sendirian disini untuk membuat arang sekaligus merenungi nasib. Mengapa aku sebegitu tidak beruntungnya harus berada di sini bersama kumpulan muggle bodoh ini.
"Hei, apa yang kau lakukan? kenapa banyak asap?" Aku telah melakukan apa yang diinstruksikan Hermione, dan sedang duduk di depan drum kayu itu tanpa melakukan hal lain apapun yang berguna, sekaligus merenungi nasib. Namun kini, ketenanganku telah terusik oleh seseorang dan aku tidak akan memaafkannya untuk itu.
"Membuat sesuatu." Jawabku asal tanpa menoleh kearahnya sedikit pun. Berharap dia mendapatkan sinyal bahwa aku sedang tidak ingin diganggu. Aku belum selesai dengan renunganku.
"Sesuatu apa?"
Ketika realita tidak seindah ekspektasi, orang itu justru ikut duduk di sampingku dan mengamati tong berasap di depanku.
"Aku menempatkanmu di medjack tidak untuk duduk diam tanpa melakukan apapun seperti ini." Lanjutnya, ketika tidak mendapatkan respon dariku.
"Aku tidak tidak melakukan apapun. Sudah kubilang aku sedang membuat sesuatu." Aku tidak repot-repot menyembunyikan maksud dari nada bicaraku yang tinggi. Sebal sekali rasanya, hingga hembusan nafas kesal pun keluar begitu saja dari hidungku.
"Baiklah, baiklah." Newt terkekeh pelan mengetahui kekesalanku.
"Apakah ini semacam makanan?"Wow, aku salut atas kegigihannya.
"Kau boleh memakannya jika kau mau."
Kinin aku memeluk kedua kakiku dan menarug kepalaku diatasnya, menghadap kearah berlawanan dengan Newt. Sungguh, rasanya aku sangat mengantuk dan tidak dalam mood untuk mengobrol dengan siapapun.
"Tidakkah kau memiliki urusan yang harus kau lakukan?" Kataku akhirnya, menolehkan kepala kepada Newt dengan satu alis terangkat.
"Tidak juga. Pada dasarnya aku tidak memiliki 1 tugas spesifik yang harus kulakukan sepanjang hari. Apakah artinya ini kau mengusirku?"
Lagi-lagi aku tidak menjawabnya. Hanya mengangkat bahu dan kembali memalingkan muka.
"Yah-" Newt menghembuskan nafas pelan. Sepertinya dia sedikit kecewa dengan ucapanku.
"Maafkan aku. Aku sedang ingin waktu untuk diriku sendiri. Mungkin aku akan mendapat ingatanku kembali, siapa tahu, kan?" Jujur saja ada sedikit rasa bersalah setelah aku begitu kasar terhadapnya. Aku tersenyum tipis padanya. Newt balik tersenyum padaku.
"Kau benar benar berpikir hal itu akan terjadi-? Maksudku, tidak ada seorang pun disini yang dapat mengingat hal-hal di kehidupan sebelumnya. Hanya nama, itu saja. Tidak lebih." Terangnya.
"Tapi aku mengingatnya. Yah, meskipun tidak banyak dan bukan sesuatu yang personal-" Aku melirik ke arah Newt dan dia terlihat memerhatikanku dengan seksama, hampir. HAMPIR. membuatku salah tingkah.
"L-lebih seperti mengingat hal-hal yang kupelajari di sekolah sebelum aku berada di sini." Suasana canggung mulai terasa di antara kami. Mungkin karena dia merasa terusir sebelumnya, ditambah- bisa kau simpulkan sendiri."Oh, yah, baiklah. Sepertinya aku harus pergi. Sampai bertemu nanti." Sekali lagi Newt tersenyum dan pada akhirnya meninggalkanku sendirian disini sambil menunggu kayu dalam drum ini menjadi arang.
Kembali ku fokuskan diriku. Sedikit sulit, memang. Karena kecanggungan sebelumnya. Apakah nantinya aku akan terus canggung padanya?
Ah, sudahlah.
Aku memejamkan mata dan mencoba membawa diriku ke tempat di dalam pikiranku dimana aku dapat mendengarkan suara seperti sebelumnya.
'Hai, apakah ada orang disana?'
Seketika kepalaku kembali terasa pening. Meskipun tidak separah sebelumnya, membuatku masih bisa menahannya sedikit lagi demi mendapatkan petunjuk.
'Meredith? Apakah itu kau?'
Suara itu kembali terdengar. Namun sakit dikepalaku semakin bertambah, dan aku tidak dapat menahannya lagi.
Keesokan harinya setelah aku berhasil membuat arang, memang tidak banyak hal yang harus kulakukan. Tapi kemudian aku cukup disibukkan oleh noda noda hitam di tubuh dan bajuku akibat arang dan sisa sisa pembakaran itu. ditambah juga dengan bau sangit yang sangat sulit untuk dihilangkan dari tubuhku.
Daun berserat kering yang dibuat oleh hermione sudah siap untuk di gunakan sebagai alas untuk menulis surat yang akan kami kirim ke kementrian sihir. Daun daun itu berukuran cukup besar untuk kami dapat menulis.
Tidak banyak glader muggle yang mengerti rencana kami ini. mereka justru berkata bahwa hal yang akan kami lakukan ini sia-sia, mengingat mereka tidak tahu apa yang ada di luar maze dibalik dinding ini.
"Ugh, tidak semudah yang kubayangkan" Aku hampir menyerah dalam menuliskan arang di atas daun ini. Arang yang kugoreskan tidak sebegitu mudahnya tercetak pada daun ini. Bahkan aku harus berulang kali mengganti daun kering dengan yang baru karena aku menekankan arang dengan terlalu kuat.
"Ini." Hermione memutar bola matanya dan memberiku selembar daun yang telah bertuliskan 'Tolong'. Tulisannya tidak begitu tebal, tapi cukup rapi dan masih dapat dilihat. Aku mengangkat sebelah alis, memandang tidak percaya kepadanya.
"Tolong? Hanya itu?" Tanyaku kepada Hermione.
"memangnya mau bagaimana lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught Pureblood || TMR X HP
Fanfiction"Dunia sihir jauh lebih aman daripada dunia muggle. Jangan pernah pergi ke dunia muggle!" "Siapa juga yang mau pergi ke dunia muggle bodoh itu," Namun akal sehat telah terkalahkan dengan ego hormonal remaja. Hingga salah satu dari mereka harus meng...