Where I Belong To

208 22 1
                                    


*A/N Trigger warning: darah 

Apparatus nyatanya bukan sebuah kemampuan untuk aku bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain detik itu juga. Apalagi dengan kenyataan bahwa kondisiku jauh dari kata baik. 

Setelah terlepas dari tangan Minho, aku seketika mengulang satu hal yang mencabik-cabik tubuhku. Rasa sakit yang sangat, tubuh yang dalam arti sebenarnya berputar-putar, telinga berdenging hebat hingga rasanya kepalaku akan pecah. Belum lagi perut kosongku yang seperti diaduk. 

Tidak hanya kondisi tubuhku yang membuat perjalanan kali ini sangat menyiksa, tapi juga lamanya waktu yang harus kulalui disini. Aku masih sadar betul bahwa aku akan tiba di Hogwarts dalam hitungan detik. Tapi rasanya aku sudah berada di sini sejak beberapa jam lalu.

Hingga akhir dari perjalanan yang kutunggu-tunggu pun tiba.

Aku terjatuh kembali ke sebuah lantai batu. Saat itu pula, aku dapat merasakan cairan merangsek ingin keluar dari perutku. Tanpa perlu menahannya, aku langsung membiarkan cairan merah kental itu tumpah ke lantai Hogwarts.

"AAAAA!" 

Teriakan seorang gadis yang berada tidak jauh dariku memperparah dengunan di telingaku. Aku bahkan tidak sadar bahwa semua sensasi dalam perjalanan itu belum hilang. Cairan merah itu terus keluar dari luka di sekujur tubuhku. Seperti yang kuduga, mantra apparatusku masih belum sempurna. Hingga semakin banyak sayatan yang tercipta, entah di mana saja.

Badanku jauh lebih lemas daripada sebelumnya. Muntahan demi muntahan terus memaksa keluar dari mulutku tak terkendali. 

Mungkin ini lah akhirnya. Paling tidak aku mati di tempat aku seharusnya berada.

"Meredith!" 

Sisa tenagaku hanya dapat kugunakan untuk membuka mataku, untuk melihat Draco Malfoy berlari kearahku. Aku bisa melihat pelupuk matanya tiba-tiba berkilau diterkena sinar matahari pagi. 

"Nona Meedy!" beberapa orang ikut berlari, jauh tertinggal di belakang Draco yang seperti sedang mempertaruhkan hidup dan matinya. Dalam hati aku tersenyum, sudah lama aku menantikan hal ini, namun aku tidak pernah menyangka akan merasa sesenang ini bertemu kembali dengan satu orang secara spesifik.

"Meredith, ap- apa yang terjadi padamu, Meredith. Katakan padaku, tolong, bertahanlah." Draco bersimpuh tepat di depanku yang tergeletak lemas, aku cukup yakin semua darahku sudah menemukan jalan keluar. Draco bahkan tidak berani menyentuh tubuhku yang mulai terasa dingin. Ya, aku dapat merasakannya. Merasakan sesansi dingin merambat dari ujung kakiku, menggantikan rasa nyeri.

"Cepat lakukan sesuatu!" teriakan Draco pun sudah tidak membuat telingaku berdenging, justru suaranya semakin menjauh. Hingga tenagaku sudah tidak tersisa lagi. Mataku tertutup dengan pemandangan terakhir Draco yang menangis histeris.  

Paling tidak aku mati di tempat aku seharusnya berada.


THE END

Caught Pureblood || TMR X HPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang