Chapter 1

13.1K 797 120
                                    

Malam ini hujan turun sangat deras. Petir menyambar-nyambar dengan keras. Bahkan pohonpun sampai melengkung, seolah-olah akan tumbang tak lama lagi. Dan saat-saat seperti ini, orang-orang lebih memilih untuk diam di dalam rumah dan menghangatkan diri.

Tok
Tok
Tok

Suara ketukan terdengar disebuah rumah. Laki-laki pemilik rumah itu terlihat bingung, 'orang gila mana yang mau berkunjung saat seperti ini?'. Orang itu membuka pintu rumahnya menampakkan wajah seseorang yang meminta pertolongan.

"Ma-maaf, boleh aku numpang berteduh? Cuma sampai hujannya mereda". Orang itu memasang muka memelas. Bajunya compang-camping, badannya basah kuyub karena kehujanan dan rambutnya tidak terawat dengan baik. Simplenya, laki-laki ini gelandangan. Tapi pemilik rumah, yang pada dasarnya tidak suka dengan orang asing, menolak.

"Tidak. Cari saja rumah lain untuk berteduh. Selamat malam." ucapnya datar dan segera menutup pintu. Langsung saja gelandangan tadi menahan pintu agar tidak tertutup.

"Kumohon.. Sebentar saja."

CTAR!!!

Keduanya sama-sama terkejut saat petir tiba-tiba menyambar. "Haish! Baiklah. Cepat masuk sebelum aku berubah pikiran". Orang itu membungkuk dalam tanda berterimakasih, lalu masuk kedalam rumah, diikuti sang pemilik.

.

"Kau mandi. Aku tidak suka melihat sesuatu yang kotor dirumahku". "Maaf, tapi aku hanya punya baju ini" ucap gelandangan itu sambil melihat baju lusuhnya. Pemilik rumah hanya mendesah. Dia lalu masuk kekamarnya. Tak lama, dia keluar sambil membawa 1 stel baju baru dan memberikannya pada gelandangan itu.

"Pakai ini saja. Lagipula itu terlalu besar untukku. Kamar mandi dipojok ruangan itu. Kau tau caranya mandi kan?". tanyanya. Gelandangan itu mengangguk, dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

.

"Terima kasih Wonwoo-ssi. Aku sangat berhutang budi padamu". Gelandangan itu sekarang tampak lebih bersih. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi darinya. Kulitnya coklat dan rambutnya masih basah, terlihat dari air yang terus menetes.

"Hm. Sama-sama. Tadi namamu siapa?". "Kim Mingyu, Wonwoo-ssi. Panggil saja Mingyu" jawab Mingyu sambil tersenyum. "Baiklah Mingyu-ssi, kau kutinggal sebentar tak apa kan? Ada hal yang harus kukerjakan saat ini". ucap Wonwoo yang berdiri dari kursi, bersiap meninggalkan Mingyu.

"Ya. Silahkan Wonwoo-ssi. Maaf sudah mengganggu pekerjaan anda". Mingyu menunduk dalam dan dibalas deheman Wonwoo sebelum pemuda itu masuk keruangannya.

Mingyu menatap arah perginya Wonwoo dalam diam. 'Masih ada orang baik yang mau membantuku'. Pikir Mingyu dalam hati sambil tersenyum. 'Beda sekali saat aku ingin numpang berteduh' senyuman Mingyu berganti dengan tatapan suram. Kalau diibaratkan komik, dikepalanya ada garis-garis hitam dan sweatdrop. (Mudeng? Dimudengin aja ya? Wakaka :v)

.
.
.

Hujan terus berlangsung, bahkan hingga matahari mulai terbit di timur. Jam menunjukkan sudah pagi, tapi cuaca diluar seperti sudah sore saja.

"Hahh.. gimana caranya aku bisa kerja kalau begini? Bahkan jalanan pun tidak terlihat dengan jelas" Wonwoo bermonolog. Dia menoleh kebelakang, melihat Mingyu masih tertidur lelap di sofanya. Wonwoo mendekati sofa itu, dan menatap Mingyu lamat-lamat.

'Aku tidak yakin kalau kau itu gelandangan. Tidak ada gelandangan yang berwajah menarik sepertimu'. Wonwoo menaikkan salah 1 alisnya sambil bersedekap tangan. Tiba-tiba Mingyu bergerak, dia berganti posisi dengan tangan kiri menutup matanya, mulutnya terbuka dan kaki naik disandaran sofa, mengangkang. (Nista amat :'v)

Wonwoo yang melihat posisi aneh itu hanya sweatdrop. 'Lebih baik aku buat sarapan saja'.

.

Mingyu mulai membuka mata. Dia mengerjap-ngerjap untuk membiasakan cahaya yang masuk kematanya. Hidungnya pun mulai berfungsi mencium bau masakan. Perutnya mulai bereaksi dengan mengeluarkan suara khas orang kelaparan. Dia mengikuti bau itu, hingga sampai ke dapur.

Ctak! Ctak! Ctak!
Cssshh..

(Anggap aja lagi masak :'v)

"Oh? Kau sudah bangun? Tunggu sebentar, sarapan akan selesai 5 menit lagi". Wonwoo kembali fokus dengan masakannya, sementara Mingyu menatap Wonwoo dengan tatapan penuh arti.

Grep..

"What the hell!! Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!!" Wonwoo berteriak saat ada sepasang tangan di memeluknya dari belakang. Mingyu terkejut dengan perbuatannya. Dia jatuh berlutut sambil membungkukan badannya. "Maaf!! Aku tidak sengaja! Sungguh! Hanya saja saat kau memasak, kau terlihat seperti almarhum ibuku.." suara Mingyu terdengar lirih. Wonwoo jadi merasa bersalah. Apalagi saat punggung pemuda itu bergetar, tanda menangis.

"Maafkan aku. Berdirilah, jangan berlutut seperti ini" ucap Wonwoo sambil mengangkat tubuh Mingyu agar berdiri.

"Ayo kita makan.." Wonwoo membantu Mingyu agar duduk dimeja makan, dan mengisi piringnya dengan makanannya. Suasana makan hening, hanya terdengar suara beradu piring dengan sendok-garpu.

"Kau tau? Ini pertama kalinya aku tidak sarapan sendirian setelah 7 tahun" ucap Wonwoo tiba-tiba, membuat Mingyu menatapnya dengan mata yang merah. "Memang keluargamu dimana?" Tanya Mingyu dengan suara serak.

"Entah.. mungkin mereka lupa kalau mereka punya anak laki-laki sepertiku. Mereka orangtua yang workaholic." jawab Wonwoo datar, membuat Mingyu terdiam. "Omong-omong kau umur berapa?" tanya Wonwoo mengubah topik pembicaraan. "Tahun ini aku 20" jawab Mingyu. Wonwoo mengangguk. "Kalau begitu panggil aku hyung. Aku lebih tua 1 tahun darimu".

Wonwoo melihat keluar rumah, lalu melihat jamnya. Sudah jam 10 dan hujan sudah mulai mereda. Dia bangkit dari kursinya, dan akan mencuci piring bekas makannya. "Biar aku saja yang mencuci, kau sudah baik padaku. Setidaknya aku bisa membalasmu walau hanya sedikit." Mingyu mengambil alih piring dan mulai mencucinya.

Wonwoo hanya mengangguk. Dia masuk kekamarnya dan keluar membawa tas selempang. "Aku akan bekerja. Aku titip rumahku padamu".

"Kau meninggalkan rumahmu dengan orang asing didalamnya? Bagaimana kalau aku merusak atau mencuri barang berhargamu?" Mingyu bertanya dengan heran. Wonwoo hanya mengangkat satu ujung bibirnya, "kalau kau orang jahat, seharusnya pagi ini aku tidak melihatmu dan barang-barangku sudah pasti hilang. Tapi ternyata barangku masih pada tempatnya dan kau tertidur dirumahku sampai pagi dengan posisi mulut terbuka dan kaki yang mengangkang".

Ucapan akhir Wonwoo membuat wajah Mingyu memerah. "Hey! Aku tidak seperti itu" teriaknya. Wonwoo hanya mengangkat bahunya. "Aku yang melihatnya". Wonwoo sudah mau keluar rumah sampai Mingyu memanggilnya.

"Wonwoo-ssi, bolehkah aku tinggal disini? Menjadi pembantumu dan tak dibayarpun tak masalah" tanya Mingyu penuh harap.

Wonwoo hanya menatapnya. "Terserah" dan pintupun tertutup.

Setelah itu, Mingyu menuju kamar mandi untuk mengambil pakaiannya yang lusuh. Dia merogoh kantong dan mengeluarkan handphone Samsung S7 nya. Dia men-dial sekretarisnya.

.

"Ya, tunggu sebentar. Beri aku waktu lebih lama"

Klik.

Telfon ditutup.

.
.
.
.
.

Lagi tergila-gila sama kopel hot ini omg ˉ﹃ˉ

Don't forget to Vomment!!!

Thank u~ ^^

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang