Chapter 17 (Last)

5.4K 365 42
                                    

Angin berhembus sangat lembut, namun masih sempat membuat daun-daun jatuh berguguran, menciptakan pemandangan musim gugur yang sangat indah. Jalanan terlihat basah, menandakan baru saja terjadi hujan di kota ini. Terlihat sepasang kekasih sedang bergandengan tangan dalam keheningan sore yang menyambut malam ini.

"Mingyu-ya, habis ini kita mau kemana? Aku belum ingin pulang. Dirumah tidak ada yang bisa dilakukan~"

Mingyu -orang itu- tersenyum kecil menanggapi ucapan kekasihnya yang sampai sekarang masih menggandeng tangannya tanpa ingin melepaskan. Namun senyum itu pudar, bersamaan dengan wajahnya yang berubah murung.

"Mingyu-ya, ada apa? Kalau kau lelah, kita pulang saja tak apa"

Kekasihnya sepertinya menyadari raut wajah Mingyu yang berubah. Mingyu menolehkan kepalanya kearah kekasihnya. Tatapan memelas terpasang di wajah tampan itu.

"Wonwoo-ya..."

"Ada apa Gyu-ya?"

"Sepertinya kita hanya bisa sampai disini.."

"A-apa maksudmu?" Wonwoo menatap Mingyu tak percaya. Kata-kata yang diucapkan oleh Mingyu seperti gumaman tak jelas ditelinganya. Namun Mingyu tak mengulang kata-kata tersebut, justru berbalik meninggalkan Wonwoo sendirian di jalan yang basah itu.

"Kau mau kemana?"

Sosok itu behenti berjalan, lalu membalikkan badannya, menatap yang bertanya dengan pandangan yang seolah-olah mengatakan bahwa 'kita hanya bisa sampai disini, kita sudah selesai'.

"Kau tak berniat akan pergi kan? Kau tak akan meninggalkanku benar? Kau sudah berjanji!!!"

"Aku- bukan, kita tak bisa lanjutkan ini.. Maafkan aku.." jawabnya pelan. Tatapan terkunci pada tanah tempatnya berpijak, enggan menatap sosok yang didepannya.

Nafas Wonwoo tersengal-sengal, berbagai macam perasaan bercampur aduk menjadi 1 dalam hatinya.

"Lalu kita berjuang selama ini untuk apa? Kau menyerah setelah semua pengorbanan kita? Dasar pengecut!"

"..."

"Aku-hiks-membencimu!"

Setelahnya, sosok itu berlari meninggalkan tempat itu. Meninggalkan yang lain dalam kesendirian, kegelapan dan kesunyian malam itu.

Angin malam yang berhembus mengisi jalanan kosong itu. Wajah Mingyu terangkat setelah memastikan Wonwoo sudah pergi, mungkin untuk selamanya. Dan dirinya hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa untuk mencegah kepergiannya.

Kedua matanya menatap telapak tangannya yang terangkat perlahan. Tangan itu terasa kosong dan hampa. Tak ada lagi yang akan mengisi mereka. Seperti hatinya yang tak akan terisi lagi.

"Kau tidak tau.. Aku juga tidak menginginkan hal ini Wonwoo-ya..."

"Maafkan aku... Aku mencintaimu Jeon Wonwoo. Sangat..."

Dibawanya kedua telapak tangan itu untuk menutupi wajahnya. Tak lama bahu kokoh itu bergetar, dan suara isakan terdengar pelan. Bahkan cairan bening itu mengalir melalui sela-sela jari tangannya.

Tap

Mingyu mengangkat kepalanya, lalu menoleh untuk menatap seseorang yang sangat dia kenal. Air matanya masih mengalir pelan.

"A-ayah... Aku tak bisa. Ini terlalu menyakitkan -hiks-"

Akhirnya satu isakan lolos dari bibir Mingyu, membuat sang ayah menghela napasnya. Tangan kokoh itu menarik pelan kepala Mingyu agar bersandar pada pundaknya, lalu mengusap punggung anak laki-lakinya dengan sayang, berusaha menenangkan.

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang