third moment

48 2 0
                                    

" Nyaa.. Anya... Bangun cuuuy... Temen lo nunggu di bawah."

Sentuhan tangan Bagas membuat mataku terbuka perlahan. Mataku langsung tertuju kearah jam yang menunjukan pukul 18.30 .

" Temen lo nunggu di bawah."  ujar Bagas lembut .

Aku masih belum menyadari jika aku punya janji dengan Kemal

" Siapa yang dateng ,Gas?."

Bagas beranjak dari pinggir ranjang ku dan berjalan mendekati pintu . Ia menaikan kedua bahunya bersamaan sebelum akhirnya ia berbalik badan menatap ku dengan wajah menjengkel kannya itu .

" Mana gue kenal temen lo , Nya.. Dia bilang mau ke pesta birthday party  temen lo . Gitu doang." Jelas Bagas .

"  ASTAGA !!! gue lupa."   pekik ku yang langsung menegak kan tubuh ku dan menyingkap selimut yang masih ingin ku peluk-peluk .

" Cepetan siap-siap , kasian tuh dia nunggu."

Aku langsung berkesiap bangun , dan merenggangkan kembali badanku.

" Yaa Gas , iya." 

Rasa nya sel otak ku mulai melemah sampai-sampai aku melupakan janji ku dengan Kemal .

Aku hanya memiliki waktu 30 menit untuk bersiap sebelum Bagas naik ke kamar dan mengacak-acak diriku.

Setelah berkaca-kaca sebentar , aku langsung menuju ke ruang tamu. Sambil menenteng sepatu wedges ku yang berwarna senada dengan Dress yang ku kenakan . Ada perasaan gugup yang amat sangat di batin ku ini , tapi ku coba tenangkan meskipun sebenarnya aku gugup setengah mati. Langkah ku terhenti beberapa menit , saat sudah menapaki 2 anak tangga terakhir .

Aku teringat akan sesuatu .

Bentar , bukannya tadi Kemal bilang batal janji?

terus itu siapa yang dateng?

Seketika otak ku yang sudah berjalan seperti semula mengingat jika Kemal telah membatalkan janjinya tadi sore . Lalu , siapa yang akan pergi mengajak ku ke pesta Bianca malam ini ?.

Aku memperlambat langkah kaki ku , mencoba memfokuskan pandangan ku pada seseorang yang sedang menunduk kan wajahnya dan berpakaian setelan tuksedo .

Wajah itu mirip dengan Gilang .

tapi apa mungkin itu Gilang ?.

Aku semakin mendekatkan langkah ku kearah belakang sofa yang berhadapan dengan posisi Gilang saat ini . 

Mata ku terbelalak saat melihat sosok yang sedang bersandar di sofa ,dengan setelan tuksedo hitamnya sambil memainkan Iphonenya.

Gilang ! Apa kah ini sungguhan? Bagaimana bisa?.

Tiba-tiba Gilang merasa jika dirinya sedang aku perhatikan . Ia langsung berdiri tegap sambil merapikan tuksedonya yang berantakan karna duduk di sofa tadi.

Ia berdeham , membuat aku tersadar dari lamunan ku. Aku berjalan menghampirinya perlahan. Tatapan tajamnya sangat mengintimidasi ku , aku rasa tangan ku juga mendingin seketika . Entah kenapa setiap kali bola mataku berpapasan dengan pandangan Gilang , Aku merasa degup jantung ku selalu bekerja lebih cepat . Ini berbeda saat aku bersama Kemal .

Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang